Jerman Telah Memilih
22 September 2013Angela Merkel bisa menetap di Kanzleramt. Tapi kabinet yang akan dibentuknya sudah pasti berubah. Uni Kristen Demokrat yang meraup 42 persen suara dan dengan begitu kekuatan politik terbesar di parlemen Jerman, harus memerintah tanpa rekan koalisinya, FDP, yang gagal menembus ambang batas legislatif. CDU akan berkuasa di Berlin minimal untuk empat tahun ke depan, entah itu dengan kelompok Sosialdemokrat atau tanpa koalisi sekalipun.
Popularitas Merkel melambung seiring keberhasilan pemerintahannya meredam dampak krisis ekonomi. Jerman saat ini memiliki tingkat pengangguran terendah di Eropa, pertumbuhan ekonomi yang solid dan jumlah utang yang relatif rendah. Dan semua itu dicapainya tanpa merogoh kocek penduduk.
Kebijakan Merkel mampu meyakinkan sebagian besar pemilih. Mereka menginginkan kontinuitas, stabilitas dan keamanan. Gaya pemerintahannya yang pragmatis menyudutkan oposisi. Merkel berulangkali mendompleng program-program milik SPD dan Partai Hijau. Entah itu soal energi, keadilan sosial, keringanan pajak untuk keluarga, penghapusan kewajiban militer atau tidak mengintervensi konflik di Libya dan Suriah.
Pragmatisme adalah prinsipnya, dan sikap itu ternyata populer di mata penduduk.
Buat Merkel - dan tentunya juga buat pendukungya - koalisi besar dengan SPD bukan lagi masalah. Sebaliknya bersama sosialdemokrat, Merkel sudah pasti akan mampu meredam perlawanan di kamar kedua, Bundesrat yang didominasi oleh SPD dan Partai Hijau. Belakangan lembaga yang diisi oleh perwakilan negara bagian itu sering menghambat pengesahan Undang-undang.
Erosi Sistem Kepartaian
Panggung politik Jerman sedang mengalami perubahan. Titik koordinat sudah bergeser. SPD dan Partai Hijau tidak akan puas dengan hasil penghitungan suara. Kendati sepak terjang kandidat, Peer Steinbrück di pekan-pekan terakhir masa kampanye, partai tertua di Jerman itu cuma mampu mengumpulkan 26 persen suara. Jumlah tersebut jelas lebih sedikit ketimbang yang diharapkan.
SPD saat ini sedang berjuang mempertahankan statusnya sebagai partai besar. Salah satunya adalah lantaran isu-isu sosial yang menjadi tradisi kampanye SPD sudah direbut oleh Merkel. Sebab lainnya adalah kegagalan fungsionaris partai memperkenalkan program-programnya dengan lebih meyakinkan.
Seperempat abad setelah reunifikasi Jerman, Partai Kiri yang lahir dari janin Partai Persatuan Sosialis (SED) di Jerman Timur - menjelma menjadi kekuatan ketiga terbesar di Berlin. Sementara partai pecahan seperti "Alternative für Deutschland" (AfD) mampu menampilkan karakter yang tajam. Partai tersebut sukses menjaring suara penduduk yang anti-Euro dan kecewa terhadap partai-partai yang bercokol di parlemen.
Keluar dari zona nyaman
Hasil pemilu 2013 serta merta ikut mengubah konstelasi politik di Berlin. Sebagian besar partai, terutama Partai Hijau dan FDP, sibuk dengan diri sendiri. Sedangkan kampanye berlangsung tanpa drama dan kontroversi yang tidak lain adalah dampak strategi lunak dengan mengaburkan batasan-batasan ideologis antara partai. Hingga beberapa hari menjelang pemilihan, sepertiga pemilih masih belum bisa memutuskan siapa yang akan dipilihnya.
Kanselir Merkel dan kelompok oposisi melihat perannya sebagai jasa bagi pemilih. Tidak heran jika selama kampanye, partai-partai lebih sibuk mengiklankan produknya ketimbang terlibat dalam perdebatan politik. Tren ini tidak cuma muncul di Jerman, melainkan di belahan bumi yang lain. Politik saat ini tidak lebih politis ketimbang masa lalu. Jerman di tahun 2013 memilih berdiam di zona nyaman.
Sederet masalah menunggu solusi
Oleh negara-negara tetangga, pemilu Jerman dianggap sebagai "pemilu yang menentukan nasib Eropa." Kebanyakan yakin, koalisi besar akan membuat Jerman mengambil kebijakan yang moderat dan tidak terlalu ketat dalam mengelola krisis keuangan.
Tapi ini juga merupakan pemilu yang menentukan untuk masa depan di Jerman. Bagaimana negara yang menua ini bisa mengamankan dana pensiun? Bagaimana Jerman membiayai restrukturisasi energi? Sikap seperti apa yang harus ditunjukkan terkait krisis Suriah? Dan apa sebenarnya visi politis Jerman untuk Eropa yang diperluas?
Dalam kasus-kasus tersebut, Jerman - perekonomian terbesar ke-empat di dunia dan ketiga di Eropa - lebih memilih kenyamanan dan sibuk dengan diri sendiri - dan mereka berhasil melakukannya.
Adalah tugas pemerintah untuk menjaring perhatian pemilih dan penduduk biasa terhadap isu-isu tersebut, mengajak diskusi dan membentuk opini. Demokrasi adalah soal kesediaan berkompromi. Kompromi selalu berangkat dari berbagai macam posisi. Ia adalah hasil sebuah perdebatan.
Politik harus kembali bernilai politis. Jerman tidak cuma harus mengelola politík, tetapi juga membentuknya. Itulah tugas pemerintahan baru yang akan disusun dan diracik dalam beberapa hari ke depan.