Kota Tua Jakarta Segera Dihidupkan Kembali
26 Februari 2014Kota tua di Jakarta Utara pernah menjadi pusat perdagangan global. Ramai oleh pedagang yang sibuk jual beli barang dari berbagai penjuru Indonesia, terutama rempah-rempah yang dicari di Eropa.
Hanya sebagian kecil dari kota tua yang terpelihara. Areal di depan Museum Fatahillah, yang menjadi jantung kota tua dan paling sering dikunjungi, masih dalam kondisi baik. Namun di luar areal ini, gedung-gedung kota tua sudah mengalami kerusakan parah.
Gubernur Jakarta, Joko Widodo, kini mempunyai rencana baru untuk perbaikan kota tua untuk menarik lebih banyak turis.
Namun banyak pihak yang mengaku skeptis. Rencana restorasi yang pernah dilontarkan sebelumnya gagal terwujud. Sementara pihak lain khawatir apabila rencana terbaru ini berjalan, pihak pengembangnya akan mengubah kota tua menjadi 'Disneyland' yang diramaikan oleh pusat perbelanjaan yang mentereng dan bukan kawasan warisan yang terpelihara dengan baik.
Merestorasi kemegahan kolonial
Jokowi beserta timnya yakin rencana mereka memiliki peluang lebih baik karena diawali dengan organisasi payung yang menurut mereka dijalani oleh orang-orang yang cocok untuk mengawasi regenerasi kota tua.
Program restorasi kota tua didukung sebuah konsorsium yang terdiri dari sejumlah perusahaan pengembang swasta, mantan menteri BUMN Sofyan Djalil, penasehat bidang seni rupa dan museum Oei Hong Djien, serta penasehat bidang arsitektur dan warisan Han Awal.
Pemprov DKI Jakarta menjanjikan dana sebesar 150 miliar Rupiah untuk regenerasi. "Upaya sebelumnya entah kurang koordinasi antar pihak yang terlibat, atau sebaliknya, justru cuma satu kelompok namun kekurangan sumber daya," ungkap Lin Che Wei, kepala dewan penasehat konsorsium.
Kini sudah ada tanda-tanda pengerjaan di sejumlah gedung di wilayah kota tua. Pusat pengunjung dan areal pameran untuk seni kontemporer rencananya dibuka bulan Maret 2014.
Konsorsium menargetkan renovasi 85 gedung bersejarah dalam kurun waktu 5 tahun. Sebuah program yang disebutkan mampu menciptakan 11.400 pekerjaan.
Berubah menjadi Disneyland?
Namun ada pihak yang mengkhawatirkan pembangunan yang terlalu antusias akan menghancurkan pesona kota tua dan mengubahnya menjadi wilayah yang penuh bangunan modern dan areal perbelanjaan.
"Kota tua adalah sebuah kota, dan bukan Disneyland," tegas Ella Ubaidi, pemilik salah satu bangunan zaman kolonial di kota tua.
Kekhawatirannya berakar pada profil dewan direktur konsorsium yang sebagian berasal dari perusahaan pengembang properti berskala besar di Indonesia.
Kurangnya antusiasme juga datang dari warga. Masih ada yang menganggap kota, yang dibangun oleh Belanda, merupakan simbol penjajahan, dan minat untuk mempertahankannya tergolong rendah sejak Belanda hengkang dari Indonesia akhir tahun 40-an.
Meski begitu, pendana rencana ini tetap optimis. Mereka yakin restorasi kota tua akan mampu menarik lebih banyak turis ke Jakarta, yang ketinggalan dibandingkan ibukota lainnya di Asia Tenggara apabila membahas jumlah turis asing.
cp/hp (afp, ap)