Kim Jong Un Tinjau Lagi Rencana Serang Guam
15 Agustus 2017Pimpinan Korut Kim Jong Un telah memeriksa persiapan penyerangan ke Guan, namun masih menunda keputusan, apakah rencana itu dilanjutkan atau tidak. Kim masih mengmati, apakah AS masih "melakukan tindakan bodoh," kata kantor berita pemerintah KCNA hari Selasa (15/8).
"Jika orang-orang Yankee bertahan dalam tindakan sembrono mereka yang sangat berbahaya ... DPRK (Republik Korea Utara)... akan mengambil keputusan penting seperti yang telah diumumkan," demikian KCNA.
Sementara Presiden Korea Selatan Moon Jae In menyatakan, masalah nuklir Korea Utara harus diselesaikan dengan cara damai "tidak peduli berapa banyak pasang surutnya."
Dalam sebuah upacara untuk menandai peringatan 72 tahun pembebasan negara itu dari kekuasaan Jepang, Moon juga menambahkan bahwa tidak ada tindakan militer yang dapat diambil di semenanjung tersebut tanpa persetujuan Seoul. Dia mengulangi seruannya agar Pyongyang kembali ke meja perundingan.
Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengadakan percakapan telepon selama 30 menit. Keduanya setuju untuk bekerja sama guna menghentikan peluncuran rudal Korea Utara ke Guam, kata Shinzo Abe usai percakapan itu.
"Kami telah sepakat, bahwa sangat penting untuk mencegah Korea Utara meluncurkan rudal," kata Abe kepada wartawan. Sebuah pernyataan Gedung Putih menyebutkan, Trump "menegaskan kembali" kesiapan AS untuk menanggapi ancaman atau tindakan Korea Utara terhadap Amerika Serikat atau sekutunya.
Menteri Pertahanan Korea Selatan Song Young Moo mengatakan Senin (14/8), kemungkinan serangan Korea Utara yang ke Guam "sangat rendah". Dia mengutip sebuah evaluasi yang dilakukan oleh para pejabat tinggi militer di Seoul dan Washington.
Korea Utara "secara teknis mampu" mencapai Guam, namun hanya akan melakukan ancamannya dalam "kasus ekstrem," kata Song seperti dikutip kantor berita Yonhap.
Hari Senin (14/8), Wkil-wKIL negara anggota Uni Eropa mengadakan pertemuan darurat di Brussels untuk mendiskusikan perkembangan terakhir dalam krisis Korea.Sebelumnya, Presiden China Xi Jinping mendesak semua pihak untuk menahan diri. Pemimpin negara-negara lain juga telah menyatakan kekhawatirannya mengenai ancaman eskalasi situasi di Semenanjung Korea.
PBB telah memberlakukan sanksi terberatnya di Korea Utara setelah negara itu kembali melakukan uji coba rudal antarbenua pada 28 Juli. Sanksi ekonomi tersebut diperkirakan bisa memotong pendapatan ekspor Korea Utara hingga sepertiganya.
Di kedua negara Korea, tanggal 15 Agustus adalah hari libur nasional untuk merayakan kemerdekaan dari Jepang tahun 1945.
hp (rtr, afp, dpa)