Jerman Produksi Serial 1899 di Studio Virtual Pertama Eropa
10 November 2021Pemandangan di layar kaca itu bisa saja membuat penontonnya merasa mabuk laut. Pemandangan dari sebuah jembatan menyajikan langit kelabu dan laut Atlantik Utara yang bergelombang. Rasanya seperti tanah yang dipijak ikut tergoyang ombak.
Namun ternyata, kecuali sebuah jembatan, tidak ada yang benar-benar nyata di gambar tersebut. Langit dan laut diproyeksikan ke dinding LED yang melengkung 270 derajat dengan tinggi 7 meter, panjang 55 meter.
Di tengah lingkaran inilah tempat set serial berjudul 1899 dibuat. Dinding dan latar belakang LED itu terletak di dalam aula sebuah studio raksasa. Inilah Dark Bay Virtual Production Studio di Studio Babelsberg, Potsdam.
Hasil yang di luar dugaan
"Pada awalnya para aktor mungkin merasa sedikit pusing, tetapi tidak ada yang sakit," kata Philipp Klausing, salah satu direktur pelaksana Dark Bay, sambil tertawa. Klausing tidak hanya menjadi bagian dari tim manajemen Dark Bay, tetapi juga dari perusahaan produksi film, Dark Ways. Film seri berjudul 1899 adalah seri pertama yang mereka buat di studio virtual ini.
Serial dengan sentuhan misteri dan thriller yang diproduksi untuk layanan streaming Netflix ini bercerita tentang sekelompok migran dari penjuru Eropa yang menumpang kapal Kerberos pada akhir abad ke-19. Mereka ingin mencari masa depan yang lebih baik di Amerika Serikat.
"Anda harus berdiri sendiri di studio virtual untuk bisa tahu mana yang bagus dan tidak. Ini benar-benar baru dan proses pengambilan gambarnya sama sekali berbeda," ujar sutradara Baran bo Odar, sementara gelombang Atlantik virtual bergejolak di belakangnya. Baran bo Odar menyutradarai keseluruhan delapan episode di musim pertama serial 1899. Ia terkejut dengan hasil dari studio virtual ini. "Nyaris menakutkan ketika tahu seberapa bagus hasilnya."
Ide yang timbul dari kepepet
Para pihak yang terlibat dalam serial 1899 sebelumnya telah sepakat bahwa pengerjaan serial ini harus dimulai pada musim semi 2020, tepat di awal pandemi corona. Karena itu, saat itu tidak mungkin untuk bisa mengunjungi berbagai lokasi yang berbeda di Eropa yang berhubungan dengan produksi serial ini. Kemudian lahirlah ide untuk membuat lansekap yang diproyeksikan ke dinding LED sebagai alternatif.
Di sisi lain, teknologi ini sama sekali belum banyak dipakai. Hanya digunakan sekali saat syuting serial berjudul The Mandalorian, yang diproduksi Disney. Jadi produksi serial 1899 adalah pionir di Eropa.
Dengan teknologi ini, apakah itu amukan laut atau gurun berbatu di Spanyol, semua bisa dimunculkan di dinding LED yang dikendalikan dari pusat komando disebut Brainbar. Pusat komando ini terletak di sudut belakang aula studio yang luas.
Di sana, ada sebuah tim yang terdiri dari 13 teknisi duduk di depan jajaran komputer. Jika sutradara membutuhkan lebih banyak atau lebih sedikit gerakan air di Samudera Atlantik, para teknisi perempuan dan laki-laki di sini bisa langsung mengaturnya.
Untuk laut saja "ada tujuh pengaturan yang bisa merancang ukuran gelombang, kecepatan dan sebagainya," ujar salah satu teknisi bernama Jack Banks sambil menjelaskan prosesnya. Namun, ini tentu saja tidak semudah memencet tombol untuk memindah-mindahkan program di televisi. Setiap perubahan pengaturan membutuhkan waktu 15 hingga 20 menit.
Film tanpa terkekang anggaran
Jantje Friese, penulis utama serial ini, mengatakan bahwa bekerja di studio virtual adalah sebuah proses belajar sambil berpraktik. "Pengetahuan kami, yang kami dapatkan di tengah proses syuting, sudah mulai ada pengaruhnya." Ini sangat berarti dalam proses menulis cerita.
Misalnya, dia dapat membayangkan sebuah adegan di ruang mesin besar dengan 20 ketel uap tanpa menambah biaya produksi. "Tidak masalah," ujar Jantje Friese karena ini juga dapat disulap secara digital di dinding LED besar.
"Saya tidak membatasi diri supaya bisa tetap sesuai anggaran" – ini adalah impian setiap penulis. Friese terlihat sangat antusias. "Dari sudut pandang naratif, saya dapat membuka ruangan mana pun yang saya inginkan, itu luar biasa."
Tak perlu lagi tunggu cahaya mentari nan sempurna
Tentu saja, sesuatu yang benar-benar otentik bisa ditemukan di alam terbuka. Selain itu, upaya untuk membangun satu set kapal di tangki air besar juga tidak mudah. Dan benar-benar melakukan perjalanan untuk mengisahkan kilas balik dari negara asal para migran tidak dapat dilakukan karena pandemi corona.
Namun, ini juga berarti bahwa bekerja di studio virtual bisa dilakukan kapan pun, dan bebas dari ketergantungan akan pencahayaan matahari. Nik Summerer, kepala juru kamera di serial 1899, mengatakan bahwa timnya menghabiskan seluruh waktu di pagi hari untuk syuting adegan di jembatan, yang hanya akan tayang selama beberapa menit dalam serial itu.
Jika syuting dilakukan di luar, di dunia nyata, mereka akan segera menghadapi masalah. "Itu biasanya terkait empat suasana pencahayaan yang berbeda." Di studio virtual, cahaya fajar atau terik matahari tengah hari bisa berlangsung selama yang sutradara inginkan.
Keuntungan yang dibawa oleh teknologi baru ini bagi kru film tidak dapat diabaikan begitu saja. Sekarang Anda tidak perlu lagi menunggu matahari terbenam yang sempurna, kata desainer produksi Udo Kramer. "Kerlipan bebintang, yang sebelumnya jarang bisa didapatkan, momen ajaib ini, sekarang akan lebih sering terlihat di film dan serial."
ae/ha