1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hari Kelam bagi Perempuan di Iran

8 Maret 2023

Hari Perempuan Internasional bukan hari yang diperingati di Iran. Yang jelas, ini adalah hari-hari kelam untuk perempuan di Iran yang mengalami penindasan dan diskriminasi dari penguasa Republik Islam.

https://p.dw.com/p/4OM8f
Perempuan Iran protes dengan lepas jilbab di Teheran
Perempuan Iran protes dengan lepas jilbab di TeheranFoto: Rouzbeh Fouladi/ZUMA Press/picture alliance

Di Iran, Hari Perempuan tahun ini diperingati pada 13 Januari lalu, yaitu hari lahir Fatimah, putri bungsu Nabi Muhammad, yang di negara itu dideklarasikan sebagai Hari Perempuan. Namun, banyak perempuan di Iran sekarang memandangnya lain.

Setelah puluhan tahun propaganda Republik Islam tentang bagaimana perempuan seharusnya berpakaian dan berperilaku, tahun lalu banyak perempuan menggelar aksi protes terpanjang dalam sejarah Republik Islam Iran. Pemicunya adalah kematian perempuan Kurdi Jina Mahsa Amini, 22 tahun, yang meninggal dalam tahanan polisi setelah ditahan karena tidak menggunakan penutup kepalanya dengan benar.

"Protes di kota kami belum pernah terjadi sebelumnya. Dalam tujuh hari pertama, tiga perempat pengunjuk rasa adalah perempuan," kata Leila dari sebuah kota di wilayah Kurdi Iran kepada DW. Leila mengorganisir demonstrasi di kotanya bersama teman-temannya. Demonstrasi pertama berlangsung pada hari pemakaman Jina Mahsa Amini di kampung halamannya. Aksi protes para perempuan dengan cepat menyebar sampai ke kota-kota yang sampai saat itu dianggap "sangat konservatif".

"Otoritas keamanan terkejut dengan keberanian kami. Saya bahkan merasa mereka takut," kata Leila. Dia ditangkap pada hari ketujuh protes. "Bukan untuk pertama kalinya. Saya telah ditangkap beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir. Tapi kali ini berbeda. Orang-orang yang menanyai saya kurang percaya diri dan tampak gugup. Tapi itu tidak berarti mereka lebih lunak… Kekerasan tidak hanya di terjadi jalanan, tetapi juga di penjara. Kita tahu, banyak perempuan diperkosa dan diintimidasi untuk menghancurkan mental mereka."

Pelajar perempuan di sekolah menengah ikut aksi protes menentang rezim di depan foto Khameini
Pelajar perempuan di sekolah menengah ikut aksi protes menentang rezim di depan foto KhameiniFoto: SalamPix/abaca/picture alliance

Tekanan besar setelah demonstrasi

Leila dibebaskan setelah dua minggu dengan jaminan dari keluarganya. Dia kemudian dijatuhi hukuman percobaan dua tahun. "Jika saya mengambil langkah yang salah, mereka akan memenjarakan saya lagi". Tapi dia tidak menyerah. "Kami tidak akan menyerah. Kebangkitan kami telah memengaruhi semua generasi, kelompok etnis dan kelas. Kami sedang mencari bentuk perlawanan lain."

Aksi protes jalanan memang reda setelah ditumpas secara brutal. Menurut organisasi-organisasi hak asasi manusia, setidaknya 525 demonstran, termasuk 71 anak di bawah umur, tewas di tangan pasukan keamanan selama lebih dari 100 hari aksi protes. Sekitar 20.000 orang ditangkap sampai awal Januari lalu. Akhir Februari, beberapa dari mereka dibebaskan dari penjara.

Tekanan terhadap aktivis perempuan dan aktivis masyarakat sipil belum reda. Mereka dipanggil dan diintimidasi secara bergantian. "Mereka ingin membungkam kami," kata seorang pengacara yang meminta namanya tidak disebutkan kepada DW. "Saya akan terus membela orang-orang yang memperjuangkan hak-hak mereka."

Aksi protes memperingati 40 hari kematian Jina Mahsa Amini
Aksi protes memperingati 40 hari kematian Jina Mahsa Amini di kampung halamannya di SaqqezFoto: UGC/AFP

Seruan kepada negara-negara demokrasi di luar Iran

"Dunia harus mendukung para perempuan ini," kata kalangan aktivis Iran di luar negeri, seperti Masih Alinejad. Dengan hampir sembilan juta pengikut di jejaring sosial, aktivis hak-hak perempuan Iran yang berbasis di AS adalah salah satu pengeritik Iran yang paling menonjol.

Tahun ini Masih Alinejad diundang ke Konferensi Keamanan München MSC sebagai perwakilan masyarakat sipil Iran. "Negara-negara demokrasi terkemuka harus mengisolasi Republik Islam, sama seperti mereka mengisolasi Putin,” katanya kepada DW. "Kami melihat nada telah berubah terhadap Republik Islam Iran. Kami sekarang menuntut mereka mengumumkan kebijakan Iran yang baru, misalnya mendeklarasikan Garda Revolusi Iran sebagai organisasi teroris. Perempuan Iran membutuhkan kepemimpinan yang kuat dari para politisi dan persaudaraan global."

Banyak politisi dari negara-negara Barat telah menyatakan solidaritasnya dengan gerakan protes perempuan di Iran. Misalnya Menteri Luar Negeri Belgia Hadja Lahbib yang memotong rambutnya sampai menjadi perhatian media. Tapi akhir Februari lalu dia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran Abdollahian. Pertemuan itu banyak dikritik aktivis perempuan Iran.

Kemungkinan latar belakang pertemuan itu adalah upaya pembebasan seorang pekerja konstruksi Belgia yang dipenjara di Iran. Olivier Vandecasteele dijatuhi hukuman 40 tahun penjara dan 74 cambukan pada Januari 2023 atas tuduhan melakukan spionase. Ada alasan untuk percaya bahwa otoritas Iran menahannya untuk menukarnya dengan mantan diplomat Iran yang dijatuhi hukuman 20 tahun penjara di Belgia karena mendalangi serangan teroris yang gagal. (hp/yp)