Faktor Agama dalam Politik Amerika Serikat
11 September 2007Di Amerika Serikat pemisahan antara negara dan agama tercantum dalam undang-undang dasar. Hal yang juga tidak berani diganggu gugat Presiden Bush dan tidak ingin dilakukannya. Menurut peneliti agama Alan Wolfe
„Pemisahan antara negara dan gereja di Amerika masih berfungsi. Sebabnya karena agama memiliki keuntungan dari hal itu. Bukan sebaliknya. Di Eropa kami memiliki agama negara yang tengah mengalami kepunahan. Di Amerika dimana prinsip kebebasan agama dijunjung, agama berkembang. Jika sejumlah kelompok religius di negara ini berhasil memisahkan agama dan negara ini akan berarti berakhirnya agama di sini.“
Meskipun demikian bersama Presiden Bush agama memiliki dimensi baru dan memasuki Gedung Putih. Pada masa jabatan pertama Bush setelah hasil pemilu yang dipersengketakan tahun 2000, dibentuk komisi khusus di Gedung Putih untuk urusan kesejahteraan agama. Bush ingin negara dibebaskan dari tugas sosialnya dan gereja dilibatkan lebih kuat dalam mengurusi tugas sosial negara. Hal ini hanya berfungsi sebagian, menurut William Galston dari Brookings-Institute
„Banyak orang berpendapat hasil sebenarnya dari percobaan ini boleh dibilang gagal. Seperti biasa politik harus membedakan antara retorika dan realita. Dan realitanya sebagian besar kegiatan amal di Amerika Serikat sejak dulu dilakukan oleh organisasi keagamaan. Gagasan religius Presiden Bush hanya sedikit meningkatkan hal itu,tapi tidak banyak.
Sementara bagaimana religiositas Bush? Presiden Amerika Serikat ke-43 itu seorang Kristen-Baptis. Jalan menuju Tuhan muncul agak lambat dalam hidupnya, ketika ia berhenti menggeluti alkohol dan mengikuti jalan kebajikan. Terhadap wartawan Bush pernah menekankan, bahwa ia menerima petunjuk dari sesuatu yang lebih tinggi. Dengan motto Poros Kejahatan ia memasukkan kategori metafisik ke dalam politik luar negeri. Oleh karena itu banyak pengamat memandang Bush sebagai seorang fanatik beragama. Alan Wolfe membantahnya
„Mungkin saja bahwa sebenarnya Bush tidak terlalu religius, seperti yang diduga banyak orang. Bagaimanapun ia bukan seorang Kristen seperti yang ada dalam interpretasi saya. Misalnya saya tidak melihat kerendahan hati dan cinta damai dari Yesus Kristus dalam tindak tanduk Bush. Dan padanya juga tidak ada keraguan, seperti tradisi refleksi untuk definisi dosa yang kami miliki. Itu tidak ada pada Bush. Oleh sebab itu benar bahwa politik luar negerinya berbahaya, tapi bukan karena itu dilatarbelakangi agama melainkan karena hal itu diilhami pengertian keagamaan yang salah atau karena itu dijalankan oleh seorang pria yang kepribadiannya menimbulkan bahaya.
Sementara itu para pemeluk agama Protestan di Amerika Serikat menemukan lapangan kegiatan baru di luar Gedung Putih. Dengan semangat keagamaan mereka ingin mereformasi kurikulum, dimana mereka mencoba mendesak teori evolusi Darwin dan menggantikannya dengan faham penciptaan. Gedung Putih tidak lagi berperan strategis dalam penerapan hukum-hukum keagamaan tersebut.