Masih Akan Diguyur Hujan Lebat, BNPB Akan Modifikasi Cuaca
2 Januari 2020Hujan yang mengguyur Jakarta pada 1 Januari 2020 kemarin ternyata memecahkan rekor seperempat abad terakhir. Curah hujan tahun baru kemarin adalah yang tertinggi sejak tahun 1996.
"Curah hujan kemarin adalah yang tertinggi selama 24 tahun terakhir berdasarkan data sejak 1996," kata Kepala Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, kepada detikcom, Kamis (02/01).
Curah hujan tertinggi kemarin tercatat berlokasi di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
"Data curah hujan dengan intensitas tertinggi kemarin 377 mm/hari di Halim," kata Dwikorita.
Dia memaparkan catatan curah hujan terkait banjir besar di Jakarta dari tahun-tahun sebelumnya. Berikut adalah catatannya.
Histori Banjir Besar Jakarta dan Intensitas hujan harian (sumber BMKG):
1996 : 216 mm/hari
2002 : 168 mm/hari
2007 : 340mm/hari
2008 : 250mm/hari
2013 : > 100mm/hari
2015 : 277mm/hari
2016 : 100 - 150 mm/hari
Modifikasi cuaca
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan DKI Jakarta akan dilanda hujan lebat selama seminggu ke depan. Menanggapi itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan melakukan upaya modifikasi awan hujan.
"BNPB dan BPPT sedang merancang, rekayasa hujan, agar intensitas hujan tidak terpusat pada 5 dan 6 Januari (super ekstrem)," kata Kepala BNPB, Doni Monardo saat dihubungi detikcom, Kamis (02/01).
Doni menjelaskan pihaknya bekerja sama dengan BMKG dan TNI akan membuat hujan buatan untuk memodifikasi cuaca. Sehingga, pada saat puncak hujan lebat, jumlah awan hujan akan berkurang.
"Sebagian awan akan dibuat hujan buatan, dilakukan modifikasi cuaca, sehingga pada saat puncaknya, jumlah awan yang akan jadi hujan agak berkurang," papar Doni.
Baca juga: Banjir Jakarta Disebabkan Hujan Sangat Ekstrem, 20 Ribu Orang Mengungsi
Sementara itu, Kapusdatinkom BNPB, Agus Wibowo juga menyebut pihaknya sudah memberi arahan kepada para kepala daerah terkait curah hujan yang tinggi selama sepekan ke depan. Persiapan mulai dari menaikan status siaga hingga menyiapkan beragam peralatan banjir.
"Pertemuan, susun organisasi, apel siaga, cek peralatan, tenda-tenda disiapkan, buat rencana kontingensi, simulasi, piket siap, logistik siap, bagian darurat siap, komunikasi seperti apa sudah siap semua. Itu yang kami imbau dan minta ke Pemda. Kalau tidak dilakukan, pasti tergopoh-gopoh. Oleh karena itu, kita semua bisa siap tempur ketika banjir datang dan menghadapi skenario terburuk," kata Agus.
Selain ke Pemda, Agus mengatakan pihaknya juga mengimbau agar masyarakat mempersiapkan barang-barang penting untuk menghadapi bencana. Dia juga meminta masyarakat mencari info soal titik evakuasi dan kontak tim evakuasi di daerah masing-masing.
"(Masyarakat) harus buat perencanaan, misal kalau evakuasi kemana ada rute evakuasi, tempat evakuasi, tempat ketemu anak-anak harus kemana, kemudian harus siapkan barang barang, dibawa di-pack dimasukan ke tas siaga bencana, makanan, minuman, radio, powerbank, dokumen penting disimpan di tempat aman, nomor kontak dihubungi siapa aja," sebut Agus.
16 orang meninggal dunia
Banjir di Jabodetabek memakan korban. Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), ada 16 orang yang meninggal dunia akibat banjir sejak 1 Januari 2020 kemarin.
"Hujan ekstrem yang mengguyur wilayah Jabodetabek pada malam tahun baru 1 Januari 2020 menyebabkan banjir. Selain menimbulkan kerusakan juga menyebabkan korban meninggal. Sampai saat data yang berhasil BNPB kumpulkan terdapat 16 orang meninggal akibat banjir," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Agus Wibowo, dalam keterangan tertulis di situs BNPB, Kamis (02/01).
Rincian jumlah korban meninggal yaitu DKI Jakarta 8, Kota Bekasi 1, Kota Depok 3, Kota Bogor 1, Kabupaten Bogor 1, Kota Tangerang 1, dan Tangerang Selatan 1. Penyebabnya mulai dari akibat tenggelam hingga tersengat listrik.
Baca juga: Jabodetabek Banjir, Presiden Jokowi Minta Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat Bersinergi
Petugas tetap siaga
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta jajarannya bekerja sampai tuntas. Mereka memiliki tanggung jawab sampai banjir benar-benar surut.
"Pekerjaan kita masih banyak, tanggung jawab dalam penanganan bencana ini baru dibilang tuntas kalau semua banjir dan genangan sudah surut, semua jalan dan fasilitas publik sudah berfungsi. Semua yang hari ini mengungsi sudah kembali ke rumah, bisa tidur dengan nyaman dan seluruh kegiatan masyarakat kembali seperti semula," kata Anies dalam rekaman suara yang dikirimkan Pemprov DKI Jakarta, Kamis (02/01).
Anies menyebut beberapa lokasi banjir sudah ada yang surut. Namun, petugas harus tetap siaga.
"Air mulai surut tetapi tantangan kita belum selesai. Mari kita terus siaga, tanggap dan galang. Tiga ini yang selalu saya sampaikan kepada seluruh jajaran agar kita saat kita memasuki musim penghujan," ucap Anies.
Anies meminta jajaran Pemprov DKI memastikan kebutuhan pengungsi. Jika ada kebutuhan yang kurang, segera penuhi.
"Pastikan semua petugas kita hadir memberikan. Kepada lurah dan camat harus ada koordinasi kepada tokoh masyarakat terutama di tempat pengungsian, dapur umum mandiri. Koordinasikan dengan mereka," kata Anies.
"Bila ada kebutuhan, para lurah camat langsung komunikasi dengan wali kota agar bisa disiapkan dukungan dari pemerintah provinsi," kata Anies. (Ed: rap/pkp)
Baca selengkapnya di: Detik News
Jabodetabek Banjir, Curah Hujan 1 Januari 2020 Tertinggi Selama 24 Tahun
DKI Jakarta Diprediksi Hujan Lebat, BNPB-BPPT Akan Modifikasi Cuaca
BNPB: 16 Orang Meninggal Akibat Banjir di Jabodetabek
Anies ke Jajaran: Kerja Sampai Banjir Surut, Bahagia Warga Jadi Obat Lelah