Kecemasan Marak Setelah Gencatan Senjata
23 November 2012Serangan bom angkatan udara Israel terus dilancarkan ke Jalur Gaza, hingga menit-menit terakhir menjelang gencatan senjata. Sesaat kemudian, jutaan warga di Jalur Gaza menyambut gembira kesepakatan dengan Israel itu.
Kini sekitar 1,7 juta warga Palestina di Jalur Gaza harus kembali berjuang untuk menghadapi situasi keseharian. Bukan hal yang mudah. Amat sulit bergerak di Jalur Gaza, karena banyak jalanan dan jembatan dihancurkan serangan udara Israel dalam kurun waktu hanya 8 hari.
Sementara di sisi lainnya kawasan otonomi Palestina, di Tepi Barat Yordan, Kamis (22/11) militer Israel menangkap 55 warga. Mereka dituduh terlibat dalam serangan bom terhadap sebuah bus di Tel Aviv. Polisi menduga, pelakunya datang dari kawasan Palestina yang diduduki Israel.
"Warga yang ditangkap, adalah anggota beragam organisasi militan di kawasan otonomi Palestina", kata jurubicara militer. Dengan aksi ini, militer Israel hendak mencegah penyusupan kelompok teroris dari Tepi Barat Yordan ke kota-kota Israel.
Selama dilancarkannya operasi militer Israel ke Jalur Gaza, di kawasan Tepi Barat Yordan marak aksi demonstrasi, sebagian diwarnai kekerasan, memprotes serangan Israel itu. "Kini situasinya kembali mereda", kata seorang warga di Ramallah.
"Ini sebuah tindakan bagus. Warga Palestina sudah sukses. Mula-mula kami menghantam telak kaum Yahudi, setelah itu dicapai gencatan senjata."
Situasi Tetap Labil
Tapi kesepakatan gencatan senjata ini amat rapuh. Hal itu ditunjukkan Kamis pagi (22/11), dengan masih ditembakkannya dua roket dari Jalur Gaza, walau tidak mencapai Israel. Kedua pihak masih saling ancam, akan segera kembali angkat senjata jika salah satu pihak melanggar kesepakatan itu.
Warga Israel tetap skeptis, terkait stabilitas gencatan senjata itu. Dalam jajak pendapat cepat sebuah stasiun TV Israel, hampir 90 persen responden meyakini, perdamaian hanya akan bertahan untuk waktu pendek. Juga jajak pendapat di jalanan, menunjukkan nada serupa.
"Saya pikir, kesepakatan gencatan senjata ini tidak ada artinya. Beberapa bulan lagi, mereka akan menembakkan lagi roket ke Israel. Kami akan kembali menderita. Jadi diperlukan invasi pasukan darat, untuk membasmi mereka," ujar seorang pria warga Israel.
Israel Hindari Ofensif Darat
Menteri pertahanan Israel, Ehud Barak dalam pidato di Radio Israel, menunjukkan optimismenya. Dia meyakini, operasi militer terbaru paling tidak mempertinggi efek penjeraan, agar Hamas tidak melancarkan lagi serangan roket.
"Yang pasti, kemungkinan kami harus mengulangi operasi militer semacam itu. Tapi kami juga harus memanfaatkan peluang ini, untuk menghindari serangan darat secara besar-besaran ke kawasan Jalur Gaza. Jika kami melakukan ofensif darat, itu harus disepakati luas dunia internasional, bahwa Israel memang tidak punya pilihan lain."
Barak sekalgus juga melontarkan keyakinannya. "Selama warga Palestina masih masih segar mengingat apa yang terjadi baru-baru ini di Jalur Gaza, maka gencatan senjata akan bertahan".
Perundingan lanjutan terkait format berikutnya gencatan senjata, dimulai di ibukota Mesir, Kairo. Agenda terutama membahas blokade Jalur Gaza, yang ibaratnya mencekik sektor ekonomi dan kehidupan sehari-hari warga di kawasan Palestina itu.
Hamas menuntut pencabutan blokade. Israel mencoba berkelit dengan mengajukan pertimbangan keamanan. Presiden Mesir Mohammed Morsi yang menjadi mediator menilai amat serius perundingan ini, dan membatalkan rencananya mengikuti konferensi di Pakistan. Kantor kepresidenan di Kairo mengumumkan, Morsi akan berjuang bagi gencatan senjata jangka panjang.