Komunitas Bola di Berlin Ikut Aksi Lawan Ekstremisme Kanan
6 Februari 2024Di tengah 150.000 pengunjuk rasa yang mengelilingi gedung parlemen Jerman, Reichstag, pada hari Sabtu (03/02) sambil membawa lautan bendera dan plakat warna-warni, terdapat sejumlah spanduk yang dihiasi lambang klub sepak bola Berlin dan pesan-pesan seperti "Tidak ada sepak bola untuk kaum fasis!" dan "Sepak bola menyambut baik pengungsi."
"Penting bagi semua orang untuk menyuarakan pendapat mereka saat ini, karena ini adalah momen krusial. Dan olahraga, sepak bola khususnya, harus menunjukkan sikap, karena begitu banyak orang berkumpul untuk bermain dan menonton sepak bola," kata David Hoffmann kepada DW.
Hoffmann adalah bagian dari "Gesellschaftsspiele," sebuah organisasi di Berlin yang berfokus pada budaya penggemar sepak bola dan pendidikan politik. Dia membantu mengorganisir "blok olahraga" dalam demonstrasi yang lebih luas melawan kelompok ultra kanan.
Dia mengatakan ada 30 organisasi, sebagian besar klub sepak bola dan kelompok penggemar, mulai dari klub liga utama Bundesliga hingga klub-klub sepak bola Berlin, secara resmi menandatangani dukungan dalam gerakan protes tersebut.
Meredam pengaruh ultra kanan
Protes akhir pekan lalu, yang juga diadakan di berbagai kota di Jerman, merupakan bagian dari gelombang demonstrasi massal di seluruh negeri. Ratusan ribu orang turun ke jalan menentang kelompok ultra kanan.
Pemicu demonstrasi besar-besaran adalah laporan media Correctiv tentang pertemuan kelompok ultra kanan radikal di Potsdam pada bulan November silam, yang juga dihadiri oleh politisi AfD serta anggota CDU dan kelompok "Werteunion" yang sangat konservatif. Pertemuan itu diduga mendiskusikan perihal pengusiran para imigran dan "warga negara yang tidak berasimilasi."
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
"Sangat penting bagi demokrasi kita bahwa kita semua harus mengambil sikap, bahwa kita melawan kelompok sayap kanan. Bahwa kita menjaga agar demokrasi kita tidak goyah dan tidak ada pihak yang salah yang mengambil alih kekuasaan," ujar Petra, penggemar klub Hertha Berlin selama lebih dari tiga dekade, kepada DW. Petra mengikuti demo bersama sekelompok rekan suporter Hertha.
Meskipun dukungan terhadap AfD telah menurun sejak protes dimulai, berdasarkan jajak pendapat partai ini masih memperoleh dukungan sebesar 19% – menjadikan mereka partai terpopuler kedua di Jerman.
Sepak bola harus mengambil sikap
Bagi penggemar klub Union Berlin, Max, yang bergabung dengan protes "blok olahraga” bersama istri dan dua putranya yang masih remaja, sepak bola lebih dari sekadar hiburan akhir pekan.
"Sepak bola mencerminkan masyarakat," kata Max. Dia menambahkan bahwa memperjuangkan demokrasi berarti "menjalaninya, baik itu di klub sepak bola, sekolah, tempat kerja, atau di lingkungan Anda."
Banyak klub Bundesliga telah mendorong para penggemar untuk ikut demonstrasi ini, dan pelatih bola seperti Christian Streich dari SC Freiburg dan Xabi Alonso dari Bayer Leverkusen telah menyuarakan dukungan mereka. Namun, dukungan tidak hanya datang dari klub sepak bola besar Jerman.
"Sepak bola memiliki potensi untuk menyatukan orang-orang – terutama mereka yang berasal dari budaya berbeda, bahasa, kebangsaan, agama, jenis kelamin, atau pandangan dunia yang berbeda. Dan Anda dapat menggunakan kekuatan ini untuk mengambil sikap melawan pengucilan, diskriminasi, dan rasisme," kata Arne yang bermain untuk FSV Hansa 07, tim nonliga di lingkungan multikultural Kreuzberg di Berlin.
Menjadi politis di lapangan
Stadion yang penuh sesak dan partisipasi masyarakat akar rumput yang luas tidak hanya menjadikan sepak bola sebagai wadah yang ampuh untuk menjangkau massa. Di Jerman, budaya sepak bola memang sangat dipolitisasi. Entah itu soal komersialisasi olahraga yang makin meningkat, rezim otokratis yang menggunakan sepak bola untuk mencuci reputasi mereka, atau reformasi undang-undang pengawasan polisi.
Meskipun upaya para suporter yang terlibat, banyak klub telah menghapuskan sebagian besar hooliganisme ultra kanan yang merupakan ciri khas sepak bola Jerman tahun 1980-an dan 90-an, masih ada masalah besar. Rasisme, baik secara online maupun di stadion, masih menjangkiti sepak bola Jerman. Menghadapi pengaruh kelompok ekstrem kanan, baru-baru ini kelompok penggemar menggalang kampanye "Keluarkan Nazi dari Stadion.”
"Ada upaya-upaya dari kelompok sayap ekstrem untuk melemahkan budaya sepak bola. Tapi seperti yang Anda lihat saat ini, ada banyak organisasi sepak bola dan kelompok penggemar yang mencoba melawan upaya-upaya ini dan menunjukkan bahwa sepak bola lebih tentang menyatukan orang-orang daripada memecah belah mereka," kata Hoffmann.
Sepak bola Jerman menjadi sorotan
Musim panas tahun ini, Jerman akan menjadi tuan rumah Piala Eropa 2024. David Hoffmann memperingatkan bahwa kelompok ekstrem kanan mungkin mencoba mengambil keuntungan dari Piala Eropa mendatang.
"Saya benar-benar prihatin dengan nasionalisme di Jerman selama acara sepak bola besar. Tapi saya pikir ini juga merupakan kesempatan untuk masuk ke dalam wacana kritis tentang nasionalisme dan apa peran sepak bola dalam strategi nasionalis.
"Dan itulah yang harus kita lakukan – berbicara dengan tetangga kita, berbicara dengan teman-teman kita, dan menyadarkan mereka bahwa ekstremis ultra kanan mencoba memperalat sepak bola.”
Untuk saat ini, para penggemar yang menghadiri demonstrasi menentang ekstrem kanan di Berlin telah mempertegas peran penggemar sepak bola dalam membela demokrasi.
"Sepak bola adalah dasar dari segalanya. Ini adalah masyarakat kita. Ini untuk semua orang, tidak peduli siapa Anda, atau tim apa yang Anda dukung. Sama seperti demokrasi kita yang juga untuk semua orang," kata Petra, salah satu pendukung Hertha Berlin.
(ap/hp)