Insiden Kandahar Semakin Persulit Posisi Militer AS
12 Maret 2012Pembantaian yang terjadi di provinsi Kandahar, Minggu (11/03), merupakan salah satu kekejaman terburuk yang dilakukan oleh pasukan AS selama Perang Afghanistan. Insiden ini terjadi disaat warga Afghanistan masih memenadam kemarahan atas aksi pembakaran al Quran, bulan Februari lalu, di pangkalan AS di Bagram.
Kekerasan yang terjadi menyusul insiden pembakaran Quran ini semakin memperkuat desakan penarikan lebih awal pasukan AS dari Afghanistan. Bahkan Presiden AS Barack Obama sendiri baru-baru ini mengatakan, sudah saatnya bagi kita untuk melakukan transisi. Namun Obama juga menekankan, AS tidak berencana untuk mengubah jadwal penarikan sampai akhir tahun 2014.
Pelaku Tunggal
Menurut keterangan pejabat AS dan Afghanistan, serangan dimulai sekitar pukul 3 dinihari waktu setempat di dua desa di wilayah Panjwai. Desa tersebut terletak tidak jauh dari sebuah pangkalan militer AS.
Penduduk desa menceritakan, seorang tentara masuk dari rumah ke rumah sambil memuntahkan peluru senjatanya. Pejabat AS mengatakan, aksi pembantaian ini hanya dilakukan seorang pelaku, seorang tentara berpangkat sersan. Dilaporkan, setelah melakukan aksi penembakan, tentara tersebut kembali ke pangkalannya. Ia kini ditahan di sebuah pangkalan NATO di Afghanistan.
Beberapa warga desa yang diserang tidak mempercayai keterangan bahwa aksi pembantaian dilakukan pelaku tunggal. „Satu orang tidak mungkin dapat membunuh sebanyak itu. Pasti ada beberapa yang terlibar,“ dikatakan Bacha Agha kepada kantor berita AP. "Jika pemerintah mengaatakan ini merupakan aksi satu orang, kita tidak akan menerimanaya. Setelah membunuh, mereka juga membakar beberapa mayat."
Serangan di Kandahar ini menewaskan setidaknya 16 warga. Menurut laporan, 11 korban tewas berasal dari satu keluarga dan sembilan orang anak turut menjadi korban.
Pasukan internasional di Afganistan ISAF menyatakan menyesali insiden tersebut dan mengatakan akan melakukan penyelidikan besama dengan otoritas Afghanistan. Kedutaan Besar AS di Kabul juga berjanji untuk menyeret mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan.
Yuniman Farid(rtr/ap/afp)
Editor: Hendra Pasuhuk