Israel Balas Serangan Hamas, Puluhan Orang Dilaporkan Tewas
11 Mei 2021Bentrokan berlanjut di Yerusalem pada hari Senin (10/05) dalam aksi protes terhadap upaya Israel untuk menggusur paksa warga Palestina yang tinggal di lingkungan Shaikh Jarrah di bagian timur kota yang dianeksasi Israel tersebut.
Bentrokan terjadi ketika polisi Israel menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa dan menembakkan granat kejut, gas air mata, dan peluru karet. Polisi melaporkan bahwa pengunjuk rasa Palestina telah melakukan aksi lempar batu ke jalan raya terdekat.
Sebelumnya, Hamas, kelompok paramiliter yang menguasai Jalur Gaza, menembakkan roket ke Israel setelah otoritas Israel menolak untuk mundur dari Temple Mount dan lingkungan Shaikh Jarrah. Namun, sebagian besar berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Iron Dome Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa kelompok Hamas "telah melewati garis merah dan menyerang kami dengan roket di pinggiran Yerusalem. Siapa pun yang menyerang kami akan membayar dengan harga mahal."
Militer Israel pun merespons dengan melakukan serangan udara balasan. Sebanyak delapan militan Hamas tewas. Otoritas Palestina di Gaza juga melaporkan serangan balasan Israel mengakibatkan 20 orang tewas, termasuk sembilan anak-anak, dan sekitar 65 orang lainnya terluka.
Apa tanggapan para pemimpin dunia?
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengutuk kekerasan yang terjadi di Yerusalem. Ia mengatakan bahwa baik otoritas Israel dan Palestina "memiliki tugas untuk mencegah lebih banyak korban sipil."
Juru bicara kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrel pada Senin (10/05) juga mengatakan "peningkatan kekerasan yang signifikan" di Tepi Barat, di dalam dan dekat Gaza, dan di Yerusalem Timur "perlu segera dihentikan."
Sementara, Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken mengecam serangan roket yang ditembakkan Hamas dan meminta kelompok itu untuk "segera berhenti". AS, sekutu dekat Israel, menunjukkan keragu-raguan dalam mendukung pernyataan Dewan Keamanan PBB yang menyerukan Israel untuk menghentikan penggusuran di lingkungan Shaikh Jarrah.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang telah lama mengkritik Israel, dalam panggilan telepon dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan bahwa dia akan bergerak untuk memerangi "teror" Israel.
Mengapa bentrokan terjadi di Yerusalem?
Ketegangan di Yerusalem, kota suci bagi tiga umat beragama yakni Muslim, Yahudi, dan Kristen, telah meningkat dalam beberapa hari terakhir. Banyak warga Palestina marah atas upaya Israel untuk melakukan penggusuran paksa di lingkungan Shaikh Jarrah.
Ketegangan semakin memanas ketika pengunjuk rasa dan polisi Israel bentrok di sekitar Masjid Al-Aqsa pada hari Minggu (09/05) malam.
Kementerian Kehakiman Israel kemudian membatalkan sidang atas kasus hukum yang dapat mengakibatkan penggusuran ini. Arak-arakan pengibaran bendera nasionalis, yang telah direncanakan pada hari Senin (10/05) untuk merayakan Hari Yerusalem juga dibatalkan oleh penyelenggara.
'Provokasi yang disengaja'
Hanan Ashrawi, pejabat tinggi Palestina, legislator, dan aktivis yang merupakan juru bicara resmi delegasi Palestina untuk proses perdamaian Timur Tengah, mengatakan kepada DW bahwa Israel sengaja memprovokasi warga Palestina.
"Israel telah menargetkan situs suci. Israel telah menargetkan para jemaah. Dan mereka diberitahu bahwa Israel sedang bermain api, bahwa mereka memprovokasi situasi konfrontasi. Dan mereka melanjutkan dan situasi pun memanas," ujarnya.
Menurut Ashrawi masalah ini tidak akan selesai dengan kompensasi sederhana. "Israel telah melakukan apa yang kami sebut sebagai rekayasa demografis atau pembersihan etnis di Yerusalem. Mereka telah mengambil alih rumah-rumah warga Palestina. Mereka telah mengusir warga Palestina dari rumah mereka sendiri, telah menghancurkan rumah-rumah warga Palestina."
"Jadi masalahnya bukan mengusir orang dan memberi mereka kompensasi. Masalahnya adalah mereka ingin menyingkirkan orang Palestina dan membersihkan kota Palestina," lanjutnya.
Ashrawi juga mengatakan bahwa "Israel ingin melihat seberapa jauh mereka bisa mengambil alih Yerusalem dan mengubah karakternya dan menjalankan kedaulatan ilegal atas Yerusalem."
rap/gtp (AP, AFP, Reuters, dpa)