Vietnam dijungkalkan lewat gol tunggal Egy Maulana Vikri di GBK Senayan, Jakarta, pada 21 Maret. Tapi, saat bertolak ke Hanoi, sejumlah nama tak bersama tim.
Arhan Pratama tidak ada. Ivar Jenr absen. Rafael Struick demam. Nadeo Argawinata sakit. Marc Klok cidera. Absen juga Shandy Walsh, yang akumulasi kartu.
Dominan dari mereka tulang punggung saat Vietnam digulung di Jakarta.
Dan, jauh sebelumnya, dua tiang di belakang, Jordi Amat dan Elkan Baggot juga berkutat cidera.
STY panik? Tidak. Sejumlah nama disusulkan ke Hanoi. Ada Sahrul Tisna, Ernando Ari, Muhammad Ferrari dan Rahmat Irianto. Mereka semua masuk line-up, tidak starter memang, kecuali Ernando Ari yang baru pulih.
Kehadiran Ragnar Oratmangoen dan Thom Haye, plus Asnawi Bahar yang absen di Jakarta, membuat skuad STY penuh percaya diri.
Di Stadion My Dinh, yang 20 tahun tidak pernah ditaklukan Indonesia, skuad STY gemilang: tenang, taktis, tajam dan menghunjam.
Sampai datang gol-gol indah Jay Idzes, Ragnar Oramangoen dan Ramadhan Sananta. Mantap: 3-0, kemenangan yang bikin bangga, yang bikin Indonesia semakin dekat menatap Arab Saudi 2027.
Saya tidak peduli bagaimana kekalahan telak, juga memalukan Vietnam ini membuat coach Philippe Troussier dipecat Federasi Vietnam.
Yang saya peduli adalah soal kedalaman skuad STY: dia diback-up kedalaman pemain yang mumpuni, yang selalu tersedia cepat.
Inilah satu hasil menarik bagaimana STY men-design komposisi pemain tim nasional dengan jitu.
Piala Asia di Qatar Januari kemarin, kita tahu, Indonesia lolos tidak otomatis, mesti lewat play-off dengan total 13 games dalam 3 putaran. Dan itu memakaitiga jasa pelatih dan menggunakan 86 pemain.
STY adalah pelatih ketiga saat itu, pasca Simon McMenemy dan Yeyen Tumena, dan dia melakukan hal gila: memangkas satu generasi.
Kini, hasilnya terasa: skuad timnas benar-benar fresh. Young heroes. Rata-rata usianya 23 tahun. Mereka inilah nantinya yang akan beraksi dalam Piala Asia 2027 di Arab Saudi.
Sudah lolos otomatis? Belum memang. Masih ada dua laga lagi di Grup F dalam kualifikasi Piala Dunia 2026 ini. Tapi, dua laga itu di kandang; versus Irak dan Filipina, Juni nanti.
Butuh 3 angka lagi lewat dua laga itu. Bisa? Bisalah. Jika tercapai, maka STY akan meloloskan Indonesia ke Putaran Ketiga. Ini berarti, perjalanan Indonesia tiba di Piala Dunia makin dekat.
Bagaimana nasib STY, yang kontraknya selesai Juni nanti, sementara Putaran ketiga baru digelar September nanti?
Perpanjang? Apa STY mau dan bisa? Ini teka-teki, rumit tidak rumit. Anda punya pendapat?
Hardimen Koto: pengamat, analis dan komentator sepak bola
*tulisan ini menjadi tanggung jawab penulis.