Hubungan India-Pakistan Membaik, Afghanistan Menuai Keuntungan
9 Februari 2010Rabu ini (10/02), kementrian luar negeri Pakistan menggelar pertemuan internal, merespon tawaran India untuk mengadakan perundingan tingkat tinggi. Isu utama yang diangkat adalah terorisme. India telah merumuskan tawaran itu dalam keputusan yang diambil Senin kemarin di kementrian luar negerinya. India mengusulkan, pertemuan tingkat tinggi kedua pihak, dapat diadakan pada tanggal 18 atau 25 bulan ini. Peningkatan hubungan kedua seteru bebuyutan itu juga diharapkan membawa pencerahan bagi masalah yang dihadapi kawasan bersangkutan. Terutama problem Afghanistan.
India merupakan donatur terbesar keenam bagi Afghanistan. Negara berpenduduk terbesar kedua di dunia itu menyediakan sarana transportasi pesawat dan bus ke Afghanistan, membangun gedung parlemen baru di Kabul dan jalan-jalan baru yang penting. Pemerintah Hamid Karzai memiliki hubungan baik dengan New Delhi. Hubungan ini diamati dengan curiga oleh Pakistan, yang merasa dikerubuti oleh India dan Afghanistan. Pakistan pun menuding India mendukung separatis Baloch yang berasal dari Afghanistan.
Namun Kamran Shafi, seorang kolumnis dari harian Dawn di Pakistan mengatakan pemerintah di Islamabad gagal menandingi program pembangunan India: „Sikap merajuk tak ada untungnya. Kita harus pro aktif di sini. Kita harus memperluas persahabatan dengan Afghanistan. Jika kita mempertahankan aset lama disana dan pejabat militer kita mengatakan bahwa Taliban atau elemen Mujahidin masih menjadi aset juga, lantas bagaimana anda bisa bersahabat dengan rakyat Afghanistan?“
Banyak pengamat menganalisa pemerintah Pakistan memelihara hubungan dengan kelompok militan Islam sebagai aset yang sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan untuk menyerang India. Para pengamat menyatakan konflik Pakistan-India harus diakhiri. Namun pengamat dari universitas Oxford, Kanti Bajpai memperingatkan bahwa kepentingan Pakistan di Afghanistan semakin luas: „Kekuatan militer Pakistan memandang Afghanistan hampir sebagai halaman belakang mereka. Dalam hal ini saya mengacu pada lebih banyaknya ekstrimis dalam intelejen Pakistan ISI ataupun militernya. Tidak hanya menyangkut India, mereka juga mengamati kehadiran Amerika di Afghanistan dan tak menginginkannya. Juga terdapat pertentangan dengan Iran yang tidak bisa dilupakan begitu saja.“
Kanti Bajpai menambahkan baik India dan Pakistan memiliki kepentingan lain di Afghanistan: „Saya rasa India harus menerima bahwa Pakistan memiliki kepentingan politik menyangkut masa depan Afghanistan, khususnya dengan menghormati masa depan suku Pasthun dan keterwakilannya dalam pemerintahan mendatang. Pakistan juga harus menerima bahwa India memiliki keterkaitan sejarah dengan Afghanistan dan memiliki kepentingan untuk menjamin suku Pasthun tidak mendominasi dan kelompok-kelompok etnik lainnya, termasuk kaum minoritas, tidak dipinggirkan.“
Dewasa ini, India memperlunak sikapnya terhadap Pakistan. Menyinggung keterlibatan Taliban dalam pemerintahan Afghanistan di masa depan, New Delhi memberikan kesempatan untuk mencobanya. Karena, jika tidak bersikap demikian, artinya medan pertempuran diserahkan sepenuhnya kepada Pakistan.
Thomas Bärthlein / Ayu Purwaningsih
Editor: Agus Setiawan