Ingin Studi Kedokteran di Jerman? Begini Caranya!
19 Mei 2019Adiyaksa Dzarnuji Pratama adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Bonn. Laki-laki 25 tahun yang biasa dipanggil Adi itu sedang menjalani tahun kelimanya di program studi ini. Apa yang harus dilakukan untuk bisa menjalani studi di jurusan kedokteran di Jerman? Dan bagaimana pengalaman menjadi mahasiswa kedokteran di Jerman? Simak bincang-bincang DW dengan Adi berikut.
Deutsche Welle: Adi, bisa diceritakan proses awal kamu melamar untuk studi kedokteran di Jerman setelah lulus SMA?
Adiyaksa Pratama: Pertama, saya ikut kursus bahasa Jerman sampai level B2, tapi sekarang untuk jurusan Kedokteran disarankan minimal level C1. Lalu, ikut Studienkolleg jurusan M-Kurs. Semua calon mahasiswa dari Indonesia yang ingin kuliah S1 di Jerman harus mengikuti Studienkolleg, apapun jurusan kuliahnya nanti.
Lalu, saya mencari info tentang kampus dengan fakultas kedokteran di Jerman dan cara mendaftarnya lewat situs hochschulstart.de. Di situs ini terdapat penjelasan apakah kita harus kirim lamaran langsung ke universitas yang dituju atau melalui Uni-Assist e.V.
Apa yang harus diperhatikan oleh calon mahasiswa dalam proses pencarian kampus?
Pertama, perhatikan Numerus Clausus (NC). Ini mencakup ketentuan kriteria nilai minimum di setiap kampus kedokteran yang dituju. Yang kedua, perhatikan kuota untuk orang asing (Ausländerquote) karena berbeda-beda di setiap universitas. Yang ketiga, cari minat dan ketertarikan untuk menentukan untuk studi di kota yang mana, berdasarkan hobi, biaya hidup dan kesempatan untuk kerja sambil kuliah.
Kenapa kamu memilih untuk studi kedokteran di Jerman, tidak di Indonesia saja? Dan kenapa di Jerman, bukan di negara lain?
Pada awalnya saya tidak ada niat atau ketertarikan untuk melanjutkan studi di luar negeri, sampai pada saat saat menjelang UN (Ujian Nasional/red) di waktu SMA ada beberapa agen pendidikan yang menyosialisasikan betapa mudah dan menariknya kuliah di luar negeri. Salah satunya di Jerman. Mengikuti rasa penasaran, akhirnya saya coba tanya sendiri ke kedutaan Jerman yang ada di Jakarta. Dari sana saya dialihkan untuk berkonsultasi langsung ke DAAD.
Dari DAAD saya mendapatkan informasi bahwa melanjutkan studi di Jerman itu bukanlah hal yang mustahil, dan juga bisa di bilang "gratis", maksudnya tidak ada biaya gedung atau uang bangunan dan semacamnya. Karena cita-cita saya dari kecil ingin menjadi seorang dokter, akhirnya saya mencoba membandingkan secara keseluruhan terutama dari segi biaya antara kuliah kedokteran di Indonesia dan di Jerman.
Setelah dihitung-hitung, biaya kuliah kedokteran di Indonesia, termasuk uang bangunan, uang untuk beli buku, juga biaya sehari hari sampai lulus, dengan kuliah kedokteran di Jerman yang tanpa ada uang bangunan, tetapi masih ada uang semester, biaya hidup dan persiapan bahasa juga Studienkolleg, menghabiskan biaya yang menurut perhitungan saya kurang lebih sama besar. Karena itulah saya memantapkan diri dan meyakinkan orang tua kalau saya ingin melanjutkan studi kedokteran di Jerman, karena toh biaya yang dibutuhkan tidak jauh berbeda. Selain itu, saya melihat juga ada faktor pengalaman yang tentunya tidak bisa didapatkan jika saya berada di Indonesia plus kemungkinan untuk membiayai kuliah sendiri di Jerman lewat kerja sampingan yang tersedia di Jerman.
Kenapa di Jerman? Saya sempat juga membandingkan biaya perkuliahannya dengan beberapa negara berbahasa Inggris seperti di Australia, Kanada, juga Amerika yang ternyata jauh lebih mahal dibandingkan perkuliahan di Jerman. Yang menariknya lagi, tidak ada perbedaan untuk biaya per semester dari jurusan yang satu dengan yang lainnya, semua disamaratakan.
Kuliah kamu ini bisa dibilang seperti S1 kedokteran di Indonesia ya? Boleh kamu ceritakan proses kuliah kamu kini? Apa yang dipelajari dan seperti apa ujiannya hingga akhirnya lulus dan selesai studi S1?
Yang pertama terdapat dua tipe jurusan kedokteran di Jerman, yaitu Regelstudiengang dan Modellstudiengang. Regelstudiengang membagi waktu perkuliahan ke masa teori (Vorklinik) dan praktik (Klinik). Sedangkan Modellstudiengang lebih menekankan teori dan praktik secara bersamaan dari masa awal perkuliahan. Waktu perkuliahan dari kedua tipe tersebut berkisar sekitar 6,5 sampai 7,5 tahun, tergantung apakah mahasiswa tersebut mengambil gelar atau tidak.
Kedua, tipe jurusan kedokteran di Jerman menerapkan sistem Staatsexamen (ujian negara). Yang mana dalam sistem ini tidak dibutuhkan untuk menulis skripsi seperti sistem S1 di Indonesia, ataupun tesis seperti S2, melainkan mahasiswa yang studi di jurusan dengan sistem Staatsexamen ini (seperti Kedokteran Umum, Kedokteran Gigi, Hukum, Farmasi) wajib mengikuti ujian negara setelah beberapa fase perkuliahan.
Berhubung Universitas Bonn menerapkan Regelstudiengang, sistem Staatsexamen ini membagi kuliah kedokteran ke dalam tiga tahapan, yakni tahapan Vorklinik, Klinik dan Praktisches Jahr.
Tahapan Vorklinik (Semester 1-4) membahas semua teori yang nantinya akan kita praktikkan di tahapan Klinik. Pelajarannya antara lain terdiri dari biologi, kimia, fisika, anatomi, fisiologi, biokimia, sosiologi dan psikologi. Di tahapan ini tidak begitu sering terjadi kontak dengan pasien. Setelah kuliah empat semester dan lulus di semua ujian, maka mahasiswa kedokteran di Jerman diwajibkan mengikuti Staatsexamen yang pertama atau biasa disebut dengan istilah "Physikum”.
Selain kita harus lulus semua mata kuliah di semester satu sampai empat, kita juga harus melampirkan bukti kalau kita sudah mengikuti kelas Erste-Hilfe Kurs dan Pflegepraktikum. Erste Hilfe Kurs dapat diikuti selama satu sampai dua hari di luar proses perkuliahan. Pflegepraktikum harus dilakukan selama tiga bulan di rumah sakit atau klinik kesehatan lainnya di luar jam kuliah, artinya harus di laksanakan dalam waktu liburan.
Setelah lulus Staatsexamen pertama, maka kita akan masuk ke fase Klinik, di mana setiap hari kita akan melakukan kontak dengan pasien baik itu untuk sekadar Anamnese, atau pemeriksaan umum, atau juga memperhatikan sebagian operasi yang terjadi. Pelajaran yang ada di fase klinik di antaranya ada penyakit dalam, bedah, anesthesia, ortopedia, psikiatri dan neurologi.
Fase klinik ini berlangsung selama enam semester, setelah lulus semua ujian yang ada dalam enam semester tersebut, maka mahasiswa bisa mengikuti Staatsexamen yang kedua, di mana untuk mengikuti ujian tersebut mahasiswa wajib pula menyertakan bukti bahwa mereka sudah melakukan Famulatur selama empat Bulan. Famulatur ini kurang lebih mirip dengan Pflegepraktikum yang ada di fase Vorklinik. Bedanya adalah saat Pflegepraktikum kita bekerja sebagai asisten perawat, dan saat Famulatur kita bekerja seperti asisten Dokter.
Setelah lulus Staatsexamen kedua, kita akan masuk ke fase Praktisches Jahr, di mana selama setahun penuh kita belajar langsung di bawah bimbingan dokter dan langsung mempraktikkannya ke pasien, mungkin bsa di bilang seperti co-as kalau di Indonesia. Setelah setahun penuh di fase Praktisches Jahr, kita wajib mengikuti Staatsexamen yang ketiga, biasa disebut Hammerexamen. Setelah itu baru deh jadi dokter.
Tapi tunggu dulu, ini masih dokter alias "Arzt” tanpa ada gelar. Kalau mau ambil gelar "Dr.Med" (doctor medicinae/Doktor der Medizin) kita harus mengambil yang namanya Doktorarbeit, dan proses ini berlangsung sekitar satu sampai dua tahun, bisa di selipkan di antara proses perkuliahan ataupun mengambil waktunya sendiri, makanya kadang jangka waktu studi kedokteran itu sendiri masih bisa berubah-ubah tergantung mahasiswanya juga.
Setelah lulus, apa yang bisa dilakukan oleh seorang mahasiswa kedokteran?
Setelah lulus kedokteran di Jerman, mahasiswa di sini tidak langsung bisa praktik sebagai dokter umum seperti yang biasa di temukan di Indonesia. Jika ingin mengambil dokter umum maka lulusan kedokteran di Jerman harus yang mengambil spesialis Kedokteran Umum (Facharzt für Allgemeinmedizin).
Sangat disarankan untuk teman-teman yang sudah ada di tahap akhir studi kedokteran ini agar sudah mengetahui akan melanjutkan ke mana atau akan mengambil spesialis di bidang apa karena kebanyakan lulusan kedokteran di Jerman langsung melanjutkan ke jenjang spesialis di mana di rumah sakit mereka akan bekerja sebagai Assistenzarzt (seperti Residen kalau di Indonesia). Termasuk jika kalian juga ingin membuka praktik dokter umum sendiri di Jerman, maka kalian harus menjadi Facharzt für Allgemeinmedizin terlebih dahulu.
Selain itu, kalian yang belum tahu ingin spesialisasi di bagian mana, bisa bekerja sebagai pegawai tetap (Festangestellte) di rumah sakit pilihan kalian dan di sana bisa terus bekerja hingga "naik jabatan” sebagai Oberarzt atau bahkan Chefarzt.
Selain bekerja di rumah sakit dan mengambil spesialisasi sebagai Facharzt, atau menjadi dokter umum, lulusan kedokteran di Jerman juga bisa beralih ke bagian Riset dan Akademis (Forschung und Lehre) untuk kalian yang lebih suka bereksperimen. Atau untuk kalian yang lebih suka menulis dan membagi ilmu yang kalian miliki, bisa memilih bidang Fachjournalist für Medizin. Dan selain itu perusahaan obat-obatan juga masih sering mencari lulusan kedokteran untuk membantu mereka dalam riset pengembangan dan pembuatan obat-obatan terbaru. Dan masih banyak lagi kemungkinan lainnya yang bisa dilakukan seperti contohnya ke bidang Medizininformatik atau Medizintechnik.
Bagaimana jika ingin mengambil spesialisasi, untuk mereka yang lulus di sini dan yang dari Indonesia?
Untuk lulusan dari Jerman, bisa langsung mendaftar di klinik atau di rumah sakit yang diinginkan seperti layaknya orang yang mencari pekerjaan. Biasanya di website setiap rumah sakit juga sudah menyiapkan daftar spesialis apa yang sedang ditawarkan.
Untuk yang dari Indonesia, yang baru lulus kedokteran dan ingin melanjutkan spesialisasi di Jerman, langkah awalnya kurang lebih sama yaitu mendaftar di rumah sakit atau di bagian spesialis yang kalian inginkan. Bedanya kalian memerlukan yang namanya Approbation agar kalian bisa setara dengan lulusan kedokteran di Jerman.
Approbation ini bisa kalian dapatkan jika kalian mengajukannya ke LPA (Landespreufungsamt) bersangkutan di mana rumah sakit yang kalian tuju berada. Untuk Bonn dan kota lain di negara bagian Nordrhein-Westfalen, LPA yang bertanggung jawab adalah LPA Düsseldorf. Di website LPA Düsseldorf teman-teman bisa melihat apa saja yang dibutuhkan oleh mahasiswa asing: (http://www.brd.nrw.de/gesundheit_soziales/LPA-Nicht_EU-Mediziner/index.jsp)
Di sana bisa kalian bisa lihat kalau kalian harus mengikuti yang namanya Eignungsprüfung dan Kenntnisprüfung. Keduanya diadakan secara lisan dan praktik dalam bahasa Jerman. Kenntnisprüfung berisi mengenai semua teori dan pelajaran yang diperlukan dalam kegiatan sehari-hari kita sebagai dokter, seperti pengetahuan anatomi, penyakit dalam, bedah dan lain-lain. Dan di Eignungsprüfung kita akan diuji bagaimana kita melakukan interaksi dengan pasien seperti saat melakukan pemeriksaan tubuh menyeluruh, ataupun saat kita melakukan pemeriksaan diagnosis lainnya.
Jika teman-teman sudah lulus kedua ujian ini maka kalian akan mendapatkan Approbation dan otomatis setara dengan lulusan kedokteran jerman disini dan bisa melanjutkan pekerjaan kalian sebagai Assistenzarzt hingga kalian menjadi seorang spesialis. Nah, jadi tetap yang utama sebisa mungkin kalian sudah les bahasa Jerman dan bisa mengerti bahasa Jerman. Karena tidak jarang kalau website yang kalian kunjungi dan butuhkan untuk mencari informasi tersebut hanya tersedia dalam bahasa Jerman.
Kuliah di luar negeri secara umum tentu tidak mudah, apalagi di jurusan seperti kedokteran. Apa tips dan pesan kamu untuk mereka yang berkeinginan kuliah kedokteran atau melanjutkan spesialisasi di Jerman?
Yang pertama selalu kuatkan, serta mantapkan tekad dan niat kalian untuk melanjutkan studi disini, karena "ujian” yang di hadapi bukan hanya masalah perkuliahan, yang kebanyakan tidak diwajibkan untuk datang ke kelas (sistem belajar mandiri), tapi juga budaya, bahasa dan bagaimana kita bisa berjuang melanjutkan hidup disini, yakni bagaimana kita bisa membiayai selama kita hidup di Jerman, apakah lewat pekerjaan sampingan, ataupun bisa juga dengan menghemat uang yang sudah kita tabung lebih dulu di Indonesia.
Jangan pernah malas untuk membuka semua link ataupun referensi yang ada dan membuat catatan versi kita sendiri, karena informasi untuk melanjutkan studi kedokteran itu sebenarnya ada di setiap website universitas atau rumah sakit (Uniklinikum) yang bersangkutan, hanya saja setiap website tersebut memiliki persyaratan dan ketentuan yang beragam.
Melihat semua yang sudah saya jelaskan tentu kalian akan berpikir kalau prosesnya rumit dan bikin pusing, tapi jika kalian sudah memantapkan niat, insya Allah semuanya akan worth it. Selain kalian mendapatkan informasi baru, kalian secara tidak langsung sudah belajar untuk mendisiplinkan diri kalian terhadap tujuan yang ada di depan mata kalian, dan itu sangat dibutuhkan untuk bertahan di Jerman.
na/yp
*Simak serial khusus #DWKampus mengenai warga Indonesia yang menuntut ilmu di Jerman dan Eropa di kanal YouTube DW Indonesia. Kisah putra-putri bangsa di perantauan kami hadirkan untuk menginspirasi Anda.