Jerman Harusnya Prioritaskan Vaksinasi Kelompok Aktif
10 Maret 2021"Jerman harusnya prioritaskan kelompok orang berdasarkan angka kontak sosial mereka, bukannya berdasarkan usia", kata pakar imunologi Michael Meyer-Hermann dari Helmholtz Center for Infection Research di kota Braunschweig kepada media lokal belum lama ini.
Meyer-Hermann, mengatakan kepada harian Tagesspiegel yang terbit di Berlin, jika prioritas vaksinasi adalah mereka yang paling banyak melakukan kontak, maka efeknya akan lebih besar.
Ia mengritik strategi vaksinasi di Jerman dan kebanyakan negara anggota Uni Eropa, yang memprioritaskan kelompok manula dan kelompok berisiko tinggi sebagai penerima pertama vaksinasi. "Strategi ini bisa mereduksi angka kematian kelompok riiko tinggi, namun tidak memiliki impak siginfikan pada pandemi, karena kelompok ini hanya melakukan sedikit kontak", ujar Meyer-Hermann.
Sementara itu, Gernot Marx, pimpinan asosiasi perawatan intensif Jerman (DIVI), dalam sebuah wawancara dengan Funke Media Group mengatakan, "Sebetulnya jika pemerintah Jerman mengelola dengan baik program vaksinasi, pandemi Covid-19 diperhitungkan sudah bisa diredam bulan September 2021."
Sebagai rujukannya, ia menunjuk strategi imunisasi Covid-19 yang sukses dijalankan di Israel, yang juga memprioritaskan manula, tapi dijalankan secara cepat dan terstruktur. "Data dari Israel menunjukkan, mereka yang sudah divaksinasi, tidak lagi menularkan penyakit kepada orang lain", papar Marx. Tapi ia juga mengingatkan, prosedur kesehatan tetap harus dijalankan, agar progres yang dicapai lewat vaksinasi tidak cepat pudar lagi.
Akibat lambannya vaksinasi?
Pakar imunologi Meyer-Hermann juga mengritik strategi pemerintah Jerman, baik terkait rencana vaksinasi maupun rencana pencabutan penguncian alias lockdown. "Khususnya di saat varian yang lebih gampang menular makin cepat menyebar di Jerman. Saya memprediksi akan meledaknya kasus infeksi virus corona, seperti kasus di Inggris, Portugal dan Republik Ceko", tegasnya.
Akibat tekanan publik, pemerintah Jerman di bawah kanselir Angela Merkel mulai awal Maret ini pelan-pelan melonggarkan penguncian alias lockdown yang sudah berlangsung hampir 3 bulan di seluruh negeri. Tekanan makin meningkat, akibat kelambanan stretegi vaksinasi, tidak adanya exit strategi yang jelas dan banyak salah urus terkait pandemi Covid-19.
Puncaknya adalah terkuaknya kasus korupsi pengadaan maskeroleh beberapa petinggi partai CDU/CSU yang saat ini memerintah di Jerman. Dua orang anggota parlemen sudah menyatakan keluar dari partai dan menyatakan akan atau sudah meletakkan mandatnya sebagai anggota parlemen.
Prioritaskan manula dan nakes
Jerman saat ini menjalankan strategi memprioritaskan vaksinasi kelompok usia 80 ke atas dan para tenaga kerja di garis terdepan melawan pandemi corona. Namun strategi tidak berjalan mulus dan sangat lamban. Sejauh ini, lebih dari 70 hari setelah program vaksinasi diluncurkan, baru sekitar 4,9 juta orangdari total 83 juta penduduk Jerman yang sudah mendapat vaksinasi.
Setelah mendapat gelombang kritik keras, sekarang jumlah vaksinasi meningkat mencapai 170.000 orang per hari. Juga jumlah dosis vaksin yang disuplai pabrik farmasi terus meningkat. Walau begitu, sejumlah insiden kelambatan atau kemacetan vaksinasi juga masih terus dilaporkan dari berbagai wilayah.
as/vlz (dpa, KNA, EPD)