Kartu Merah Untuk Blatter?
28 Mei 2015Setelah penangkapan tujuh fungsionaris FIFA di Swiss akibat tuduhan menerima sogok, Federasi Sepak Bola Internasional itu ibarat dilanda gempa bumi. Selain penangkapan mereka, pemeriksaaan dan razia juga terjadi di kantor pusat FIFA di Zürich. Perintah penangkapan dikeluarkan Departemen Kehakiman AS terhadap sembilan fungsioner FIFA dan lima pejabat urusan pemasaran dalam sejumlah instansi, terkait sejumlah kasus dalam 20 tahun terakhir.
Blatter dituntut mundur
Sementara ini juga mulai muncul suara-suara yang menuntut agar Presiden FIFA, Joseph Blatter mengundurkan diri. Presiden perhimpunan sepak bola Inggris, Greg Dyke menyampaikan tuntutan tersebut di depan wartawan. Sebelumnya, Blatter sudah menyatakan kepercayaan atas FIFA harus kembali ditegakkan. "Namun selama Blatter masih jadi pemimpin, kepercayaan atas FIFA tidak mungkin bisa dihidupkan kembali", demikian Greg Dyke.
Sebelumnya perhimpunan sepak bola Eropa UEFA juga mendesak agar pemilihan presiden FIFA, yang dijadwalkan Jumat (29/05) diundur. UEFA bahkan mengancam akan memboikot seluruh kongres yang dimulai Kamis (28/05) di Swiss. Sejauh ini, Blatter jadi calon favorit. Jika terpilih ia akan menjabat untuk kelima kalinya. Sementara UEFA menekankan perlunya pergantian pimpinan FIFA, dan menyatakan dukungan bagi saingan Blatter, Pangeran Ali bin Al Hussein dari Yordania
Sponsor kawatir
Sejumlah perusahaan yang jadi sponsor dan membayar ratusan juta Dolar supaya iklannya bisa dicantumkan dalam turnamen internasional Piala Dunia sepak bola menyatakan FIFA perlu standar etik. Visa menyatakan akan menarik sponsornya jika masalah etik dalam FIFA tidak ditangani. Coca-Cola, yang membayar 30 juta Dolar per tahun untuk jadi salah satu dari lima mitra resmi FIFA mengeluarkan teguran tajam terhadap organisasi tersebut. Perusahaan makanan siap saji, McDonald's menyatakan, mereka menanggapi masalah etik dan korupsi dengan sangat serius. McDonald's adalah salah satu sponsor resmi Piala Dunia 2018 di Rusia.
Adidas dan Budweiser juga melontarkan tuntutannya. Perusahaan perlengkapan olah raga Adidas menyatakan, akan mendorong FIFA untuk menetapkan dan mengikuti standar transparensi dalam setiap kebijakan yang diambil. Sementara Budweiser menekankan tuntutan bahwa mitra-mitra bisnisnya harus punya standar etik dan transparensi.
Perusahaan-perusahaan yang mensponsori FIFA ini tidak terkait dalam skandal. Namun mereka jelas kawatir bahwa awan hitam yang kini menyelubungi FIFA satu saat nanti bisa merugikan reputasi mereka sendiri dan mengurangi jumlah penjualan. Mereka terutama kawatir akan tuduhan korupsi di balik keputusan pemilihan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Lima sponsor terbesar Piala Dunia 2014, Coca-Cola, Hyundai, Adidas, Sony dan Visa menyerukan penyidikan menyeluruh atas keputusan tersebut.
Gaya Mafia
Kehakiman AS kini dimintai dukungannya oleh kehakiman Swiss untuk menyelidiki 14 orang petinggi FIFA. Diduga, sejak awal 1990-an mereka menerima sogokan sejumlah lebih dari 150 juta Dolar dari pemasaran untuk pemberian hak pelaksanaan turnamen sepakbola. 110 juta Dolar diduga berasal dari hak pemasaran bagi Copa America 2016 di AS.
Sogokan juga mengalir sebelum diambilnya keputusan penyelenggaraan Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Terlepas dari penyidikan kehakiman AS, pihak berwenang Swiss teleh menyita sejumlah data dan dokumen di kantor pusat FIFA.
ml/as (ap, afp, dpa)