Jerman Akan Tampung Pengungsi Anak dari Suriah
9 Maret 2020Pemerintah Jerman mengaku akan menampung pengungsi anak-anak yang terdampar di Yunani dengan "jumlah yang pantas." Keputusan tersebut diambil dalam rangka kesepakatan dengan sejumlah negara Uni Eropa lain.
"Ketertiban dan kemanusiaan buat kami saling melengkapi. Sebab itu kami ingin membantu Yunani dalam situasi kemanusiaan yang suluit ini dengan menampung 1000 sampai 1500 anak-anak" begitu bunyi dokumen kesepakatan antara dua partai pemerintah, CDU dan SPD.
Pengungsi anak-anak yang akan ditampung merupakan pengidap penyakit serius, atau mereka yang membutuhkan layanan medis, tidak memiliki wali atau lebih muda ketimbang 14 tahun. Kebanyakan adalah bocah perempuan.
Para pencari suaka di Turki saat ini membanjiri perbatasan dengan Yunani usai Presiden Recep Tayyip Erdogan mengumumkan akan membuka perbatasan untuk membiarkan pengungsi menyebrang ke negeri jiran.
EU Tidak Ingin Ditekan
Ketua Umum Partai Uni Kristen Demokratik (CDU), Annegret Kramp-Karrenbauer, mengindikasikan Prancis kemungkinan akan ikut bergabung dengan koalisi UE demi menampung gelombang baru pengungsi dari Turki.
Keputusan Turki diambil menyusul pertempuran hebat di kawasan Idlib, Suriah, yang memicu tsunami pengungsi baru. Sejauh ini negeri di antara dua benua itu sudah menampung 3,5 juta pengungsi Suriah dengan bantuan dana senilai miliaran Euro yang disediakan Uni Eropa. Dana itu dimaksudkan agar Turki menghentikan gelombang pengungsi ke Eropa.
Namun menyusul situasi keamanan yang memburuk, Erdogan mengaku pihaknya tidak mampu lagi menampung gelombang baru pengungsi, kecuali mendapatkan tambahan dana bantuan dari Uni Eropa. Namun pekan lalu Dewan Hubungan Luar Negeri UE mengatakan tidak akan memberikan uang tambahan di bawah tekanan Ankara.
Krisis Kemanusiaan di Idlib
Erdogan dijadwalkan bakal bertemu dengan pemimpin Uni Eropa di Brussels pada Senin, (9/3). Menurut seorang jurubicara Presiden Dewan Eropa, Charles Michel, Turki dan UE akan membahas beragam isu, antara lain migrasi, keamanan, stabilitas di kawasan dan krisis di Suriah.
Pekan lalu Erdogan sudah bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas gencatan senjata di Idlib. Rusia merupakan sekutu pemerintah Suriah, sementara Turki menyokong kelompok pemberontak, Tentara Pembebasan Nasional (NLA). Kedua negara sepakat menggelar patroli gabungan dan membentuk sejumlah koridor keamanan.
Meski demikian pengamat meragukan komitmen pasukan Suriah, lantaran tidak pernah menaati gencatan senjata yang selama ini disepakati. Sebab itu pula kesepakatan tersebut diyakini tidak akan menghentikan gelombang pengungsi, meski Rusia dan Turki menjamin keamanan penduduk untuk kembali ke rumahnya masing-masing.
rzn/ap