ILO Peringatkan Pengangguran di Kalangan “Generasi Lockdown”
28 Mei 2020Organisasi Buruh Internasional ILO dalam laporan terbarunya yang dikeluarkan di Jenewa mengatakan, lebih dari satu dari setiap enam pekerja muda secara global telah kehilangan pekerjaan selama pandemi. Jika tidak segera dilakukan langkah-langkah antisipasi, generasi muda akan menjadi "generasi lockdown”.
Menurut laporan ILO, pada kuartal kedua tahun ini sekitar 305 juta pekerjaan penuh waktu akan hilang karena krisis COVID-19. Dampaknya terutama dirasakan para pekerja muda yang kini menghadapi kesulitan ekonomi dan keputusasaan tentang masa depan.
Direktur Jenderal ILO Guy Ryder memperingatkan "bahaya" yang dihadapi oleh para pekerja muda berusia sampai 28 tahun, mulai dari ketidakmampuan untuk mendapatkan pelatihan yang layak atau mendapatkan akses ke pekerjaan yang bisa bertahan sampai pandemi berlalu.
Masalah global
Sebuah survei ILO dan mitra-mitranya menemukan bahwa lebih dari satu dari enam pekerja muda tidak lagi bekerja selama pandemi, banyak di antaranya karena tempat kerja mereka ditutup. Padahal situasi kaum muda sudah dalam "posisi kritis" bahkan sebelum pandemi melanda.
"Mereka dikeluarkan dari pekerjaan di awal karir mereka," kata Guy Ryder ketika dihubungi DW. "Mereka tidak akan memiliki perkembangan karir yang normal. Mereka terancam jadi generasi lockdown."
ILO mengatakan pemerintahan dapat membantu dengan langkah-langkah seperti meningkatkan bantuan negara untuk pekerja yang menganggur, mengambil langkah-langkah untuk menjamin pekerjaan dan pelatihan, dan melakukan tes corona secara massal serta menerapkan langkah-langkah yang meningkatkan keselamatan di tempat kerja.
Setelah memuncak pertama kali di Cina, di mana ia dimulai, pandemi Covid-19 kemudian melanda Eropa, dan sekarang Amerika menjadi pusat pandemi yang baru. Kawasan Timur Tengah juga masih terus berjuang untuk mengatasi wabah Covid-19.
Dampak jangka panjang
Dari para pekerja muda yang masih bekerja, hampir satu dari empat - atau 23% - telah mengalami pengurangan jam kerja, kata ILO. Dan menyebut tiga syok besar yang mereka alami: Hilangnya lapangan kerja mereka, gangguan pada pelatihan dan pendidikan mereka, dan kesulitan pindah kerja atau bahkan untuk mendapat tempat kerja pertama kali.
Dari 178 juta pekerja muda yang dipekerjakan di seluruh dunia, lebih dari 40% berada di sektor-sektor yang terpukul ketika krisis dimulai,'' seperti industri makanan dan industri perhotelan, kata ILO. Lebih dari tiga perempat pekerja muda berada di sektor informal, termasuk 94% pekerja muda di Afrika.
"Enam dari sepuluh pekerja muda di dunia bekerja di sektor infromal. Di Arika bahkan 9 darin 10 pekerja muda", kata Guy Ryder kepada DW.
"Dan bahayanya adalah - ini adalah pelajaran dari pengalaman masa lalu - bahwa guncangan awal bagi kaum muda ini akan berlangsung satu dekade atau lebih dari satu dekade," lanjutnya. "Ini akan mempengaruhi karir mereka sepanjang kehidupan kerja mereka." (hp/vlz)