Korban Perbudakan di Pulau Benjina Bertambah
10 April 2015
Jumlah nelayan yang diperbudak di sebuah pulau terpencil di dekat Maluku kini mencapai hampir 550 orang. Temuan tersebut diumumkan pasca tim pencari fakta kembali ke pulau buat memastikan tidak ada yang tertinggal sepekan setelah proses evakuasi.
Sebagian besar nelayan berjumlah 210 orang yang diidentifikasi Kamis (9/5) kemarin adalah warga negara Myanmar. Korban mengaku belum mendapat bayaran dari majikan selama bertahun-tahun, klaim Steve Hamilton wakil direktur Organisasi Migrasi Internasional di Jakarta.
Kasus perbudakan nelayan di pulau Benjina terungkap oleh laporan investigatif kantor berita Associated Press yang dipublikasikan bulan lalu. Laporan tersebut mengikuti jejak makanan laut yang ditangkap oleh budak dan mendarat di supermarket besar di Amerika Serikat lewat Thailand.
DIrawat di Pulau Tual
Sebagian nelayan mengaku ditipu atau bahkan diculik. Mereka diangkut dengan kapal dari Thailand ke pulau Benjina, kemudian dipaksa bekerja nyaris tanpa henti di bawah kondisi yang mengenaskan. Beberapa mengabarkan dipukuli oleh kapten Thailand jika sakit atau tertangkap sedang beristirahat.
Pekan lalu pemerintah Indonesia mengevakuasi sekitar 330 migran dari pulau Benjina. Mereka dibawa ke pulau Tual. Sementara sebagian yang ditemukan oleh tim pencari fakta Kamis silam tetap berada di pulau Benjina.
Nelayan yang ditampung di pulau Tual mengaku mendapat layanan medis dan makanan yang cukup.
Sementara itu pemimpin oposisi Myanmar, Auing San Suu Kyi mengatakan sudah merupakan tugas pemerintah untuk "melindungi hak warganya dan membebaskan mereka dari perbudakan."
"Itu adalah solusi paling nyata dan sederhana, serta tugas yang tidak bisa ditangguhkan oleh pemerintah yang bertanggungjawab," ujarnya. Sebagian besar nelayan yang diperbudak di Pulau Benjina adalah berkewarganegaraan Myanmar. Selain itu tim pencari fakta juga menemukan sejumlah warga Kamboja.
rzn/vlz (ap,rtr,antara)