Kampanye Donor Organ Tubuh
25 Mei 2012Sekitar 12.000 orang di Jerman saat ini menunggu adanya orang yang mendonorkan organ tubuhnya. Setiap harina rata-rata 3 orang pasien yang menanti transplantasi, keburu meninggal sebelum mendapat donor yang sukarela menyumbangkan organ tubuhnya.
Padahal sekitar 80 persen warga Jerman menanggapi positif gagasan untuk menjadi donor organ tubuh jika mereka meninggal nanti. Tapi hanya sekitar 20 persen yang memiliki kartu pengenal sebagai donor organ tubuh sukarela.
Menanggapi masalah itu, kalangan politik kini merangkul perusahaan asuransi kesehatan, untuk memberikan penyuluhan sekaligus mengajak anggotanya menjadi donor organ tubuh.
Jürgen Stouwe (51) seorang pasien di rumah sakit jantung terbesar di Eropa di Bad Oeynhausen menceritakan, ia sebelumnya tergolong aktif berolahraga dan tubuhnya fit. "Saya bermain ski, naik gunung, banyak naik sepeda, pokoknya tidak punya masalah, sampai suatu saat pada dua tahun lalu, kesehatan saya terus merosot", paparnya.
Tahun lalu Stouwe dikirim ke bagian intensif dan jatuh koma selama 8 minggu. Ia mengalami gangguan berat pada jantungnya. Untuk mempertahankan kehidupan Stouwe, para dokter memasang mesin pacu jantung yang bekerja siang malam. Ia kini tergantung pada mesin dan selang-selang yang dipasang pada tubuhnya.
Daftar tunggu panjang
Stouwe tidak sendirian. Di pusat perawatan penyakit jantung terbesar se Eropa di kota Bad Oeynhausen terdapat lebih 250 pasien yang menunggu jantung donor. Mereka dirawat di sini, karena tidak mampu lagi menjalani kehidupan normal.
Agar jantung yang sakit tetap berdenyut, para pasien memerlukan bantuan mesin dan obat-obatan. Nama mereka tercantum dalam daftar tunggu penerima donor organ tubuh, dan dengan itu dimungkinkan secepatnya mendapat donasi organ tubuh yang cocok.
Di Jerman terdapat aturan, seseorang harus secara aktif menyatakan bersedia diambil organ tubuhnya jika ia meninggal, untuk disumbangkan kepada yang membutuhkan. Untuk itu mereka dapat mengisi surat keterangan sebagai donor organ tubuh.
Ada juga yang menyatakan bersedia jadi donor, tapi tidak mengisi surat keterangan sebagai donor. "Inilah yang menyulitkan jika mereka meninggal mendadak", kata professor Jan Gummert, pakar bedah jantung di Bad Oeynhausen.
"Tepat pada situasi tidak menguntungkan di saat keluarga berduka, kami harus menjelaskan lagi hal itu. Jika sebelumnya dibuat surat keterangan semacam testamen, tentu bagi kami dan keluarga akan jauh lebih ringan", tutur Gummert.
Intervensi politik
Menyadari besar dan rumitnya masalah, kalangan politik di Jerman kini melancarkan insiatif, untuk meningkatkan kesiapan warga menjadi donor organ tubuh. Parlemen Jerman (Bundestag) setelah perdebatan intensif, Jumat (25/05) memutuskan reformasi undang-undang donor organ tubuh,
Sesuai keputusan, setiap warga di Jerman yang berusia di atas 16 tahun akan mendapat surat dari perusahaan asuransi kesehatan. Dalam surat akan ditanyakan, apakah mereka bersedia diambil organ tubuhnya jika meninggal nanti.
Namun aturan itu tetap menekankan pada sifat sukarela. Dalam arti seorang warga dapat menolak menjadi donor organ tubuh. Namun menteri kesehatan Daniel Bahr mengatakan, warga yang menolak, secara rutin tetap akan dikirim surat pertanyaa, karena bisa saja mereka telah mengubah sikapnya.
Di sejumlah negara Eropa, dewasa ini sudah terdapat aturan yang merupakan solusi dari penolakan warga. Aturan itu menegaskan, semua warga dipandang sebagai donor potensial. Dan jika ia meninggal organ tubuhnya dapat diambil untuk didonorkan. Dengan aturan semacam itu, semua keberatan warga sudah ditepis dari awal.
Vera Freitag/Agus Setiawan
Editor : Dyan Kostermans