Perbandingan Pelatih
23 Mei 2013Sosok Jürgen Klopp identik dengan sikap santai dan senang bergurau. Hampir tidak ada konferensi pers yang berakhir tanpa ada lelucon dari sang pelatih Borussia Dortmund. Ia tidak hanya dicintai suporter klub, tapi juga kesayangan media. Lain dengan Jupp Heynckes. Ia dengan tenang dan penuh konsentrasi menjawab pertanyaan para wartawan. Kadang tanpa emosi. Walau tidak meraih simpati fans dan media, sosoknya dihormati semua pihak.
Sama Kompeten Sebagai Pelatih
Sikap cuek Klopp kadang membuat orang meragukan kemampuannya sebagai pelatih. Tapi suksesnya bersama BVB telah membuktikan bahwa ia pelatih yang hebat. Di tahun 2008, ia menggambarkan filosofi permainannya sebagai berikut: "Sepakbola dengan penuh emosi, semangat, kesediaan untuk berlari dan disiplin menerapkan taktik." Ini filosofi yang membawa Dortmund meraih dua gelar liga, satu gelar Piala Jerman dan kini final Liga Champions Eropa.
Jupp Heynckes juga kerap dikonfrontasi kritik yang menganggapnya terlalu tua untuk merapkan taktik sepakbola modern. Pria berusia 68 tahun ini membuktikan diri musim ini dengan rekor demi rekor yang dicetak Bayern. Walau pada awalnya diberitakan akan pensiun di akhir musim, klub-klub besar dikabarkan masih berminat untuk meminangnya. Seperti misalnya Real Madrid.
Membangun Karakter Pemain
Kedua pelatih mementingkan karakter para pemainnya. Klopp berhasil dalam waktu singkat mewujudkan tim muda yang sangat sukses. Pemain muda dipoles hingga menjadi bintang. Salah satunya Mario Götze yang akan pindah ke Bayern di akhir musim.
Heynckes memiliki masalah yang berbeda. Ia harus membentuk tim terkuat dari belasan pemain bintang. Akibatnya, akan ada nama-nama terkenal yang harus duduk di bangku cadangan. Harmoni sangat penting bagi Heynckes. Pemain seperti Franck Ribery alami kemajuan pesat di bawah asuhan Heynckes.
Gila Disiplin
"Disiplin sangat penting dalam kehidupan. Sikap ini dituntut oleh setiap perusahaan, sama seperti sepakbola", ujar Henyckes beberapa tahun yang lalu. Saat 2007 ia mundur sebagai pelatih Borussia Mönchengladbach, ia menolak pembayaran kompensasi, mobil dinas ia kembalikan dalam keadaan bersih dan tangki bensin penuh. Klopp walau terkesan santai juga mengutamakan disiplin para pemainnya. Hanya tidak terlalu kelihatan, karena kemampuan luar biasanya menularkan kecintaan akan sepakbola kepada para pemainnya.
Final Liga Champions di London adalah puncak karir kedua pelatih. Bagi Henyckes yang sudah berpengalaman, gelar juara bisa menjadi hadiah di akhir karirnya yang cemerlang. Dan bagi Klopp yang masih haus gelar, ini adalah sukses terbesarnya semasa menjadi pelatih.