Angka Kematian Akibat COVID-19 di AS Telah Melampaui Cina
1 April 2020Angka kematian akibat COVID-19 di Amerika Serikat (AS) telah melampaui Cina. Presiden AS Donald Trump memperingatkan warganya pada Selasa (31/3) untuk bersiap menghadapi ‘‘dua minggu yang sangat menyakitkan‘‘. Trump mengatakan wabah COVID-19 dapat membunuh sebanyak 240.000 orang di AS.
"Ini akan menjadi dua minggu yang sangat menyakitkan, sangat-sangat menyakitkan," ujar Trump saat konferensi pers di Gedung Putih.
Dalam konferensi pers itu, koordinator respons AS untuk virus corona, Deborah Birx juga menampilkan grafik yang memetakan kisaran 100.000 hingga 240.000 kematian di Amerika Serikat.
"Tidak ada vaksin ajaib atau terapi. Ini semua adalah tentang perilaku, masing-masing perilaku kita sangat menentukan arah pandemi virus ini selama 30 hari ke depan," ujar Birx.
Di momen yang sama, spesialis penyakit menular Anthony Fauci mengatakan bahwa "mitigasi sejatinya berjalan baik". “Pihak berwenang telah melakukan segala yang kami bisa untuk membuat (jumlah kematian) jauh di bawah itu”, ujarnya.
Hingga Selasa (31/03) malam, AS mencatat 865 kematian akibat COVID-19 dalam 24 jam terakhir, sehingga total korban meninggal dunia akibat COVID-19 adalah 3.873 orang. Sementara, sudah ada sedikitnya 188.172 total orang yang terinfeksi virus corona di AS. Ini menjadikan AS sebagai negara yang memiliki pasien terinfeksi COVID-19 terbanyak di dunia.
Sejauh ini, sudah ada lebih dari 850.000 kasus positif COVID-19 dengan lebih dari 42.000 kematian dilaporkan terjadi di seluruh dunia.
Jerman pertimbangkan pakai aplikasi lacak corona seperti Singapura
Kanselir Jerman Angela Merkel dan perdana menteri dari 16 negara bagian di Jerman akan mengadakan konferensi lewat telepon pada Rabu (1/4) untuk membahas ‘pertempuran‘ melawan pandemi COVID-19. Para pemimpin akan membahas apakah akan memperpanjang langkah-langkah penguncian atau lockdown yang mulai diberlakukan pada Senin pekan lalu.
Hal lain yang akan dibahas adalah kemungkinan menggunakan aplikasi pelacakan untuk memantau orang-orang yang terinfeksi virus corona, seperti yang dilakukan oleh Singapura. Aplikasi yang dimiliki oleh Singapura yakni TraceTogether, dapat merekam riwayat kontak pasien terinfeksi COVID-19 pada perangkat lunak. Nantinya data itu bisa diunduh sehingga tim pelacak kontak dapat bergerak cepat untuk mengetahui orang lain yang berisiko terpapar virus.
Namun rencana ini memunculkan perdebatan. Salah satunya muncul dari Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn yang kurang setuju tentang penggunaan teknologi ponsel pintar tersebut. Menurutnya, langkah-langkah penanganan yang dilakukan selama ini, seperti penutupan sekolah dan larangan pertemuan yang melibatkan lebih dari dua orang telah berhasil ‘‘meratakan‘‘ kurva infeksi.
Sementara itu, Kepala Koch Institute, Lothar Wieler memperingatkan bahwa Jerman sejatinya masih berada di awal pandemi, sementara kapasitas rumah sakit sudah penuh. Nantinya Merkel dan perdana menteri dari 16 negara bagian Jerman juga akan mempertimbangkan perluasan kapasitas perawatan intensif di seluruh rumah sakit yang ada di Jerman.
Spanyol dan Inggris laporkan kematian harian tertinggi
Spanyol telah melaporkan rekor harian baru pada Selasa (31/3) yakni 849 kematian akibat COVID-19. Tetapi pejabat kesehatan Spanyol mengatakan tren infeksi baru terus menurun.
Setelah Italia, Spanyol menjadi negara kedua di dunia yang paling menderita akibat wabah corona dengan hilangnya 8.189 nyawa. Angka-angka terbaru di Spanyol ini dilaporkan sehari setelah jumlah korban meninggal sedikit turun.
"Benar bahwa hari ini kita mengalami sedikit peningkatan dalam jumlah kasus," kata Maria Jose Sierra, dari unit koordinasi kedaruratan kementerian kesehatan Spanyol.
Meski demikian, ia bersikeras menyampaikan bahwa tren penurunan "terus berlanjut", mengingat seminggu yang lalu, tingkat infeksi baru adalah sekitar 20 persen. Perkembangan positif lain menunjukkan bahwa lebih dari 2.000 pasien dinyatakan sembuh dalam periode 24 jam terakhir, sehingga total yang sembuh menjadi 19.259 sejak wabah dimulai.
Sama seperti di Spanyol, Inggris juga melaporkan peningkatan jumlah kematian harian akibat COVID-19. Pada Selasa (31/3) angka kematian akibat COVID-19 adalah sebanyak 381 kematian, lebih dari dua kali lipat jumlah kematian nasional yang dilaporkan sehari sebelumnya.
Para ahli memperingatkan untuk tidak terlalu banyak membaca statistik, mengutip indikasi bahwa langkah-langkah ketat yang dilakukan sejak minggu lalu untuk menghentikan transmisi COVID-19 telah berhasil.
Para pasien yang meninggal akibat COVID-19 dilaporkan berada para rentang usia antara 19 dan 98 tahun. Semuanya memiliki penyakit bawaan kecuali 28 orang lainnya, kata layanan kesehatan Inggris (NHS) dalam sebuah pernyataan.
Sekitar 25.150 orang kini dinyatakan positif mengidap COVID-19 di Inggris, termasuk Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.
pkp/gtp (AFP, Reuters)