EURO 2024 di Jerman, Piala Eropa Yang Paling Ramah Iklim?
14 Juli 2023Bersama dengan Asosiasi Sepak Bola Eropa UEFA, Asosiasi Sepak Bola Jerman DFB sekarang menerbitkan brosur: "Pemahaman umum tentang UEFA EURO 2024", dengan dukungan dari pemerintah Jerman dan pemerintah daerah kota penyelenggara. Fokus utamanya adalah konsep berkelanjutan dan ramah iklim. Piala Eropa di Jerman akan menggunakan 10 stadion di 10 kota berbeda, yaitu Berlin, Köln, München, Frankfurt, Hamburg, Dortmund, Leipzig, Gelsenkirchen, Stuttgart and Düsseldorf. Nomor final akan diüertandingkan di Berlin.
Langkah-langkah yang akan diambil adalah berdasarkan pemikiran bagaimana mengurangi atau menghindari emisi gas rumah kaca. Misalnya, sistem transportasi umum lokal yang akan disiapkan untuk bepergian ke tempat pertandingan akan dibuat sedapat mungkin mengurangi emisi CO2. Selain itu, kesepuluh stadion tempat pertandingan akan disuplai dengan 100 persen energi terbarukan.
Penyelenggara juga berencana untuk mengurangi jumlah limbah, memasukkan makanan berkelanjutan dalam penawaran katering mereka, dan menggunakan air dengan hemat meskipun diperkirakan suhu bakal panas. Selain itu, Jerman memiliki kewajiban umum untuk menawarkan wadah yang dapat digunakan kembali di semua acara besar.
Thomas Fischer, kepala Divisi Layanan Lingkungan dari Deutsche Umwelthilfe (DUH), memuji maksud baik tersebut: "Saya percaya bahwa kita di sini memiliki kondisi yang sangat baik, di negara sepak bola Jerman untuk mengadakan Kejuaraan Eropa paling berkelanjutan sepanjang masa. "
"Jerman memiliki infrastruktur yang cukup baik. Mobil listrik dan sepeda listrik sudah jadi pemandangan biasa, dan Jerman tidak perlu membangun stadion baru - seperti yang harus dilakukan Qatar ketika menyelenggarakanb Piala Dunia. Infrastruktur pelatihan juga tersedia, termasuk akomodasi untuk tim yang memadai", kata Fischer dalam wawancara dengan DW.
Mobilitas ramah iklim adalah kunci
Tetapi Thomas Fischer juga mengatakan, masih ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. "Konsep payung yang mengikat untuk sepuluh kota tuan rumah tidak terlihat dari brosur ini. Selain itu, topik besar merchandising tidak ada - misalnya, persyaratan untuk artikel dan t-shirt yang diproduksi secara lokal dan adil serta penggunaan bahan daur ulang."
Mobilitas ramah iklim akan menjadi masalah paling kritis, karena sekitar 70 persen emisi CO2 pada acara-acara besar disebabkan oleh pengunjung stadion yang bepergian ke dan dari acara tersebut. "DFB dan UEFA telah mengakui bahwa ini adalah masalah besar." Semua emisi harus dicatat dan diukur dalam rangka keseimbangan iklim – dalam hal ini, brosurnya harus lebih spesifik.
Fischer mengatakan kepada DW bahwa fokus pada masalah inti dan agenda aksinya sudah baik, tetapi sekarang harus bersifat mengikat dan konkret sesegera mungkin - mirip dengan Piala Dunia 2006 di Jerman, ketika lebih dari setahun sebelum acara sudah ada konsep hijau yang diperkenalkan dan bersifat wajib karena ditetapkan oleh FIFA.
Kondisinya lebih baik ketimbang Piala Dunia 2006
Dibandingkan dengan Piala Dunia 2006, sebagian besar kota tuan rumah di Jerman sekarang memiliki sistem transportasi lokal yang lebih berkembang dan koneksi kereta api yang lebih stabil, jelas Fischer. Ada juga kemajuan yang signifikan dalam penggunaan listrik ramah lingkungan dan angkutan e-bus, misalnya. Tapi Fischer memperingatkan. "Kita membutuhkan konsep payung yang jelas, yang memberikan pedoman yang jelas kepada penyelenggara tentang bagaimana menjalankan EURO secara berkelanjutan. Saya belum melihat itu sama sekali."
Langkah-langkah konkret misalnya dapat mencakup tiket masuk yang juga sudah merupakan tiket bus dan kereta api. Tim nasional dapat bertindak sebagai panutan dan tidak melakukan penerbangan domestik dan melakukan lebih banyak perjalanan dengan kereta api. Aplikasi mobilitas yang cerdas bisa memandu wisatawan ke tempat pertandingan, pembuatan lebih banyak tempat parkir sepeda, penyediaan e-sepeda dan larangan kendaraan mobil pribadi di dekat stadion selama pertandingan.
Tapi semua ini masih harus disepakati dengan kota tuan rumah. "Sejujurnya saya khawatir kalau konsep payungnya belum dipublikasikan," kata Thomas Fischer. "Waktunya sudah sangat sempit, dan itu membuat khawatir."
(hp/as)