1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman Persulit Izin Kerja Dokter Suriah dan Ukraina

3 September 2024

Ribuan dokter datang ke Jerman sebagai pengungsi dari Ukraina dan Suriah. Namun, di tengah langkanya tenaga medis profesional, pemerintah malah mempersulit birokrasi pengakuan ijazah bagi dokter asing.

https://p.dw.com/p/4kARn
Seorang dokter asing di Jerman
Seorang dokter asing di JermanFoto: Andreas Arnold/dpa/picture alliance

Jerman menghadapi kekurangan 50.000 dokter dalam beberapa tahun ke depan, menurut Menteri Kesehatan Karl Lauterbach.

Saat ini ada sekitar 1,2 juta pengungsi Ukraina dan 972.000 pengungsi Suriah yang tinggal di Jerman, sebagai dua kelompok pencari suaka terbesar. Banyak dari mereka adalah dokter yang berkualifikasi tinggi. Jadi mengapa hanya sedikit yang mampu berpraktik sebagai dokter, bahkan setelah lama menetap di Jerman?

Sarat hambatan

Oleksii Ukrainskyi, seorang ahli anestesi berusia 45 tahun dari Odesa, Ukraina, memperoleh pengakuan atas gelar kedokterannya di Jerman pada tahun 2016, tetapi sejak itu dia melihat bahwa prosedurnya menjadi jauh lebih sulit bagi para pengungsi yang datang dari Ukraina ke Jerman saat ini.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh harian nasional Die Welt, lebih dari 1.600 dokter telah tiba sejak Rusia menginvasi Ukraina pada bulan Februari 2022, dan hanya 187 yang telah memiliki lisensi untuk berpraktik sebagai dokter.

Demi membantu saudara sebangsa, Ukrainskyi kemudian menawarkan webinar gratis dan mengelola saluran Telegram dengan 3.000 anggota yang mencari saran tentang proses yang sering kali membingungkan dan terlalu lama.

"Dulu saya hanya perlu menerjemahkan ijazah saya," kata Ukrainiskyi. "Sekarang mereka harus menunjukkan dokumen-dokumen besar yang merinci setiap aspek pendidikan mereka. Dan meskipun universitas Anda tidak berada di tengah zona perang saat ini dan Anda bisa mendapatkan dokumen-dokumen tersebut, penerjemahannya bisa memakan waktu enam bulan dan menghabiskan biaya ribuan euro. Bagi orang-orang yang rumahnya hancur, yang tidak punya apa-apa, mungkin hanya satu koper, ini bisa menjadi rintangan yang tidak dapat diatasi."

Germany resumes deportation of asylum-seekers to Afghanistan

Ada 16 set aturan yang berbeda

Bahkan setelah dokumen diterjemahkan dan telah lulus ujian bahasa Jerman, pelamar tidak akan bisa dengan mudah bekerja di klinik atau rumah sakit. Bagian selanjutnya dari proses ini adalah mendapatkan pendidikan yang dinyatakan setara dengan gelar kedokteran Jerman.

Karena persyaratan yang berbeda untuk jumlah ujian teori dan jumlah pengalaman praktik di berbagai negara bagian, sebagian besar dokter asing harus menutupi perbedaan tersebut dengan menyelesaikan praktik magang, mengikuti ujian, atau keduanya.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Kebijakan kesehatan merupakan urusan 16 negara bagian federal di Jerman. Masing-masing negara bagian memiliki seperangkat standar yang berbeda yang harus dipenuhi oleh dokter asing.

"Sebagian besar orang, saya kira sekitar 80 persen, di saluran Telegram saya adalah wanita berusia antara 35 dan 45 tahun dengan anak-anak. Suami mereka harus tetap tinggal di Ukraina karena mereka sudah cukup umur untuk wajib militer," kata Ukrainskyi. "Mereka harus mengatur pengasuhan anak saat mereka mempersiapkan diri menghadapi ujian. Atau, misalnya, dokter yang lebih tua. Seorang dokter kulit berusia 50 tahun yang telah berpraktik selama 20 tahun, tetapi sudah lama tidak mengenyam pendidikan kedokteran, mungkin tidak akan lulus ujian kedokteran yang diperuntukkan bagi mahasiswa berusia 22 tahun di Jerman."

"Prosesnya memakan waktu lama, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, dan sementara itu, pengungsi bergelar dokter dapat bekerja sebagai perawat jika beruntung, di supermarket atau restoran pizza jika tidak beruntung," kata ahli anestesi itu.

Serikat dokter tuntut penyederhanaan birokrasi

Marburger Bund, serikat dokter terbesar di Jerman, juga bersikap kritis terhadap sistem pemberian lisensi bagi dokter asing. Menurut mereka, prosesnya sangat lambat, sebagian karena hanya ada satu kantor untuk menilai kualifikasi medis asing dan sangat kekurangan dana dan staf. Badan Penilaian Profesi Kesehatan, GTG, di Bonn membutuhkan "lebih banyak staf, lebih sedikit birokrasi, lebih banyak digitalisasi prosedur" dan lebih banyak standarisasi di 16 negara bagian Jerman, menurut juru bicara Marburger Bund, Hans-Jörg Freese.

Germany debates migration after Solingen attack

Bahkan setelah dokter harus menunggu lama untuk mendapatkan jadwal ujian, Freese menambahkan, "lisensi profesional sering kali hanya diberikan kepada mereka selama dua tahun. Penundaan yang lama dalam aplikasi kedua dapat menyebabkan dokter-dokter ini hidup dari pengangguran, bahkan jika pemberi kerja sangat ingin mempertahankan mereka."

Sentimen anti-imigrasi

Dokter asing tidak hanya menghadapi birokrasi berbelit, melainkan juga sentimen sosial yang memanas.

Dokter-dokter Suriah, misalnya, kian terdesak untuk segera mendapatkan lisensi, mengingat ancaman deportasi yang semakin meningkat. Setelah serangan pisau yang mematikan di kota Solingen oleh seorang pencari suaka Suriah pada bulan Agustus 2024, seruan menggema dari politisi konservatif kepada pemerintah untuk berhenti menerima pengungsi Suriah sama sekali dan untuk mendeportasi pencari suaka kembali ke Suriah.

Meskipun, seperti yang dilaporkan media Jerman, ada lebih banyak dokter yang memasuki dunia kerja setiap tahun, jumlahnya tidak cukup untuk mengimbangi perubahan demografi. Selain itu, sejumlah besar dokter mulai bekerja paruh waktu. Menurut laporan oleh penyiar publik ZDF, pada tahun 2023 hanya 85 persen dokter umum yang bekerja penuh waktu. Pada tahun 2009, jumlahnya masih berkisar 98 persen.

"Bekerja penuh waktu berarti seorang dokter biasanya bekerja 50 atau 60 jam seminggu," kata Marburger Bund kepada penyiar publik ZDF. Hanya dokter yang mengurangi kontrak mereka menjadi 70 persen dari waktu penuh yang mungkin berakhir dengan jam kerja 40 jam seminggu seperti biasanya.

Dokter juga tidak tersebar merata di seluruh Jerman. Daerah perkotaan memiliki banyak sekali dokter spesialis, sedangkan penduduk pedesaan Jerman mungkin harus menempuh perjalanan jauh dan menunggu lama hanya untuk menemui dokter umum.

Oleh karena itu, "sangat tidak dapat diterima," seperti yang dikatakan Freese dari Marburger Bund, "untuk memberikan hambatan yang tidak perlu bagi dokter yang berpendidikan internasional."

(rzn/hp)