1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialJerman

Kampanye Online di Jerman Melawan Kesepian Pada Hari Natal

24 Desember 2021

Banyak orang di Jerman mengalami kesepian selama hari-hari menjelang Natal. Di media sosial muncul tagar #KeinerBleibtAllein (Tak ada yang tinggal sendirian) untuk menyatukan mereka yang tidak ingin sendiri.

https://p.dw.com/p/44oAA
Foto ilustrasi sendirian di Hari Natal
Foto ilustrasi sendirian di Hari NatalFoto: Frank Hoermann/SvenSimon/picture alliance

Selama dua tahun berturut-turut perayaan Natal di Jerman dibayangi oleh pandemi COVID-19. Banyak orang terpaksa terisolasi dan harus merayakann Natal sendirian. Christian Fein ingin mengubah situasi ini dan meluncurkan prakarsa KeinerBleibtAllein (Tak ada yang tinggal sendirian)..

"Virus corona memang membuat orang kesepian,," katanya kepada DW. Pembatasan kontak meningkatkan isolasi sosial, namun dia juga mengingatkan "intensitas kesepian" tahun ini tidak separah -tahun sebelumnya.

Konsultan keamanan perangkat lunak berusia 36 tahun ini menciptakan tagar #KeinerBleibtAllein di Twitter, Facebook, dan Instagram. Prakarsa itu sudah dia mulai tahun 2016 untuk menghubungkan mereka yang merasa kesepian dan ingin bergabung dengan orang lain untuk merayakan Natal dan Tahun Baru.

COVID-19 menyingkirkan tabu

"Karena kehidupan sosial kita praktis terhenti, tiba-tiba sendirian di rumah jadi hal biasa, karena banyak orang lain juga harus sendirian di rumah," kata Christian Fein. "Kesepian bukan lagi hal yang tabu."

Meskipun begitu, kesepian tetap menjadi masalah besar bagi banyak orang. Christian memulai prakarsanya tahun 2016 berdasarkan pengalaman pribadi. Ketika itu dia baru saja putus hubungan dengan pacarnya, dan untuk pertama kali dalam hidupnya dia menjalani suasana Natal sendirian. Duduk di depan komputer, dia lalu menulis tweet dengan tagar #keinertwittertallein ["Tida ada yang bertwitter sendirian]. Ternyata dia menerima begitu banyak respons.

Christian Fein lalu mulai menghubungkan orang-orang lewat akun akun Twitter-nya. Pada tahun 2017, sudah lebih dari 2.700 orang yang bergabung. Dia memperluas prakarsanya ke Facebook. Tahun 2018, Gereja Protestan Jerman mempromosikan inisiatifnya sebagai bagian dari kampanye melawan kesepian selama pergantian tahun.

Tahun 2019,sudah ada 63 ribu pengguna yang bertukar pesan, dan sekitar 6.000 peserta menghabiskan Natal bersama para kenalan baru. Tahun 2021, peserta inisiatif itu melonjak lagi. 

Platform digital #KeinerBleibtAllein hanya mengatur kontak untuk masa Natal dan Tahun Baru, jadi tidak menawarkan pertemuan sepanjang tahun.

René Reichelt
Foto: irgendwas.mit.photos

Kesepian adalah beban nyata

Rene Reichelt, pakar komputer berusia 31 tahun, telah menjadi tuan rumah untuk makan malam Natal sejak sejak 2018. "Saya memasak untuk 11 orang," katanya mengingat makan malam pertama dengan para tamunya. Tamu-tamunya sebelumnya melakukan kontak dan mereka saling mengecek profil Facebook masing-masing. Dengan cara itu, semua peserta bisa mengetahui siapa yang akan mereka temui pada acara makan malam. Mereka sebelumnya sudah bisa melakukan kontak langsung dengan peserta lain.

Peserta proyek online ini kebanyakan anak muda. "Kesepian adalah beban nyata bagi mereka, juga karena banyak rasa malu yang terkait dengannya," kata Christian Fein. "Proyek kami bisa menjadi pembuka pintu, membantu warga mengatasi masalah kesepian." Sebelum pandemi, kesepian terutama dilihat sebagai masalah orang lanjut usia. Tapi gambaran itu berubah total dengan adanya pandemi corona. 

Rene Reichelt masih ingat bahwa ibunya sering mengundang tetangga-tetangga yang masih lajang untuk menghabiskan Natal bersama keluarga mereka. Sekarang dia melanjutkan kebiasaan itu. Dia juga tidak melihat aspek agama pesertanya.

"Saya menganggap Natal sebagai hari libur saja, dan saya mau memasak dan mendapat kesempatan untuk berbagi dengan orang lain," katanya. "Lagi pula, Natal dan Tahun Baru adalah hari libur dan tetap akan menjadi hari libur, apa pun yang terjadi", punglas Reichelt. 

(hp/as)

Astrid Prange
Astrid Prange de Oliveira Editor DW dengan fokus pada tema Brasil, globalisasi, agama, etika, hak asasi manusia