Kota Tua As-Salt di Yordania - Tempat Aman Umat Beragama
Walau banyak berita tentang ketegangan antara umat beragama, di As-Salt umat Kristen dan Muslim bisa hidup berdampingan secara damai. Fotografer Fatima Abbadi menangkap keunikan tersebut dengan lensanya.
Kota metropolis kuno
Fotografer Fatima Abbadi lahir di Abu Dhabi, tapi 10 tahun terakhir ia mempelajari kota As-Salt di Yordania, yang didirikan 300 S.M dengan populasi 90.000 warga. As-Salt adalah kota kosmopolitan dimana budaya Arab dan Eropa melebur berkat hubungan yang harmonis.
Tidak ada tembok, tidak ada batasan
Berkat keunikannya, kota ini masuk nominasi situs warisan dunia UNESCO. Tapi tidak hanya arsitektur dan fesyen Timur dan Barat yang bisa ditemukan di As-Salt. "Mayoritas umat Muslim dan populasi Kristen hidup berdampingan tanpa ada pemisahan," ujar Ismael Abder-rahman Gil, peneliti yang membantu Abbadi dengan proyek fotografinya.
Dari St. George ke al-Khidr
Gil menjelaskan, umat Kristen As-Salt memainkan peran penting dalam perkembangan budaya, ekonomi, dan politik. Sejarah kedua agama saling terkait di As-Salt, sehingga seringnya harus berbagi rumah ibadah. Pada foto tampak gereja Saint George dengan altar yang dikelilingi oleh kutipan dari Al Qur'an dan kisah dari Alkitab.
Rumah bagi semua
Rumah ibadah ini didirikan tahun 1682, setelah seorang penggembala mendapat wahyu dari Santo Georgius untuk membangun gereja setelah melindunginya dari hewan liar yang mengancam ternaknya. "Hingga kini gereja dipenuhi oleh umat Kristen dan Muslim As-Salt yang menyalakan lilin untuk mendoakan Santo," ujar Abder-rahman Gil. Gereja latin, anglikan dan ortodoks juga ditemukan di kota ini.
Sejarah 2000 tahun
Hubungan Yordania dan umat Kristen diawali dengan pembaptisan Yesus di sungai Yordan. Banyak komunitas Kristen yang menetap di Yordania pada abad ke-1 dan hingga kini bisa menjalankan agamanya secara bebas dan terbuka. Umat Kristen terwakili di parlemen dan memiliki fungsi resmi kenegaraan.
Demonstrasi dan proklamasi
Walau hidup berdampingan secara damai selama ratusan tahun, dan penegasan Raja Abdullah II bahwa "umat Arab Kristen adalah bagian integral wilayah saya baik di masa lalu, masa kini, maupun masa depan," ketegangan antara umat Muslim dan Kristen meningkat di Yordania. Aksi protes bermunculan. "Keistimewaan As-Salt, hubungan antara kedua agama tersebut tidak terpengaruh disini," ujar Abbadi.
Berpesta bersama
"Saat Natal misalnya, warga Muslim yang pertama membuka pintu rumahnya bagi warga Kristen dan merayakannya bersama mereka. Begitu pula sebaliknya," cerita Abbadi. 35 persen populasi As-Salt beraga Kristen. Sangat kontras dibandingkan 4 persen populasi umat Kristen di seluruh Yordania.
Resep damai - saling menghormati
Seri foto Abbadi tentang As-Salt menggambarkan kehidupan pertanian tradisional hingga pengaruh barat di warga perkotaan. Ia yakin hubungan antara umat Muslim dan Kristen tidak akan berubah di kota ini. "Warga yang tinggal di As-Salt punya sejarah pribadi yang panjang. Mereka saling menghormati dan menganggap semua seakan adalah keluarga besar." Ed:Jan Tomes (vlz/hp)