Gen Pemicu Kegemukan.
21 Mei 2007Di hari-hari belakangan ini, pemerintah Jerman gencar melansir motto “Fit statt Fett“ atau terjemahan bebasnya, sehat bukannya kelebihan lemak. Program ini dicanangkan setelah dipublikasikannya hasil penelitian yang menyebutkan, Jerman merupakan negara dengan kasus kegemukan warga tertinggi di Eropa. Tapi tema kegemukan bukan hanya masalah Jerman, melainkan juga problem di negara-negara makmur lainnya.
Orang-orang dengan kelebihan berat badan atau terlalu gemuk, seringkali dituding sebagai malas berolahraga dan makan terlalu banyak. Sebagian mungkin ada benarnya. Akan tetapi belum lama ini para ilmuwan dari sekolah tinggi kedokteran Exeter dan universitas Oxford di Inggris, menemukan penjelasan lain menyangkut kasus kegemukan atau obesitas. Para peneliti menemukan sebuah gen yang bertanggung jawab untuk kegemukan, yang disebut gen FTO. Penelitian melibatkan 42 ilmuwan dan 42 ribu relawan di Inggris, Italia dan Finlandia. Para peneliti menarik kesimpulan, mereka yang memiliki gen FTO, memiliki risiko 70 persen lebih tinggi untuk kelebihan berat badan atau gemuk, dibanding yang tidak memiliki gen tsb.
Ahli genetika yang terlibat dalam penelitian tsb, Dr.Tim Frayling menjelaskan : “Terlepas dari batasan body mass index, kisaran berat badan dan batasan negara-negara di Eropa, gen ini mengatur seberapa gemuk kita nantinya.“
Disebutkan, gen FTO terdiri dari dua varian. Orang-orang yang memiliki satu copy gen dari masing-masing varian tsb, memiliki kemungkinan sekitar 30 persen untuk menjadi gemuk. Lebih gawat lagi, jika kita memiliki dua copy dari gen obesitas dari varian yang sama, risiko untuk kelebihan berat badan meningkat menjadi 70 persen. Temuan baru ini, seolah melemahkan berbagai argumen, bahwa gaya hidup modern memainkan peranan utama dalam kasus kegemukan.
Seorang ibu bernama Claire Memet, yang dipusingkan dengan masalah kelebihan berat badan ini, menyatakan lega. Ia mengatakan : “Orang-orang menuduh kami mengkonsumsi terlalu banyak makanan berlemak, dan kami tidak aktiv berolah raga. Tapi sekarang kami memiliki jawabannya. Ya, saya memang kelebihan berat badan, tapi kamu pasti sudah tahu apa penyebab kegemukan ini.“
Juga penderita obesitas lainnya Lola Konstantopoulos sekarang mengetahui, apa penyebab masalah kelebihan berat badannya, yakni penyakit gula atau diabetes. Temuan terbaru memberikan penjelasan, mengapa kegiatan fisiknya tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan. Konstantopoulos mengungkapkan; “Sekarang saya mengerti, mengapa jika saya berolahraga lima hari dalam seminggu, diperlukan waktu sebulan agar berat badan saya turun setengah kilogram. Bagi saya, untuk mempertahankan berat badan supaya jangan naik saja, saya harus aktiv berolahraga lima hari dalam seminggu.“
Akan tetapi, para peneliti yang menulis laporan mengenai penemuan gen kegemukan FTO, juga mengungkapkan fakta lainnya. Gen kegemukan bukan penentu segalanya. Gaya hidup ternyata tetap memainkan peranan besar dalam kasus kegemukan. Hal itu dijelaskan oleh direktur medis dari Weight Concern, Dr.Ian Cambell. Disebutkannya, mereka mengetahui, bahwa gen tertentu bertanggung jawab pada sebagian besar kasus kegemukan. Akan tetapi, kita memiliki gen tsb sejak lebih dari seribu tahun. Jadi, apa yang mengubahnya dalam 25 tahun terakhir, sehingga membuat kita semakin gemuk? Apakah kita terlalu banyak mengkonsumsi gula dan lemak? Atau gaya makan yang sebelumnya tidak kita kenal? Dampaknya, yang memiliki gen tsb akan menjadi tambun.
Apa yang diungkapkan Dr. Ian Cambell itu, sebetulnya harus ditafsirkan sebagai peringatan oleh kelompok risiko kegemukan. Dalam arti, orang-orang yang memiliki gen FTO tetap tidak boleh bermalas-malasan, atau melanjutkan gaya makan yang sembarangan. Mereka harus tetap aktiv berolah raga, untuk mengimbangi dampak dari keberadaan gen kegemukan tsb. Pakar nutrisi Nicole Berberian mengatakan, hasil penelitian terbaru itu, hendaknya justru mendorong penderita obesitas untuk berusaha lebih keras, menjaga berat badannya agar tidak terus bertambah.
Berberian menegaskan ; “Hasil penelitian bukan pembenaran untuk cuma duduk dan tidak berbuat apa-apa. Yang dapat kita katakan, mungkin ada sejumlah orang yang memiliki kerentanan. Tapi mereka ini harus termotivasi untuk berusaha lebih banyak bukannya lebih sedikit.“
Memang sejauh ini para peneliti belum mengetahui secara detil, bagaimana mekanisme gen FTO tsb dalam menyebabkan kegemukan. Tapi sudah diketahui adanya pengaruh timbal balik, antara kegemukan dan penyakit. Kegemukan memicu terjadinya gangguan pada jantung atau diebetes tipe dua. Bahkan para peneliti di Inggris memperingatkan, ancaman bahaya kegemukan dan penyakit ikutannya, jauh lebih berbahaya dibanding dampak merokok atau minuman keras. Jadi, masalah utamanya bukan kegemukan, tapi dampaknya terhadap kesehatan. Bagi penderita masalah kegemukan, mungkin masalah psikologis dan penampilan menjadi tema utama. Tapi bagi pemerintah, kualitas kesehatan warga dan ongkos yang tinggi bagi sektor kesehatan, merupakan prioritas utama.
Kini para peneliti terus berusaha mengetahui fungsi gen kegemukan tsb. Sasarannya, untuk mengembangkan obat-obatan yang berfungsi mencegah aktivitas gen bersangkutan. Selain itu, juga untuk mengetahui lebih jauh, mengapa pengaruh gen kegemukan itu juga berbeda-beda pada tiap individu.
Salah seorang anggota tim peneliti dari sekolah tinggi kedokteran di Exeter, Prof. Andrew Hattersley menjelaskan; “Jika kita mulai mengenali mekanismenya, terbuka kemungkinan pengembangan obatnya. Sejauh ini kita nyaris tidak mengetahui fungsi gen tsb. Saat ini ibaratnya gen itu buku yang masih kosong. Tapi saya yakin, sejumlah perusahaan akan melakukan ujicoba dan pengembangan pengobatan baru.“
Juga diyakini, gen FTO bukan satu-satunya gen yang memiliki pengaruh pada kegemukan. Secara berhati-hati, para peneliti dari Inggris itu mengatakan, ini adalah gen yang meningkatkan risiko untuk gemuk. Dengan itu, dapat dijelaskan mengapa terdapat orang-orang yang memiliki gaya hidup sama, tapi berbeda kemungkinannya untuk menjadi gemuk.