Ilmuwan Produksi Bahan Bakar dari Bakteri
3 September 2014
Ilmuwan Inggris dan Finnlandia sukses memproduksi bahan bakar Propana terbarukan dengan memanfaatkan bakteri yang umum ditemui pada usus manusia. Terobosan teranyar ini diyakini akan dapat diproduksi secara massal dalam waktu dekat.
"Walaupun kami baru mampu memproduksi dalam jumlah kecil, bahan bakar yang kami buat bisa langsung dipakai untuk menggerakkan mesin," kata salah seorang peneliti yang terlibat, Patrick Jones dari Imperial College London.
Jones meyakini, kendati penelitian yang dijalankannya baru pada tahap awal, Propana berbasis bakteri bisa diproduksi secara komersial dalam waktu lima hingga sepuluh tahun. Propana termasuk energi yang ramah lingkungan karena kandungan karbonnya yang rendah.
Ramah Lingkungan dan Berbiaya Murah
Dalam bentuknya yang ada saat ini, Propana bisa ditemui sebagai Gas Alam Cair atau Liquid Natural Gas yang digunakan untuk kompor atau kendaraan. Sejauh ini Propana diproduksi sebagai produk sampingan dari pengolahan gas alam atau minyak mentah.
"Bahan bakar fossil jumlahnya terbatas dan kita harus mencari cara baru untuk menutupi kebutuhan energi yang terus meroket," kata Jones. Menurutnya tantangan terbesar buat ilmuwan adalah mengembangkan proses pengolahan yang ramah lingkungan, berbiaya murah dan memiliki prespektif jangka panjang secara ekonomi.
Saat ini Alga juga bisa digunakan buat memproduksi Biodiesel. Namun produksinya dipandang tidak ekonomis karena mahalnya biaya panen dan pengolahan. "Kami memilih Propana karena senyawa ini bisa diolah dengan energi yang sedikit. Dan Propana juga sudah memiliki infrastruktur di seluruh dunia. Jadi mudah digunakan," kata Jones.
Bakteri dalam Usus
Dalam penelitiannya, tim ilmuwan dari Imperial College London dan University of Turku, Finnlandia, menggunakan bakteri Escherichia coli alias E.coli untuk menginterupsi proses biologis yang mengbah asam lemak menjadi membran sel.
Ilmuwan lalu menggunakan enzim untuk menyalurkan asam lemak sehingga merangsang produksi Propana dan bukan membran sel. Jonas mengakui pihaknya saat ini masih menyempurnakan proses pengolahan.
"Saya harap dalam waktu dekat kami sudah bisa mengembangkan proses pengolahan komersil," katanya.
rzn/hp (rtr,ap)