Koalisi Kesehatan: Hentikan Penyebaran Bahan Bakar Fosil
15 September 2022Lebih dari 1.000 pekerja kesehatan dan 200 organisasi yang bergabung dalam Koalisi Kesehatan menuntut agar pemerintahan di seluruh dunia menyusun dan memberlakukan perjanjian nonproliferasi yang mengikat secara hukum untuk mengakhiri ketergantungan global pada bahan bakar fosil yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
"Kecanduan modern terhadap bahan bakar fosil bukan hanya tindakan perusakan lingkungan. Dari perspektif kesehatan, ini adalah tindakan sabotase diri," kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Dia mendukung Prakarsa Koalisi Kesehatan yang antara lain dimotori oleh Global Climate and Health Alliance, Physicians for Social Responsibility, Health Care Without Harm.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Rabu (14/9), mereka menyerukan segera diakhirinya eksplorasi, produksi, dan infrastruktur bahan bakar fosil yang baru. Produksi yang ada harus dihentikan dengan "cara yang adil dan merata" untuk memenuhi sasaran iklim 1,5 derajat Celcius yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris 2015, dengan "dukungan finansial, teknologi, dan lainnya" untuk warga berpenghasilan rendah dan menengah oleh negara untuk memastikan "transisi yang adil" ke masa depan yang berkelanjutan.
"Usulan untuk sebuah perjanjian bertujuan untuk mendukung apa yang telah didorong oleh komunitas internasional selama bertahun-tahun tetapi berfokus pada sisi pasokan," kata Jeni Miller, direktur eksekutif Global Climate and Health Alliance kepada DW.
Kualitas udara buruk sebabkan jutaan kematian tiap tahun
Polusi udara terkait dengan penggunaan bahan bakar fosil menyebabkan lebih dari 6,5 juta kematian di seluruh dunia setiap tahun, menurut sebuah studi Mei 2022 di jurnal The Lancet Planetary Health. Lebih dari 90% kematian ini terjadi di negara berkembang di Afrika dan Asia. Menurut angka terbaru WHO, 99% populasi dunia tinggal di tempat-tempat, di mana udara yang mereka hirup melebihi batas kualitas yang ditetapkan oleh institusi global.
Hubungan antara emisi bahan bakar fosil dan kesehatan menjadi lebih jelas selama gelombang pertama pandemi COVID-19, ketika kota-kota di seluruh dunia mengalami lockdown. Dengan bisnis ditutup, jalan-jalan kosong dan banyak orang tinggal di rumah, emisi karbon menurun dan kualitas udara meningkat di banyak kota-kota besar, meskipun hanya untuk waktu yang singkat.
Sebuah studi baru-baru ini yang membandingkan 46 kota di Eropa selama bulan-bulan tersebut memperkirakan bahwa 800 kematian terkait dengan polusi udara di kota-kota tersebut mungkin dapat dicegah pada paruh pertama tahun 2020. Itulah gambaran betapa udara yang lebih baik dapat dapat meningkatkan kualitas kesehatan miliaran orang di seluruh dunia.
Keluar dari bahan bakar fosil untuk kesehatan dan ekosistem
Sebuah perjanjian pembatasan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak dan gas, yang diketahui berbahaya bagi kesehatan manusia dan ekosistem diperlukan, kata Koalisi Kesehatan. Rilis mereka menyebutkan banyak efek kesehatan dari penggunaan bahan bakar fosil yang melampaui dampak langsung polusi udara. Iklim yang memanas, misalnya, turut meningkatkan risiko penyakit dan kematian dan mendukung penyebaran penyakit yang ditularkan melalui makanan dan air. Pada saat yang sama, sistem perawatan kesehatan dan rantai pasokan medis juga mengalami tekanan.
"Masyarakat di seluruh dunia telah membayar harga kesehatan untuk ketergantungan kita pada bahan bakar fosil terlalu lama," kata Jeni Miller. "Setiap tahap siklus bahan bakar fosil membahayakan kesehatan masyarakat, mulai dari penambangan hingga transportasi melalui jaringan pipa, hingga pemrosesan dan akhirnya pembakaran bahan bakar fosil untuk transportasi, listrik, dan penggunaan industri," katanya.
Miller mengatakan, alternatif energi bersih untuk bahan bakar fosil sudah tersedia, tetapi tetap di luar jangkauan banyak orang. Negara-negara maju, yang telah diuntungkan dari pertumbuhan puluhan tahun berdasarkan polusi, sekarang "memiliki sumber daya dan tanggung jawab moral, tidak hanya untuk melakukan transisi energi bersih, tetapi juga untuk mendukung negara-negara berkembang melakukan hal yang sama," katanya.
"Selama beberapa dekade kita bergantung pada kapasitas bahan bakar fosil untuk menyediakan energi, tetapi kita sekarang memiliki alternatif yang lebih bersih dan lebih berkelanjutan - dan kompatibel dengan masa depan yang lebih sehat," tambahnya.
(hp/pkp)