121108 Obama Guantanamo
13 November 2008Masa depan Guantanamo selalu dituangkan Obama dalam formulasi standar di setiap pidato kampanye. "Sebagai presiden saya akan menutup Guantanamo, menolak pengadilan militer yang dibentuk pemerintahan Bush, dan menegakkan kembali wibawa Konvensi Jenewa tentang tawanan perang.“
Itu janji kandidat presiden Obama di panggung kampanye. Presiden terpilih Obama sebaliknya, sangat berhati-hati jika tiba pada persoalan apakah kamp tahanan Guantanamo akan langsung ditutup setelah ia dilantik 20 Januari. Dan apa yang akan terjadi pada ke-255 tahanan? "Saya percaya sepenuhnya pada pengadilan Amerika dan penjaranya“, ujarnya.
"Tantangan besar"
Itu juga selalu ditekankan Obama di masa kampanye. Kalimatnya mengesankan, ia tak melihat adanya persoalan untuk memindahkan tersangka teroris Guantanamo ke Amerika guna dihadapkan ke pengadilan. Tapi sekarang terlihat, hal itu lebih mudah diucapkan di panggung kampanye daripada diwujudkan dalam pemerintahannya kelak.
Rekan separtai Obama yang juga pakar Guantanamo Adam Schiff mengatakan, "Menutup penjara untuk tersangka teroris adalah tantangan besar.“
Dalam wawancara dengan radio Amerika NPR, Adam Schiff, anggota Kongres dari Kalifornia menekankan, yang lebih tidak bermasalah adalah nasib sekitar 50 tahanan Guantanamo yang telah dinyatakan tidak bersalah. "Beberapa bisa dipulangkan, kembali ke negara asal“, kata Schiff.
Tapi hanya beberapa. Kebanyakan dari orang tidak bersalah yang ditahan di Gunatanamo, tak melihat ada peluang untuk kembali ke tanah airnya. Mereka datang dari Cina, Libya, Rusia, Tunisia dan Uzbekistan, dimana penyiksaan dan represi seumur hidup mengancam mereka.
Melalui jalan sempit
Presiden George W. Bush sudah menghimbau sejumlah negara, termasuk Jerman, untuk menampung mereka, tapi usahanya sia-sia. Bisa dipastikan Obama akan memanfaatkan rasa simpati Eropa, termasuk Berlin, terhadap dirinya, untuk kembali memohon solidaritas dalam soal Gunatanamo.
Penanganan mereka yang tidak bersalah di Guantanamo saja sudah begitu problematis, apalagi prosedur hukum bagi mereka yang diduga kuat tersangka teroris. "Kontitusi dan peradilan militer Amerika menyediakan kerangka kerja untuk berhadapan dengan teroris“, kata Obama di masa kampanye.
Tapi masalahnya, sebagai presiden ia harus menjamin bahwa prosedur pengadilan tidak mengarah pada pembuktian kesalahan agen dinas rahasia AS. Juga tidak membahayakan mantan simpatisan Al Kaeda yang kemudian bekerjasama dengan aparat keamanan Amerika.
Obama harus adil pada kebutuhan Amerika akan rasa aman, tanpa terjebak pada dakwaan menciptakan Guantanamo baru, kali ini bukan di Kuba, tapi di AS. Sebuah jalan sempit yang harus dilalui presiden AS kelak.
Namun, ada satu hal yang bisa dilakukan Obama pada hari pertama ia menduduki kursi presidenan, kata Adam Schiff, rekan separtainya dan pakar masalah Guantanamo. "Presiden, pada hari pertama menjabat, bisa mengeluarkan dekrit yang melarang semua bentuk penyiksaaan." (rp)