Jerman Antisipasi Aktivitas Jihadis
31 Oktober 2014Pemerintah Jerman menengarai, ratusan orang dari kaum Salafi di negeri ini menganut ideologi garis keras dan siap mati dalam jihad. Mereka kebanyakan kaum muda dengan latar belakang migran, sebagian bahkan tergolong berpendidikan tinggi.
Erhan misalnya, pemuda keturunan Turki berusia 22 tahun adalah mahasiswa informatika ekonomi yang tergabung dalam kelompom salafis Jerman dan menyatakan diri sebagai pendukung Islamic State. "Saya juga siap membunuh keluarga sendiri, jika menentang Islamic State," ujar dia tegas.
Pemerintah negara bagian Bayern sudah mengusir Erhan, karena dikategorikan "orang yang sangat berbahaya". Pertengahan Oktober silam, dia kembali ke negara asal orang tuanya, Turki.
Kaum Salafis bertambah pesat
Jumlah kaum Salafis di Jerman yang menyatakan siap menggelar "perang suci" alias jihad di Suriah dan Irak dilaporkan bertambah dengan cepat. Tahun lalu, tercatat hanya 2.000 anggota salafi, dan tahun ini sudah mencatat angka hampir 7.000 orang. "Pertambahan sangat cepat yang amat mencemaskan," ujar pimpinan jawatan pelindung konstitusi Jerman, Hans-Georg Maaßen baru-baru ini.
Sedikitnya 450 anggota Salafi Jerman sudah bergabung dengan Islamic State di Suriah dan Irak, demikian laporan resmi aparat keamanan. "Namun jumlah yang sebenarnya tidak diketahui," tambah Maaßen. Harian "Frankfurter Allgemeine Sonntagszeitung" bahkan melaporkan, sedikitnya 1.800 orang jihadis asal Jerman bertempur atas nama ISIS di Suriah dan Irak.
Tujuh orang diantaranya diketahui sudah tewas karena melancarkan serangan bom bunuh diri. Sekitar 150 orang jihadis telah kembali ke Jerman, demikian laporan dinas rahasia.
Debat tangani Jihadis
Kini di Jerman muncul debat panas, terkait penangan kaum jihadis ini. Apakah kelompok Islamis militan itu sebaiknya diizinkan pergi ke Suriah atau Irak, dengan harapan mereka tewas dalam pertempuran? Atau mencegah keberangkatan ke luar negeri dan mencabut paspor mereka? Atau mengusirnya?
Aparat keamanan Jerman melaporkan, petugas sedang melakukan penyidikan terhadap 200 orang tersangka aktivis kelompok teror ISIS di Jerman. Kementrian hukum sudah mengajukan rancangan aturan penerapan hukuman bagi mereka yang berusaha bepergian keluar negeri untuk melakukan aksi kekerasan.
Partai pemerintah, CDU, bahkan mengajukan tindakan lebih keras. Juga iklan atau kampanye untuk menghimpunan teroris harus dijatuhi hukuman, "Tujuannya mencabut lahan persemaian bagi teroris Islamis," kata juru bicara Partai CDU. Anggota Salafis dengan dua kewarganegaraan, jika perlu bisa dicabut paspor Jermannya, dan diusir ke negara asal.
Risiko keamanan mantan Jihadis
Aparat keamanan Jerman juga mencemaskan mantan jihadis yang kembali ke Jerman setelah berperang di Suriah dan Irak, bisa melancarkan serangan berat. Contohnya sudah ada, yakni serangan pembunuhan empat orang di depan musium Yahudi di Brussel, Belgia bulan Mei lalu yang dilancarkan seorang warga Perancis, Mehdi Nemmouche, yang diduga bekas jihadis di Suriah.
Namun di sisi lain juga muncul ketakutan, jika menahan para Islamis untuk tidak pergi, berarti muncul bom waktu di dalam negeri. Contohnya seperti di Ottawa, Kanada, pelaku penembakan seorang lelaki berusia 32 tahun, pernah dihukum, berbulan-bulan meminta paspor agar bisa pergi ke Suriah, tapi terus dicegah hingga akhirnya melakukan serangan di Kanada.
Kini di Jerman ada kesepakatan antara pemerintah federal dan negara bagian, untuk mencabut paspor tersangka teroris yang siap melakukan kekerasan atau jihad di luar negeri. Sebagai gantinya diberikan kartu keterangan diri, yang tidak bisa digunakan bepergian ke luar negeri. Dengan itu diharapkan tidak ada lagi mantan jihadis yang kembali ke Jerman dan melakukan aksi teror di negara ini.