Jerman Tutup Kemungkinan Penggunaan Kembali Energi Nuklir
30 Januari 2024Tanpa banyak drama atau kegaduhan politik, Jerman tahun lalu memutuskan untuk tidak lagi memproduksi energi nuklir dan menutup tiga pembangkit terakhir. Namun lonjakan inflasi akibat kenaikan harga energi di dunia membuat sebagian pihak mendorong agar keputusan monumental tersebut dikaji ulang.
Partai Uni Kristen Demokrat, CDU, misalnya, menuntut pembangunan pembangkit nuklir baru untuk menjawab masa depan iklim. Ketua Umum CDU, Friedrich Merz, bahkan menyebut penghentian operasional reaktor terakhir sebagai "hari yang kelam bagi Jerman."
Animo serupa ditiupkan partai konservatif lain, Uni Kristen Sosial, CSU, yang bahkan menjanjikan abad "Renaissance" bagi energi nuklir. Menurut program partai, pembangkit-pembangkit tua akan kembali dioperasikan dan pasokan energi akan diperkuat melalui pembangunan pembangkit nuklir baru.
CDU dan CSU berdalih, lonjakan harga energi akibat invasi Rusia di Ukraina tidak menyisakan pilihan lain. "Kita membutuhkan perubahan haluan," kata Merz. CDU berniat menghidupkan kembali ketiga pembangkit nuklir terakhir Jerman, meski ketiganya saat ini sudah mulai dibongkar.
Perusahaan-perusahaan energi di Jerman cendrung menahan diri dan tidak ikut mengompori program partai-partai konservatif. "Mereka sejak lama sudah mengubah strateginya dan selalu menekankan penolakan terhadap energi nuklir di Jerman," kata Menteri Lingkungan Hidup Steffi Lemke, kader Partai Hijau.
"Energi nuklir dibuat dengan teknologi berisiko tinggi dan menyisakan limbah radioaktif yang akan tetap memancarkan radiasi selama ribuan tahun, serta mengancam banyak generasi ke depan."
Jumlah reaktor nuklir tidak bertambah
Menurut Badan Energi Atom Internasional, IAEA, saat ini terdapat sebanyak 412 reaktor nuklir di 32 negara di dunia. Jumlahnya tidak berubah sejak beberapa tahun terakhir. Meski Cina, Prancis dan Inggris, telah mengumumkan rencana pembangunan reaktor baru, pengembangannya cenderung berjalan di tempat. Adapun negara lain mempertimbangkan reaktor nuklir berskala kecil. Namun hal ini mengundang peringatan serius dari pelaku industri.
Menurut Heinz Smital, pakar nuklir dari Greenpeace, konsep reaktor mini tidak diniatkan untuk memproduksi energi listrik. "Salah satu contohnya ada di Korea Utara. Reaktor ini memproduksi bahan baku senjata nuklir. Nilai ekonominya jadi tidak penting. Saya melihat banyak bahaya yang bisa muncul dari reaktor kecil dan dapat berpindah."
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Di Jerman, meski energi atom telah menjadi masa lalu, limbahnya tetap akan menyibukkan pemerintah dan swasta untuk jangka waktu lama. Karena selama ini tidak ada negara di dunia yang mampu membangun penampungan terakhir limbah nuklir. Limbah yang ada biasanya disimpan untuk sementara waktu, tidak jarang di dekat lokasi pembangkit.
Masalah penampungan akhir
Salah satu masalah terbesar pembangunan penampungan terakhir limbah nuklir, selain lokasi yang cocok, adalah tingginya penolakan warga setempat. Untuk itu pemerintah Jerman mendirikan "Badan Federal untuk Penyimpanan Akhir" atau BGE di Peine, Niedersachsen.
Menurut perkiraan umum, pembangunannya akan menelan biaya sekitar 5,5 miliar Euro atau sekitar Rp. 94,2 triliun. Perkiraan itu tidak diamini Dagmar Dehmer, juru bicara BGE. "Saya tidak bisa memberikan perkiraan apapun untuk saat ini," kata dia. "Kami pun harus terlebih dahulu mengkaji empat hingga sepuluh atau bahkan lebih lokasi. Sebuah pengeboran saja sudah menelan biaya jutaan euro. Analisis hasilnya akan memakan biaya sekitar lima juta euro."
BGE sendiri memperkirakan, tempat penyimpanan akhir limbah nuklir baru akan beroperasi paling cepat tahun 2046. Sebab itu perkiraan biaya yang tinggi diamini oleh sejumlah pakar energi lain.
Sebab itu, kembalinya energi nuklir di Jerman dinilai hanya mimpi di siang bolong. Menurut Menteri Lingkungan Hidup, Lemke, situasi perekonomian yang buruk menyulitkan pembiayaan.
"Tidak satu pun perusahaan listrik yang mau membangun pembangkit nuklir di Jerman," kata dia. "Terutama karena ongkosnya akan sangat tinggi. Di seluruh dunia, pembangkit nuklir hanya bisa dibangun dengan dana subsidi yang tinggi."
rzn/hp