Ketidakpastian Membayangi Indonesia
14 Juli 2014Setelah melalui musim kampanye paling keras dan paling membelah publik Indonesia, Gubernur Jakarta Joko Widodo dan saingannya bekas jenderal Prabowo Subianto mengklaim memenangkan pemilu.
Hampir semua lembaga jajak pendapat yang kredibel menempatkan Jokowi sebagai pemenang, mendorong pulihnya harga saham dan nilai rupiah Kamis pekan lalu dengan harapan bahwa ia akan diumumkan sebagai pemenang dalam pengumuman resmi Komisi Pemilihan Umum ,22 Juli nanti.
Namun euforia itu dengan cepat mereda. Bursa efek Jakarta merosot dua persen keesokan harinya, dan berada pada posisi turun 1,3 persen pada sesi penutupan, seiring berkembangnya kecemasan para investor mengenai potensi kebuntuan politik berkepanjangan.
“Pasar tidak bisa melepaskan diri terseret ketidakpastian yang semakin dalam,” kata ekonom Wellian Wiranto, dari OCBC Bank yang berbasis di Singapura.
Para investor mendukung Jokowi, karena ia dipandang sebagai seorang pembaharu dan pemimpin yang bersih di negara yang tercatat paling korup di dunia ini.
Cemas akan munculnya kekerasan
KPU akan mengumumkan hasil perhitungan akhir 22 Juli, namun apapun hasilnya, kemungkinan kedua kandidat akan mengajukan keberatan ke Mahkamah Konstitusi yang akan diberi waktu mengambil keputusan hingga akhir Agustus.
Masalahnya, ini bukan waktu yang tepat bagi Indonesia untuk dihajar ketidakpastian yang bisa menakutkan para investor. Jatuhnya harga komiditi, dan rangkaian kebijakan proteksionistis, telah menghajar ekonomi Indonesia yang pertumbuhannya kini melambat.
Investasi asing juga melambat tajam, dengan para investor cemas atas iklim dunia usaha yang tidak pasti. Korupsi, yang dilihat sebagai penghambat besar bagi dunia usaha untuk berbisnis di Indonesia, masih merajalela.
Ketidakpastian politik yang disebabkan kebuntuan hasil pemilu hanya akan menambah gambaran mendung itu, demikian kata para pengamat.
Harian The Jakarta Post yang mendukung Jokowi, memperingatkan dalam editorialnya bahwa membawa perang itu ke Mahkamah Konstitusi ”akan memperpanjang kebuntuan dan ketidakpastian hingga Agustus”.
“Prospek kekerasan akan secara dramatis meningkat kecuali para pemimpin politik bekerja mengontrol para pendukung mereka,” kata harian berbahasa Inggris tersebut.
ab/hp (rtr,ap,dpa)