Kejadian Turun dari Takhta dalam Sejarah Dunia
Sistem monarki di Eropa memiliki keunikannya tersendiri, tidak jarang pengunduran diri terjadi dalam sistem tersebut. Banyak faktor dari dalam dan luar sistem yang mendorong anggota kerajaan untuk turun dari takhtanya.
Pangeran Harry mundur dari anggota senior keluarga kerajaan Inggris
Pengumuman mundurnya Pangeran Harry tentunya mengejutkan Ratu Elizabeth II. Banyak faktor mendorong Pangeran Harry untuk akhirnya memutuskan untuk turun dari takhtanya sebagai anggota senior keluarga kerajaan, mulai dari hubungan dengan media hingga masalah perbedaan paham dengan kakaknya. Tapi Pangeran Harry mengatakan akan tetap mendukung Ratu Elizabeth dan melanjutkan beberapa tugas kerajaan.
Edward VIII dari Britania Raya
Walaupun Edward terkenal berperilaku sembrono dan gila wanita, Edward VIII rela turun takhta demi menikahi wanita yang ia cintai, Wallis Simpson. Rencana untuk menikahi Simpson ditolak oleh Kabinet Britania Raya dan gubernur-gubernur Domini. Edward yang tidak ingin membatalkan pernikahannya dengan Simpson memilih untuk turun takhta walaupun akan menimbulkan krisis konstitusional.
Ratu Kristina dari Swedia
Kristina mulai memerintah pada umur 18 tahun. Kristina menolak peran seksual yang dimiliki perempuan dan memilih untuk tidak menikah. Dorongan dari keluarga kerajaan membuatnya memutuskan untuk turun dari takhta. Kristina kemudian pindah ke Roma. Paus mendeskripsikan Kristina sebagai "seorang ratu tanpa negara, seorang umat Kristiani tanpa iman, dan seorang perempuan tanpa malu."
Gustav IV Adolf dari Swedia
Kepemimpinan Gustav IV Adolf dinlai tidak kompeten dan tidak menentu dalam hal diplomasi maupun perang. Ini memancing terjadinya kudeta melalui konspirasi para perwira militer. Adolf memberikan mahkotanya kepada sang anak. Ia secara sukarela turun tahta, tetapi pemerintahan yang didominasi oleh militer menyatakan bahwa bukan hanya Gustav yang kehilangan takhta, melainkan seluruh keluarga. (pn/rap)