Indonesia 2012: Demokrasi Monokromatik
24 Desember 2012Bagaimana melihat Indonesia masa kini? Potret tentang Indonesia mutakhir bisa berbeda-beda. Bagi banyak orang di dunia, khususnya di barat, Indonesia masih dipandang sebagai salah satu contoh negara berpenduduk muslim yang paling sukses mempraktekkan demokrasi.
Tapi masalahnya, perlahan-lahan gambaran indah itu pudar.
Makin Tidak Toleran
Jajak pendapat Oktober 2012 yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia mengungkapkan fakta: masyarakat Indonesia semakin tidak toleran.
Hampir setengah masyarakat Indonesia tidak suka hidup berdampingan dengan kelompok minoritas di dalam Islam: 46,6 persen tidak suka bertetangga dengan Ahmadiyah, dan 41,8 persen tidak nyaman hidup dengan pemeluk Syiah.
Survey ini memperlihatkan, sikap tidak toleran naik hampir dua kali lipat dalam tujuh tahun terakhir. Tahun 2005 sikap tidak toleran atas kelompok agama lain adalah 8,2 persen. Kini angka itu menjadi 15,1 persen.
Lebih mencemaskan lagi, karena polling itu menemukan bahwa hampir satu dari empat orang Indonesia bisa mentolerir kekerasan untuk menegakkan apa yang mereka yakini sebagai prinsip agama.
Intoleransi
Hingga 2012 berakhir kasus Gereja Yasmin masih belum selesai. Rumah ibadah yang seharusnya dipakai untuk misa, disegel, karena dianggap ilegal oleh Walikota Bogor, Diani Budiarto.
Mahkamah Agung, sebenarnya telah menyatakan bahwa pendirian GKI Yasmin sah. Tapi Walikota Bogor menolak keputusan lembaga tertinggi hukum itu.
Sementara di Bekasi, jamaat gereja HKBP Filadelfia yang sedang beribadah dilempari kantung plastik berisi kotoran manusia oleh kelompok radikal yang menentang keberadaan gereja tersebut.
Di Sampang, Madura, massa menyerang warga Syiah dan mengakibatkan korban tewas dan luka-luka. Rumah mereka dibakar dan dihancurkan oleh massa yang menyebut syiah sebagai ajaran “sesat“. Sepanjang tahun 2012 persekusi atas jemaah Ahmadiyah juga masih terus berlanjut.
Intoleransi juga terjadi melalui jalur hukum. Tahun 2012 jatuh lagi korban pasal Blasphemy atau penghinaan agama. Di Padang, Sumatera Barat, seorang pegawai negeri divonis dua tahun penjara. Alexander yang turut mengelola grup Facebook Ateis Minang, dianggap menghina Islam.
Pertengahan Mei 2012, tekanan kelompok konservatif dan garis keras memaksa polisi membatalkan ijin konser Lady Gaga di Jakarta.
Mengutip Majelis Ulama Indonesia (MUI), polisi menyebut Lady Gaga tidak sesuai dengan kebudayaan Indonesia. Sepekan sebelumnya, Front Pembela Islam (FPI) mengancam akan membuat onar jika konser digelar.
Sebelumnya, pada awal Mei, acara diskusi dan peluncuran buku aktivis perempuan asal Kanada, Irshad Manji di Jakarta, dibubarkan polisi atas tekanan kelompok Islam radikal. Irshad Manji dikenal sebagai lesbian yang mempertahankan keyakinannya sebagai muslim dan banyak mengkritik konservatisme di dalam Islam.
Negara Sebagai Polisi Moral?
Tahun 2012 mencatat bagaimana Negara mencoba berperan sebagai polisi moral. Maret 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membentuk Satuan Tugas Anti Pornografi, yang terdiri dari belasan menteri.
Menteri Agama Suryadharma Ali yang ada dalam tim itu mengatakan bahwa salah satu criteria porno adalah rok mini.”Kami berpendapat harus ada kriteria umum. Misalnya untuk rok perempuan harus di bawah dengkul".
Dikepung Syariat
The Wall Street Journal mencatat paling tidak ada 350 pemerintahan lokal, yang memberlakukan Peraturan Daerah atau Perda Syariat Islam. Sebagian besar mengatur tata cara berpakaian yang mewajibkan perempuan mengenakan busana yang dianggap “Islami”.
Di Aceh, pertengahan 2012 polisi Syariah menggelar razia ke berbagai toko di Banda Aceh dan menyita pakaian yang dianggap terlalu “ketat” bagi perempuan. Langkah ini disertai peringatan kepada toko untuk tidak menjual pakaian yang dianggap “tidak Islami”.
Ratusan perempuan tertangkap dalam razia pakaian. Sebelumnya, Komisi Nasional Perlindungan Perempuan Indonesia atau Komnas Perempuan telah menerima laporan mengenai pelanggaran hak asasi manusia dalam penegakkan Perda Syariat Islam Aceh, khususnya terkait pasal mengenai busana muslim.
Menurut Komnas Perempuan, dalam menegakkan hukum Syariat Islam di Aceh: razia pakaian dilakukan dengan kasar dan merendahkan martabat perempuan. Misalnya: perempuan yang tidak berjilbab dipotong rambutnya, disiram cat, atau dijambak rambutnya di jalan, saat razia.
Hal lain misalnya pengguntingan celana panjang, karena ada dua kota di Aceh yang melarang perempuan memakai celana panjang: dalam razia, perempuan yang memakai celana panjang digunting celana panjangnya, atau dipermalukan dengan diteriaki sebagai pelacur.
Keberagaman Terancam Hilang
Jika dilihat dari dekat, demokrasi Indonesia tidak semulus yang dilihat dunia. Intoleransi tidak hanya milik kelompok garis keras yang jumlahnya kecil. Bahwa mereka yang paling aktif dan vokal mendiskriminasi kelompok lain: ya. Tapi sesungguhnya, cara pandang mereka banyak didukung oleh publik sebagaimana tercermin dalam jajak pendapat soal toleransi.
Inilah problem serius: demokrasi Indonesia berkembang dengan cara ganjil: orang bebas memilih partai politik tapi tidak dengan keyakinan agama. Demokrasi Indonesia semakin kehilangan warna: perlahan-lahan semakin monokromatik.
Andy Budiman
Editor: Hendra Pasuhuk