Kekhawatiran Akan Ekstrimisme
2 Juli 2014Kekhawatiran akan ekstrimisme meningkat dalam 12 bulan terakhir, di tengah menguatnya pertempuran di Suriah akibat ISIS dan serangan oleh Boko Haram di Nigeria. Demikian hasil jajak pendapat yang diadakan Pew Research Center. Jajak pendapat dilakukan dengan mengadakan wawancara dengan 14.200 orang di 14 negara.
Menurut hasil jajak pendapat, kelompok-kelompok ekstremis seperti al Qaida, Hisbullah, Boko Haram dan bahkan Hamas yang menang pemilu di Jalur Gaza juga semakin kehilangan dukungan. Di samping itu, sokongan bagi serangan bunuh diri terhadap lokasi umum yang menyebabkan tewasnya warga sipil juga sudah sangat menurun dalam 10 tahun terakhir, menyusul terjadinya sejumlah serangan brutal.
Jajak pendapat sebelum sepak terjang ISIS
Jajak pendapat diadakan mulai 10 April 2014 hingga 25 Mei 2014, sebelum ISIS merebut kekuasaan di kota Mosul, Irak lewat pertempuran, dan bergerak ke daerah-daerah lainnya, termasuk ke wilayah Suriah. Di Libanon, yang berbatasan dengan Suriah, 92% warga yang diwawancarai mengatakan, mereka khawatir akan berkembangnya ekstrimisme Islam. Jumlah itu menunjukkan kenaikan 11% dibanding tahun lalu, dan tersebar merata di antara warga Libanon yang Sunni, Syiah dan Kristen.
Kekhawatiran juga meningkat di Yordania dan Turki, yang juga berbatasan dengan Suriah. Kedua negara itu telah menerima pengungsi Suriah dalam jumlah sangat besar, yang melarikan diri dari negara itu akibat bentrokan tiga tahun antara pemberontak dan Presiden Bashar al Assad.
Sekitar 62% warga Yordania menyatakan takut akan ekstrimisme, yang berarti kenaikan 13% sejak 2012. Sementara di Turki, separuh dari orang yang diwawancarai menyatakan kekhawatiran sama, yang berarti kenaikan 18% sejak dua tahun lalu.
Tendensi sama di Asia
"Di Asia, mayoritas warga Bangladesh yaitu 69%, Pakistan 66% dan Malaysia 63% khawatir akan ekstrimisme Islam," demikian dinyatakan dalam laporan Pew Research Center. Namun di Indonesia, negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia, ketakutan tidak sekuat itu. Hanya empat dari 10 orang menyatakan kecemasan akan ekstrimisme.
Sebagian besar warga Nigeria, yaitu 79%, menentang Boko Haram, yang menculik lebih dari 200 murid sekolah perempuan beberapa bulan lalu, sementara 59% warga Pakistan yang diwawancarai menyatakan tidak suka militan Taliban.
Hanya separuh warga Palestina (53%) mendukung Hamas, yang pekan ini dituduh Israel jadi dalang pembunuhan tiga remaja warga Israel. Dan jumlah orang yang menentang ekstrimisme di Jalur Gaza naik hingga 63%, yang berarti lebih tinggi daripada di Tepi Barat Yordan yang dikuasai Fatah. Hanya 46% warga Palestina percaya, bahwa serangan bunuh diri terhadap warga sipil adalah langkah yang benar. Tahun 2007 masih 70% yang mendukung.
Sedangkan di antara kaum muslim Libanon, jumlahnya menurun drastis dari 74% di tahun 2007, menjadi 29% saat ini.
ml/hp (afp)