KTT Khusus Zona Euro Bahas Krisis Yunani
21 Juli 2011Sesaat menjelang pertemuan puncak khusus 17 negara pengguna mata uang Euro di Brussel, Kamis (21/7), membahas paket bantuan baru bagi Yunani yang nyaris bangkrut, Berlin dan Paris melontarkan sinyal positif. Kanselir Jerman, Angela Merkel dan presiden Perancis, Nicolas Sarkozy setelah melakukan perundingan dramatis selama tujuh jam di Berlin, Rabu (20/7) malam kemarin, dapat menyamakan pendapat menyangkut cara terbaik untuk menolong Yunani. Akan tetapi isi kesepakatannya tidak diumumkan kepada publik. Sebuah sikap bersama Jerman dan Perancis mengenai sebuah konsep keseluruhan yang dapat memulihkan kembali kemampuan Yunani untuk berutang, dan mendorong kembali ekonomi negara tsb, merupakan persyaratan utama bagi tercapainya kesepakatan diantara 17 negara zona Euro.
Seharusnya para menteri keuangan negara-negara pengguna mata uang Euro, pada pekan lalu sudah dapat merumuskan secara tegas paket bantuan kedua bagi Yunani senilai sekitar 115 milyar Euro itu. Akan tetapi kesepakatan gagal dicapai, karena perbedaan posisi negara anggota yang tidak dapat dijembatani.
Masalah Yunani amat serius
Setelah pengumuman tercapainya pendekatan antara Jerman dan Perancis, kini harapan sukses bagi pertemuan puncak khusus zona Euro semakin besar. Akan tetapi presiden Komisi Uni Eropa, Jose Manuel Barroso memperingatkan, jangan berharap terlalu muluk. “Jangan sampai kita berilusi. Situasinya amat serius dan memerlukan sebuah jawaban. Jika tidak, akan terasa dampak negatifnya di seluruh Eropa dan kawasan lainnya. Euro merupakan asset terbesar kita. Manfaatnya jauh melebihi upaya yang diperlukan negara anggota pada posisi yang berbeda di meja perundingan. Kita tidak boleh meremehkannya. Karena jika tidak, sejarah akan mengecam generasi pimpinan saat ini amat keras,“ tegas Barroso
Barroso menuntut sejumlah keputusan minimal dari pertemuan puncak di Brussel itu. Yakni keputusan untuk mengamankan situasi keuangan Yunani, bagi kesiapan dan kontribusi tinggi donor swasta, untuk kemungkinan bertindak lembaga penyelamatan Euro serta bagi tindakan yang melindungi sektor perbankan. Semua itu, hingga kini masih dipersengketakan dengan sengit. Misalnya dalam tema penyertaan sektor swasta.
Terancam default
Sekarang ini, praktis tidak ada lagi yang mempercayai, Yunani dapat membayar utangnya lewat kekuatan sendiri. Akan tetapi, jika Yunani mendapat program penghapusan sebagian utangnya, seperti yang dituntut oleh Jerman, Belanda dan Finlandia, yang bangkit lagi bukan hanya para pembayar pajak, melainkan juga sektor perbankan swasta dan asuransi. Akan tetapi resistensi menyangkut kebijakan itu amat besar. Penolakan terutama datang dari Bank Sentral Eropa dan sejumlah pemerintahan negara pengguna Euro. Ketua kelompok negara pengguna mata uang Euro, Jean-Claude Juncker sudah menegaskan sikapnya : “Dalam kasus Yunani, Portugal dan Irlandia, hingga pertengahan 2013 tidak akan ada keterlibatan sektor swasta.“
Sebelumnya sudah disepakati, setelah dibentuknya sebuah lembaga penyelamatan yang stabil pada tahun 2103, barulah dimungkinkan sebuah sistem keikutsetaan sektor swasta. Juga tema ini belum sepenuhnya pasti. Para pengritik keikutsertaan perbankan swasta dalam menyelesaikan krisis utang mengatakan, lembaga pemeringkat keuangan akan memandang kebijakan itu sebagai bukti terjadinya default atau tidak mampu lagi membayar utang. Sejumlah politisi dan pakar keuangan kini juga mengingatkan, tidak tertutup kemungkinan membangkrutkan Yunani secara teratur dan mengeluarkannya dari zona mata uang Euro. Mereka juga memperingatkan, pemberian kredit tanpa batas, akan melumpuhkan keinginan melakukan reformasi dan negara lemah akan terus membebani negara yang basisnya kokoh di zona Euro.
Agus Setiawan/rtr/dpa/afp/dw
Editor : Anggatira Gollmer