Jerman dan Tahanan Guantanamo
4 Mei 2009Harian Jerman Frankfurter Rundschau menulis:
Sejak Barack Obama mengumumkan bahwa penutupan kamp tahanan di Kuba akan menjadi prioritasnya sebagai presiden, para politisi Jerman sudah mulai berdiskusi, apakah Jerman mau, dan jika ya, berapa orang eks tahanan Guantanamo yang akan diterima di Jerman. Yang dibicarakan adalah para tahanan etnis Uigur asal Cina. Militer Amerika Serikat sendiri sudah tidak menganggap mereka merupakan ancaman bagi dunia Barat, dan di Cina mereka kemungkinan akan ditangkap dan disiksa. Di Amerika Serikat sendiri, harapan bahwa para tahanan Guantanamo akan diperlakukan sesuai prosedur hukum makin tipis, setelah Obama diberitakan akan mengaktifkan lagi tribunal militer. Dalam situasi ini, Jerman sebenarnya tidak boleh menolak menerima mereka, yang bahkan tidak digugat secara resmi.
Harian Jerman lainnya, Süddeutsche Zeitung, menyoroti laporan tentang rencana Amerika Serikat mengaktifkan kembali tribunal militer untuk tahanan Guantanamo. Harian ini menilai:
Selama ini, Barack Obama hampir selalu bertindak benar menghadapi warisan buruk pendahulunya, yaitu Guantanamo dan praktek penyiksaan para tersangka teroris. Ia memerintahkan penutupan kamp tahanan itu. Ia juga melarang praktek-praktek tidak manusiawi yang dilakukan dinas rahasia CIA. Tapi sekarang Obama boleh jadi melakukan kesalahan besar. Pemerintah Amerika Serikat kelihatannya ingin menghidupkan kembali tribunal khusus dari era Bush untuk mengadili para tersangka teroris. Memang para tahanan akan mendapat beberapa hak lebih banyak. Tapi dengan langkah ini, Obama akan mendiskreditkan Amerika. Yang lebih baik adalah, jika ia memiliki keberanian politik dan menyiapkan gugatan di depan pengadilan pidana biasa. Secara yuridis, ini pasti sangat rumit. Namun proses ini perlu bagi Amerika Serikat. Jika tidak, racun dari era Bush tetap akan bekerja dan citra Amerika Serikat terus merosot.
Tema lain yang jadi sorotan pers adalah situasi keamanan yang makin buruk di Pakistan dan Afghanistan. Kelompok Taliban di Pakistan makin merajalela. Harian Austria Die Presse berkomentar:
Negara-negara Barat harus membantu. Ini adalah tugas raksasa yang tidak mungkin hanya diemban oleh Amerika Serikat. Tentu saja, Amerika Serikat yang paling mampu melatih militer Pakistan dan memberi bantuan perlengkapan perang. Tapi bantuan untuk membangkitkan kembali perekonomian Pakistan harus menjadi tugas komunitas internasional. Karena tidak hanya Eropa dan Amerika Serikat, melainkan juga India, Cina, Rusia, Jepang dan Iran, tidak ingin kelompok ekstrim berkuasa dan mengancam dengan senjata atom. Pakistan tidak harus runtuh. Jika negara lebih tegas mempertahankan diri, dan dunia membantu, ancaman ini bisa dihadapi.
Mengenai situasi di Afghanistan, harian Italia La Reppublica menulis:
Hampir di seluruh bagian Afghanistan setiap hari ada pertempuran dan korban tewas. Lebih dua pertiga kawasannya berada di bawah pengawasan Taliban atau pemberontak. Tapi tetap saja kita tidak mau menyebutnya sebagai peperangan. Amerika Serikat menuntut dari Eropa, termasuk Italia, agar menyediakan lebih banyak tentara dan dana untuk Afghanistan. Tapi Presiden Amerika Serikat Barack Obama bulan lalu di Eropa hanya memberi janji samar-samar.
HP/dpa/afp
Editor: Agus Setiawan