Jelang KTT G20 di Washington
6 November 2008Pembicaraan dua hari di Washington akan mempertemukan para pemimpin kelompok G20 untuk mendiskusikan tindakan bersama yang bisa diambil sebagai reaksi terhadap merosotnya ekonomi global dan cara untuk menghindari krisis serupa di masa depan.
Termasuk dalam G20 adalah 7 negara industri maju, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Kanada, AS dan Jepang. Ditambah 4 negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat, Brasil, Rusia, India dan Cina, dikenal dengan sebutan kelompok BRIC.
Kemudian 8 negara berkembang Arab Saudi, Argentina, Australia, Afrika Selatan, Korea Selatan, Meksiko, Turki dan Indonesia. UE dengan 27 negara anggotanya juga ikut serta, diwakili Perancis yang saat ini mengetuai dewan kepresidenan UE, dan Direktur Bank Sentral Eropa.
Kapitalisme Vs. Reformasi pasar uang
Pertemuan puncak di Washington digambarkan sebagai pembicaraan genting mengenai reformasi sistem keuangan global. Eropa akan menggunakan kesempatan itu untuk menuntut peraturan lebih ketat, kontrol lebih banyak dan transparansi di pasar uang global.
Sebaliknya, AS, walaupun babak belur dihantam krisis keuangan, ingin menyelamatkan model kapitalisme pasar bebasnya. Presiden AS George W Bush akan mendorong anggota G20 untuk tidak menggunakan krisis keuangan sebagai alasan bagi pembatasan pasar bebas atau rintangan baru di sektor perdagangan, demikian pernyataan sumber resmi di Washington.
Ditambahkan pula, pertemuan puncak G20 pekan depan bukan untuk membentuk sebuah dewan pengawas tunggal bagi ekonomi global. Pemerintah AS meyakini, baik di Eropa maupun di wilayah lain, kecil dukungan untuk memberi wewenang bagi sebuah badan internasional guna mengatur pasar keuangan internasional.
Anggota kelompok negara industri maju G7 lainnya, Kanada, juga menyatakan keraguan akan perlunya mengatur pasar keuangan begitu ketat dan terpusat seperti yang didiskusikan Eropa. Orang harus bertindak pragmatis, kata seorang wakil pemerintah Kanada. Perbaikan pengawasan harus dimulai di tingkat nasional. Kerjasama internasional dan peninjauan secara periodik atas langkah-langkah bersama, sedianya hanya memainkan peran pendamping. Dan tekanan bisa dilakukan lewat jalur informal.
Penuh Keraguan
Sebelum pertemuan puncak digelar 15 dan 16 November, akhir pekan ini lebih dahulu dilangsungkan pertemuan tingkat menteri di Brazil. Para Menteri Keuangan dan Direktur Bank Sentral negara-negara G20 akan sepenuhnya memusatkan diri bagi persiapan pertemuan puncak di Washington.
Lantas, apa yang bisa diharapkan? Juru bicara Gedung Putih Dana Perino tampak skeptis. Ia mengatakan, tidak seharusnya orang mengira pertemuan G20 di Washington itu akan menyelesaikan segala masalah. Sejumlah pengamat juga ragu bahwa pertemuan puncak 20 negara industri maju, ambang industri dan negara berkembang di Washington pekan depan dapat menghasilkan persetujuan. Terlalu banyak kepentingan yang saling bersaing, dan tidak banyak pemerintah negara anggota bersedia dibatasi geraknya.
Salah satu kunci bagi perubahan di G20 adalah peran Presiden terpilih AS Barrack Obama. Gedung Putih mengatakan, Obama, yang baru akan dilantik 20 Januari, tidak akan memainkan peran langsung dalam pertemuan puncak di Washington. Walau begitu, tidak tertutup kemungkinan Obama hadir dalam acara tersebut. (rp)