Komputer Algoritma Menulis Berita
22 Agustus 2014Tapi berita yang memiliki kaitan emosi dan bobot kemanusiaan, tetap hanya bisa ditulis jurnalis manusia. Bagaimana wartawan robot bekerja?
Penonton yang mengalami euforia. Untuk penggemar bola basket di Amerika Serikat, pertandingan di tingkat universitas pun harus ditonton. Baik hadir di stadion atau setidaknya lewat internet.
Yang istimewa pada teks ini adalah: penulisnya bukan manusia, melainkan komputer. Piranti lunaknya dikembangkan oleh perusahaan Amerika Serikat, Autmated Insights, pionir dalam bidang jurnalisme robotik.Scott Frederick, CEO Perusahaan Robotika: "Sudah banyak aspek yang kita percayakan kepada komputer. Dan saya tidak tahu apakah konsumen menyadari, pada bagian mana mesin terlibat. Tapi, jika menyangkut analisa volume data sangat besar, komputer bisa mengerjakan secara konsisten.Kalau berbicara kepercayaan, kita perlu analisa tanpa kesalahan."
Automated Insights memakai data statistik. Data dianalisa dengan kode spesial dan diubah menjadi laporan. Komputer bisa membuat hingga 2000 artikel per detik, efisien dan murah. Jim Harper, dari CATO Foundation: "Jurnalisme robot akan menjadi isu penting karena semua media harus berhemat anggaran. Mereka akan menggunakan data untuk membuat laporan secara otomatis. Tapi jurnalis manusia tetap tak tergantikan."
Laporan bursa
Majalah ekonomi Forbes sudah memakai komputer untuk membuat laporan aktual dari lantai bursa. Sementara LA Times memakainya untuk laporan gempa bumi.
Yanick Lamb memantau tren berita algoritma ini dengan perasaan campur aduk. Profesor jurnalistik ini mengetahui, mesin tidak bisa menggantikan repoter. Tapi wartawan di masa depan harus beradaptasi dengan teknologi baru ini: "Kami bekerjasama dengan jurusan informatik atau teknik untuk mencari metode baru penyediaan berita. Tujuannya agar kami tetap menjadi pionir dan mendidik mahasiswa ynag siap dengan dunia baru ini."
Emosi tetap lewat tangan manusia
Salah satunya Luke Rosiak. Reporter ini mempelajari teknologi informasi selama kuliah dan mengembangkan piranti lunak yang mampu menganalisa pidato di parlemen. Ia menerapkannya di majalah online, Washington Examiner. ia mengatakan: "Program ini menyuplai lebih banyak materi untuk jurnalis, tapi tidak menggantikanya. Bahkan kita membutuhkan lebih banyak jurnalis dari sebelumnya, karena ia harus menyusun cerita dari informasi yang ada. Saya kira, kami, jurnalis, di masa depan akan bekerja lebih efisien, sehingga bisa membuat banyak cerita yang tidak mungkin dibuat sebelumnya."
Komputer memang bisa menghimpun data. Tapi emosi tercipta lewat sentuhan tangan manusia. Dan itu belum akan berubah di masa depan.