Jerman: Indonesia Masih Membutuhkan Impor Limbah
6 Juli 2019Indonesia memulangkan 49 kontainer berisi sampah ilegal, termasuk Jerman. Bagaimana sampah plastik dari Jerman sampai ke Indonesia dan apa yang akan terjadi setibanya di Jerman? Reporter Rizki Nugraha berbincang dengan Bernhard Schodrowski, juru bicara Asosiasi Induustri Limbah dan Daur Ulang Jerman
Bagaimana sampah plastik sampai ke Indonesia?
Pada dasarnya, ekspor sampah dilarang. Larangan ini harus diikuti dengan ketat demi kepentingan perusahaan-perusahaan dalam sistem ekonomi Jerman. Dalam kasus 49 kontainer yang sampai Indonesia, yang Anda sebutkan, dilaporkan, bahwa ada zat-zat beracun di antaranya. Jika ini benar, ini adalah kasus ekspor sampah ilegal dan dengan demikian merupakan tindak pidana, yang mana pihak bertanggung jawabnya harus dihukum.
Yang biasanya terjadi dalam perdagangan internasional adalah perdagangan dengan bahan-bahan daur ulang, contohnya rongsokan atau sampah kertas. Plastik juga bisa merupakan materi daur ulang dan dengan demikian juga diperjualbelikan. Sesuai Konvensi Basel, bahan-bahan ini harus dilaporkan oleh negara pengirim dan juga oleh negara penerima. Kemasan plastik sering diekspor ke Asia tidak dalam kondisi kosong, melainkan dikirim ke negara lain sebagai kemasan dengan produk di dalamnya atau diimpor ke suatu negara.
Apa yang terjadi di Asia Tenggara dengan sampah Jerman?
Pada dasarnya barang-barang ini akan didaur ulang. Ini adalah bahan dasar dari proses daur ulang. Tetapi merupakan hal yang salah jika sampah ini disimpan.
Seberapa banyak sampah yang setiap tahunnya diekspor dari Jerman ke Indonesia?
Menurut keterangan Departemen Statistik Jerman, pada tahun 2018 Jerman mengekspor keseluruhan 64.459 ton plastik dari jenis WA3915 (sampah, kepingan dan pecahan plastik) ke Indonesia. Ini kira-kira 1% dari sampah plastik yang dikumpulkan secara terpisah.
Kenapa menguntungkan mengirimkan sampah Jerman ke Asia?
Sekali lagi: Ekspor sampah dilarang. Sampah tidak diekspor. Yang diekspor adalah bahan-bahan daur ulang seperti rongsokan, sampah kertas dan beberapa jenis plastik tertentu. Misalnya dalam hal rongsokan, sangat jelas, bahwa ekspor ini sangat diperlukan oleh negara-negara yang tidak memiliki industri baja. Barang-barang ini dikirim dengan kontainer, yang juga memastikan pemanfaatan kapal yang efisien dan dengan demikian berdampak positif terhadap ongkos transportasi.
Pada dasarnya, ini adalah barang dagang dan basis untuk bahan daur ulang. Produksi di negara-negara miskin, sumber dayanya bergantung pada pengiriman bahan baku. Ini bisa dalam bentuk bahan-bahan baku primer atau daur ulang. Aktivitas perdagangan tidak boleh disamakan dengan ekspor sampah yang dilarang. Tujuan siklus perekonomian Jerman adalah untuk mengumpulkan sampah-sampah plastik berkualitas tinggi di Jerman, menyortir dan mendaur ulangnya, dan menyediakan bahan-bahan ini bagi pasar untuk daur ulang. Untuk bahan-bahan baku daur ulang ini kami memerlukan pembeli di industri yang memproduksi, yang terus menerus mengambil bahan-bahan ini dan menggunakannya di produk-produk baru.
Metode ini telah terbukti sukses pada kertas, kardus, limbah kaca dan logam bekas dan juga berguna dalam menangani plastik. Ini satu-satunya jalan untuk mengubah ekonomi linier menjadi ekonomi sirkuler, yang sesuai dengan namanya dan dalam jangka panjang membuat ekspor barang-barang untuk tujuan ini menjadi tak diperlukan lagi.
Apa yang akan terjadi dengan sampah yang sekarang dikirim kembali?
Sampah itu di sini akan dibuang dengan profesional menurut jenis dan kondisi bahannya. Untuk memberikan penjelasan lebih lanjut, harus ada informasi lebih detil tentang materialnya.
Wawancara dilakukan dengan: Bernhard Schodrowski, juru bicara Asosiasi Induustri Limbah dan Daur Ulang Jerman (BDE Bundesverband der Deutschen Entsorgungs-,
Wasser- und Rohstoffwirtschaft e. V.)