Konsep Desa Masa Depan
Sebuah desa utopia di Belanda berusaha memproduksi energi dan makanan sendiri secara lokal dengan teknologi ramah lingkungan. Konsep ini diharapkan bakal menyebar ke seantero Eropa dan mungkin dunia.
Hijau dan Mandiri
ReGen Village adalah sebuah desa swasembada yang dibangun oleh pengusaha real estate James Ehrlich. Mimpinya adalah mewujudkan pemukiman yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan energi dan makanan. Proyek pertama yang dibangun di Almere, Belanda, menyediakan 100 rumah di lahan seluas 15.500 meter persegi.
100% Daur Ulang
Rahasia ReGen Village adalah menggabungkan semua teknologi hijau yang ada, mulai dari rumah ramah energi, produksi beragam jenis energi terbarukan, penyimpanan energi ramah lingkungan, produksi makanan organik, perkebunan vertikal dan pertanian Akuaponik. ReGen sendiri kependekan dari "Regenerative."
Lokalisasi Produksi
Saat ini 40 persen lahan di Bumi digunakan untuk memproduksi makanan, kata salah satu pendiri ReGen Village Sinus Lynge. "Produksi makanan adalah sumber terbesar gas rumah kaca dan mendorong deforestasi." Sebab itu menurutnya, lokalisasi produksi makanan hingga ke taraf desa untuk menjamin swasembada pangan adalah solusinya.
Hunian di Balik Kaca
Semua rumah di ReGen Village berada di dalam rumah kaca untuk melindungi gedung dari iklim yang dingin dan basah. Setiap unit juga memiliki pemanas pasif dan sistem pendingin, panel surya, sebuah taman dan kolam air. Sampah rumah tangga nantinya akan dibuat kompos atau diubah menjadi gas biomassa.
Sistem Terpadu
Integrasi cerdas antara berbagai aspek kehidupan di desa sangat krusial agar sistemnya berjalan sempurna. Contohnya sebagian limbah rumah tangga yang dibuat kompos akan menjadi makanan buat serangga. Serangga seperti lalat itu nantinya menjadi pakan ikan. Sementara limbah perikanan dibuat pupuk untuk tanaman dalam sistem Akuaponik. Sirkulasi yang sama berlaku untuk hewan ternak, air, dsb.
Solusi Masa Depan?
Pengembang ReGen Village saat ini telah membidik negara lain seperti Arab Saudi, Malaysia, India dan Cina. Desa 2.0 itu terutama cocok untuk kawasan yang jauh dari jaringan listrik dan infrastruktur yang memadai. "Jika misalnya kelas menengah di India mengidamkan kawasan urban seperti yang ada saat ini, planet Bumi tidak akan selamat," kata James Ehrlich.