Jerman Tinjau Ulang Hubungan Dengan Turki
21 Juli 2017Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel hari Kamis (20/7) memaparkan kekhawatiran Berlin memandang perkembangan di Turki. Politik Presiden Turki Tayyip Erdogan dianggap makin tidak menentu. Apalagi setelah penangkapan aktivis HAM Jerman yang sedang memberi materi pelatihan non kekerasan di Turki.
Sigmar Gabriel secara khusus menghentikan liburannya untuk kembali ke Berlin dan mencoba mengatasi krisis baru tersebut. Enam aktivis hak asasi manusia termasuk warga Jerman Peter Steudtner ditahan atas tuduhan terlibat terorisme. Hingga kini, sekitar 10 warga Jerman ditahan di Turki atas tuduhan mendukung terorisme, antara lain jurnalis harian nasional Jerman "Die Welt" Deniz Yücel. Selain itu, Turki berulangkali melarang anggota parlemen Jerman mengunjungi pasukan militer yang ditempatkan di Turki dalam rangka operasi anti teror NATO.
Kementerian Luar Negeri dan pemerintah Jerman akhirnya mengambil langkah tegas. Kantor-kantor berita mengutip sumber-sumber pemerintah dan melaporkan, Jerman menghentikan sementara semua proyek penjualan senjata ke Turki. Selain itu, pemerintah Jerman juga menghentikan program penjaminan kredit ekspor-impor, yang dikenal sebahai Program Penjaminan Hermes, untuk Turki.
Menlu Sigmar Gabriel menerangkan, Jerman perlu meninjau ulang hubungan diplomatiknya dengan Turki.
"Kami membutuhkan peninjauan ulang tentang kebijakan kami terhadap Turki untuk langkah-langkah baru selanjutnya. Kami tidak dapat melanjutkan kegiatan seperti yang telah kami lakukan," kata Gabriel kepada wartawan. Dalam ukuran bahasa diplomasi, ini adalah pernyataan cukup keras yang dilayangkan kepada pemerintah Turki. Gabriel juga mengatakan, perusahaan Jerman di Turki harus berhati-hati melakukan kegiatan dan investasi, karena tidak ada lagi kepastian hukum.
Kementerian luar negeri Turki segera membalas dengan mengatakan, akan segera membuat "tanggapan yang diperlukan" terhadap langkah baru Jerman.
Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu kemudian menuduh Jerman mendukung anggota Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah melakukan pemberontakan di Turki tenggara sejak tahun 1984, dan jaringan Fethullah Gulen, ulama tinggal di AS, yang disebut-sebut Turki sebagai dalang aksi yang gagal Juli tahun lalu. Gulen hingga kini membantah terlibat dalam usaha kudeta tersebut.
Sebelumnya, Presiden Recep Tayyip Erdogan dalam pidato peringatan setahun kudeta yang gagal mengatakan, negara telah bertindak tegas dengan memenjarakan sekitar 50.000 orang dan memecat 150.000 pegawai negeri, guru, hakim, polisi, jurnalis dan akademisi. Ia mengatakan ini adalah langkah penting pasca kudeta dan mengumumkan perpanjangan keadaan darurat di Turki sebagai upaya membasmi terorisme.
Peringatan perjalanan yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri Jerman dapat menimbulkan pukulan baru bagi industri pariwisata Turki. 10 persen dari jumlah wisatawan yang berkunjung ke Turki berasal dari Jerman.
Dalam panduan barunya, Kementerian Luar Negeri mengatakan: "Warga yang bepergian ke Turki ... didesak untuk melakukan peningkatan kewaspadaan, dan harus mendaftar ke konsulat dan kedutaan Jerman, juga untuk kunjungan singkat."
Tahun lalu, jumlah wisawatan asing ke Turki sudah turun menjadi 25,4 juta orang, setelah serentetan pemboman dan aksi kudeta yang gagal. Sektor wisata menyumbang sekitar $ 30 miliar untuk ekonomi per tahun. Jerman merupakan tujuan ekspor utama Turki tahun 2016. Volume ekspor mencapai nilai 14 miliar dolar.
hp/vlz (dpa, rtr, afp)