Islamis Mesir Serukan Demo Besar
13 Agustus 2013Kebuntuan yang sedang berlangsung dengan pemerintahan sementara yang didukung militer, yang telah mengancam akan membubarkan paksa aksi duduk ribuan Islamis yang telah berkemah di dua lokasi utama ibukota Kairo, telah memunculkan kecemasan mengenai potensi pertumpahan darah.
Sejak polisi mengeluarkan ultimatum pekan lalu, untuk menghentikan protes, kelompok Islamis telah menyerukan pawai di seluruh negeri untuk menuntut agar Mursi, yang merupakan presiden pertama yang terpilih secara demokratis, dikembalikan ke jabatannya semula. Mursi yang digulingkan 3 Juli lalu hingga kini masih ditahan oleh pihak militer di tempat yang dirahasiakan.
Gunakan isu Israel
Aliansi Anti Kudeta, yang mendukung Mursi, menyerukan “demonstrasi jutaan orang” bersamaan dengan pernyataan para hakim yang memutuskan untuk memperpanjang masa penahanan Mursi 15 hari ke depan. Mursi ditahan atas tuduhan terlibat konspirasi dengan pihak asing yakni Hizbullah asal Libanon serta Hamas asal Palestina, dalam aksi-aksi menentang Husni Mubarak pada masa revolusi.
Sambil menggunakan slogan “Bersama melawan kudeta dan para zionis” untuk pawai mereka, para pendukung Mursi mencoba menyerang posisi kelompok nasionalis, setelah serangan udara atas kelompok Islamis radikal hari Minggu yang lalu, dituduh oleh kelompok jihadi telah dilakukan oleh Israel.
Media Israel mengatakan bahwa negara Yahudi itu bekerjasama erat dengan Mesir menghadapi ancaman kelompok Islam radikal di semenanjung Sinai yang bergolak.
Pihak pemerintah telah mengumumkan rencana untuk membersihkan para demonstran pro-Mursi di taman Rabaa al-Adawiya dan Nahda di Kairo, melalui langkah “bertahap“, untuk membujuk mereka meninggalkan lokasi demonstrasi dengan damai sebelum menggunakan tangan besi.
Namun jumlah pengunjuk rasa tak berkurang karena ancaman itu.
Kelompok paling terorganisir
Kelompok Ikhwanul Muslimin yang merupakan pendukung utama Mursi, berkeras bahwa demonstrasi mereka adalah demonstrasi damai, sementara pemerintah dan media menuduh para demonstran Rabaa dan Nahda sebagai “teroris“.
Mereka menuding para pengunjuk rasa menyembunyikan senjata otomatis di taman dan menggunakan perempuan serta anak-anak sebagai “tameng hidup”.
Rabab al-Mahdi, profesor ilmu politik di Universitas Amerika di Kairo mengatakan para demonstran “bukan seperti aksi duduk yang lain“.
Pemerintah kini berhadapan dengan kekuatan politik paling terorganisir di Negara itu. Mereka tahu bahwa harga yang harus dibayar akan lebih mahal daripada protes-protes sebelumnya,“ kata Mahdi.
Ikhwanul Muslimin yang dilarang pada tahun 1954 dan kemudian direpresi oleh pemerintah Mesir, memenangkan pemilihan legislatif dan eksekutif pada tahun 2011 lalu, setelah jatuhnya diktator Husni Mubarak.
ab/ hp (afp, rtr,ap)