Kelangkaan Antibiotika Meningkat di Seluruh Dunia
16 November 2023Perusahaan farmasi ramai-ramai menunda investasi pengembangan antibiotika baru. Dalihnya adalah biaya riset dan pemasaran yang tinggi dan sebabnya tidak menguntungkan.
Ancaman yang akan muncul dari resistensi antibiotik diperingatkan oleh "Access to Medicine Foundation." Organisasi nirlaba asal Belanda ini sebabnya mendesak industri farmasi dan lembaga penelitian untuk giat mengembangkan ragam antibiotika yang lebih mumpuni.
Menurut Asosiasi Riset Farmasi, Vfa, di seluruh dunia saat ini hanya ada 68 bahan aktif yang berada dalam tahapan uji klinis, sementara 292 proyek pengembangan sedang dalam tahap praklinis. Jumlah tersebut dipandang masih jauh dari cukup.
Resistensi antibiotika terjadi ketika bakteri atau kuman mengembangkan kekebalan terhadap jenis obat-obatan yang ada. Penyebab utamanya adalah penggunaan antibiotik secara tidak rasional baik pada pasien manusia maupun di peternakan.
Kasus kematian dini naik akibat resistensi antibiotika
Meningkatnya prevalensi resistensi antibiotika diyakini menyebabkan kenaikan angka kematian dini. Sebuah riset, yang dirilis di jurnal ilmiah "The Lancet" pada tahun 2022 lalu, melaporkan fenomena ini setelah merangkum hasil berbagai penelitian tentang mortalitas dan morbiditas pada apa yang disebut resistensi antimikroba, AMR.
Menurut riset tersebut, angka kematian dini terkait kekebalan antibiotika diperkirakan mencapai hampir lima juta kasus di seluruh dunia. Kawasan sub-Sahara bagian barat tercatat sebagai wilayah yang paling terdampak.
Resistensi antibiotika dan minimnya obat-obatan baru tidak hanya menjadi masalah di negara-negara berkembang, tapi juga menjadi tantangan besar bagi negara industri maju. Maka itu, Access to Medicine Foundation menyerukan pengembangan antibiotika dan vaksin baru. Repotnya, banyak perusahaan besar yang sudah undur diri atau menunda penelitian antibiotika baru.
Produksi di tangan segelintir korporasi
Tidak hanya penelitian yang mengalami stagnasi, produksi obat-obatan antibiotika pun tercatat melambat. Menurut Access to Medicine Foundation, sebagian besar produsen antibiotika adalah perusahaan multinasional yang rata-rata menjual lebih dari 200 jenis produk ke seluruh dunia.
Jika perusahaan-perusahaan ini mengubah strategi dan mengurangi produksi antibiotika, masyarakat di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang pertama kali terdampak. Akibatnya, kasus kematian dini di seluruh dunia meningkat karena antibiotika yang ada tidak lagi manjur.
Access to Medicine Foundation mengidentifikasi lebih dari 100 negara di seluruh dunia menghadapi darurat antibiotika. Negara-negara ini membutuhkan akses yang lebih murah terhadap obat-obatan terbaru. Tapi kenyataan justru menunjukkan hal sebaliknya.
Batasan dosis antibiotika rasional
Hal yang juga sama pentingnya adalah mencegah dokter menggunakan antibiotika dalam dosis berlebihan. Pemberian obat antibiotika dalam dosis yang tepat dinilai bersifat krusial dalam mencegah resistensi sejak dini.
Dalam jal ini, Access to Medicine Foundation juga berusaha melobi industri farmasi untuk mengkaji ulang strategi pemasarannya, agar misalnya tidak lagi mendorong dokter untuk memberikan antibiotika dalam jumlah berlebihan.
Salah satu sinyal positif muncul dari raksasa farmasi AS, Pfizer, yang membagi data mentah dari program risetnya secara bebas di internet. Adapun produsen antibiotika lain sedang giat memasarkan produk-produk terbaru secara cepat di seluruh dunia.
Meskipun terdapat kemajuan kecil, fenomena resistensi antibiotika belum akan terselesaikan dalam waktu dekat. Faktanya, resistensi antibiotik berkembang lebih cepat dibandingkan laju pengembangan dan produksi antibiotika baru.
rzn/as