Kamboja Larang Ekspor ASI
29 Maret 2017Pemerintah Kamboja memerintahkan kementerian kesehatan untuk "mengambil tindakan segera dalam mencegah penjualan dan ekspor dari Kamboja", demikian bunyi surat kementerian Kamboja. "Meskipun Kamboja miskin dan berhidupan sulit, namun tidak pada tempatnya menjual ASI dari seorang ibu."
Perintah tersebut dikeluarkan setelah pekan lalu operasi perusahaan Ambrosia Labs yang berbasis di Amerika Serikat dihentikan sementara dengan alasan kesehatan dan perdagangan organ.
Perempuan Kamboja di ibukota Phnom Penh dibayar untuk memompa ASI, yang kemudian dikirim ke AS untuk proses pasteurisasi dan susunya dijual sekitar 260 ribu rupiah per 147 mililiter.
Laporan Vice Magazine menyebutkan, sekitar 50 perempuan dipekerjakan oleh perusahaan dan dibayar sekitar 7 dollar AS atau sekitar 93 ribu rupiah per hari.
Pelanggan perusahaan itu adalah ibu-ibu Amerika yang tidak bisa menghasilkan cukup ASI mereka sendiri atau yang ingin melengkapi nutrisi bayi mereka. Praktik ini dimulai oleh seorang mantan misionaris Mormon dua tahun lalu.
Hilangnya penghasilan
Maret 2016 dalam siaran podcast "Reply All” pendiri perusahaan itu menyebutkan, ia tahu bisnis itu tidak lazim, tetapi menurutnya hal itu adalah kesempatan baik untuk mendapatkan uang bagi Kamboja."Kami tidak ingin menyakiti mereka, kita tidak ingin menyakiti anak-anak mereka. Kami ingin menciptakan kesempatan bagi mereka untuk menciptakan sesuatu yang bernilai. Dan mereka dibayar untuk itu," katanya.
"Kami merasa bahwa hanya karena seseorang kurang beruntung secara ekonomi, jika dibandingkan orang Amerika, tidak berarti mereka tidak dapat membuat pilihan yang baik untuk keluarga mereka."
Setelah pekerjaaannya dihentikan sementara pekan lalu, perempuan yang bekerja di bisnis tersebut menyesali hilangnya pendapatan. "Saya miskin, dan menjual ASI banyak membantu saya," ujar Chea Sam, seorang ibu berusia 30 tahun kepada kantor berita AFP.
"Kami semua menangis ketika perusahaan memberitahu kami tentang penghentian sementara itu. Kami ingin menjalankan pekerjaan itu."
PBB: Perdagangan ASI itu eksploitatif'
Badan PBB untuk anak-anak UNICEF menyambut larangan tersebut, dengan mengatakan perdagangan ASI adalah tindakan eksploitatif. Ditambahkan UNICEF, jumlah ASI yang berlebih harus tetap dipertahankan di Kamboja, di mana banyak bayi kekurangan nutrisi.
"Di Kamboja, ASI eksklusif untuk bayi yang baru lahir selama enam bulan pertama menurun dari 75 persen pada 2010 menjadi 65 persen pada tahun 2014," papar Debora Comini, Perwakilan UNICEF di Kamboja dalam sebuah pernyataan.
Ros Sopheap, direktur Gender dan Pembangunan untuk Kamboja juga menyambut baik keputusan pemerintah untuk melarang perdagangan. "Bahkan jika para perempuan setuju untuk melakukannya secara sukarela, mereka sering tidak memiliki pilihan lain dan menghadapi tekanan ekonomi," katanya kepada AFP.
ap/yf (afp/ap/rtr)