KTT G20: Indonesia Usulkan Mekanisme Dana Siaga Global
13 November 2008Dalam pertemuan puncak negara-negara G20, 15 November mendatang, pemerintah Indonesia akan mengusulkan skema dana siaga global atau Global Budget Fund. Mekanisme dana talangan untuk pembangunan di negara-negara berkembang ini diajukan, untuk mengatasi dampak krisis keuangan internasional. Ekonom dari Indef, Aviliani yang terlibat dalam perumusan prakarsa Indonesia ini mengatakan, skema itu diperlukan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang.
“Global Budget Fund ini untuk memberikan pinjaman kepada anggaran negara yang mengalami persoalan pada awalnya. Jadi itu tidak jangka panjang, melainkan jangka pendek. Kita pada diskusi itu memang menyadari bahwa untuk mendirikan lembaga baru itu gampang dan cepat, padahal dana dana ini sangat dibutuhkan di tahun 2009. Sehingga nanti ada ide, mungkin akan menggunakan rumah salah satu lembaga yang ada, entah IMF atau World Bank tapi harus ada reformasi karena kalau tidak ada reformasi banyak negara yang tidak percaya lagi.”
Meski demikian, Aviliani mengakui, usulan ini masih sulit diwujudkan, mengingat perbedaan kepentingan antara negara maju dengan negara berkembang. Tetapi dalam pertemuan pendahuluan di Sao Paulo, sejumlah pemimpin keuangan negara G20 nampaknya memberi isyarat positif.
Pemerintah Indonesia nampaknya sangat berkepentingan untuk memperoleh fasilitas pendanaan khusus bagi negara-negara berkembang yang terimbas krisis. Namun di lain pihak, kelompok-kelompok yang tergabung dalam Koalisi Anti Utang menentang usulan yang tertuang dalam Indonesian Paper itu. terutama soal dana pinjaman. Ketua KAU, Dani Setiawan:
“Nah itu justru semakin menguatkan lembaga lembaga seperti IMF dan Bank Dunia untuk berperan lebih jauh dalam mengatasi dampak krisis di negara negara. Sementara tidak ada satupun kritik yang mendasar, karena sebenarnya krisis yang terjadi disebabkan oleh praktek praktek agenda liberalisasi ekonomi yang didesakan IMF dan Bank Dunia. Mestinya, sekarang kalau Indonesia memerlukan dana talangan yang lebih besar untuk mengatasi dampak krisis ini, mestinya hari ini digunakan sebagai momentum untuk menegosiasikan penghapusan hutang bukan menegosiaiskan pendapatan hutang baru”
Forum G20 dibentuk pada tahun 1999 sebagai forum dialog negara maju dan negara berkembang untuk mengatasi krisis keuangan Asia pada akhir 1990. Indonesia terlibat dalam forum ini bersama delapan negara berkembang lain, seperti Arab Saudi, Argentina, Australia, Afrika Selatan, Korea Selatan, Meksiko dan Turki.
Pada pertemuan di Washington nanti, selain usulan dana siaga, pemerintah Indonesia juga menyiapkan usulan lain, terutama keperluan mereformasi sistem keuangan global. Kembali pengamat Indef Aviliani.
“Dua lagi, berkaitan dengan arsitektur keuangan dunia. Ingin nya diubah, kedepan itu diharapkan arsitektur keuangan itu tidak lagi menjadi komoditas tapi bagaimanah uang itu betul betul sebagai alat tukar. Jadi paling tidak Bank sentral itu bisa bersatu, sekarang kan Bank sentral itu punya perbedaan tingkat suku bungah yang menyebabkan aliran dana itu keman mana menunggu bungah yang tinggi. Dan yang satu lagi adalah, berkaitan dengan sector riil, dimana perlu menjaga market, agar jangan sampai dengan kondisi ini (krisis) masing masing negara melakukan proteksi besar besaran yang akhirnya transaksi antar negara ini bisa terganggu.”
Usai pertemuan G20, Presiden Susilo Bambang Yudoyhono akan melanjutkan perjalanan ke Peru, guna menghadiri pertemuan negara-negara Asia Pasifik APEC.