Kuliah Tepat Guna untuk Dunia Bisnis
22 Juni 2013Daya saing ekonomi global semakin tergantung pada ketersediaan karyawan dan kualifikasi yang sesuai. Di banyak negara berkembang ada perbedaan yang cukup besar antara kemampuan lulusan universitas dan kualifikasi yang dicari oleh dunia industri. Kurangnya relevansi antara dunia bisnis dan pendidikan kerap berakibat lulusan universitas tidak dapat menemukan kesempatan kerja yang memadai.
Berbagai pakar di dunia bisnis dan pendidikan mengingatkan: di era globalisasi ini, interaksi antara perguruan tinggi dan perusahaan adalah suatu keharusan. Para pakar tersebut mengembangkan metodologi pendidikan yang tepat guna untuk dunia bisnis.
Victoria Galan Muros, manajer proyek internasional Science-to-Business Marketing Research Centre, Münster, mengungkapkan Jerman merupakan model yang sangat baik untuk kolaborasi bisnis-pendidikan. Di tempatnya mengajar, ia menerapkan hal tersebut: ”Kami melakukannya dengan membawa para praktisi bisnis ke kelas-kelas di universitas. Kami juga mengirimkan beberapa mahasiswa untuk magang selama beberapa bulan di perusahaan-perusahaan. Bahkan ada sistem yang mengatur waktu kegiatan dengan membagi: 3 bulan di kelas, 3 bulan di perusahaan, begitu seterusnya.”
Hal ini berbeda dengan di masa lalu, ketika Muros masih menuntut ilmu, ”Dulu waktu saya kuliah master manajemen, para profesornya bukan orang bisnis, jadi mereka hanya menyuapi kami dengan teori-teori, dan baammm…. Ketika tiba waktunya ke dunia kerja, kami tak bisa langsung menerapkan aplikasinya. Dunia ilmiah menciptakan teori-teori yang ternyata banyak yang tak sama dengan realitas yang dihadapi.”
Bisa seiring sejalan
Di negara-negara berkembang seperti di Vietnam, hal yang dialami Muros beberapa puluh tahun silam itu masih terjadi hingga kini. Thi Thanh Tam Nguyen, Direktur Hanoi IEC Co. Ltd, sebuah lembaga riset dan konsultan bisnis di Hanoi mengatakan situasinya bahkan lebih parah: ”Mahasiswa masih dipaksa untuk menghafal teori-teori. Sistem pendidikan tak memancing mahasiswa untuk aktif, sehingga akibatnya, menghasilkan lulusan-lulusan pasif yang tidak cukup inovatif. Mereka tak mampu berkomunikasi untuk menghasilkan solusi yang inovatif.” Bersama timnya, ia merumuskan metode pendidikan baru yang mempu mencetak lulusan-lulusan yang dapat terjun langsung di dunia bisnis.
Jürgen Bode, profesor manajemen internasional dari Sekolah Tinggi Bonn-Rhein-Sieg, Jerman mengingatkan hal itu tidak terlepas dari bagaimana negara-negara berkembang meniru metode atau kurikulum di negara-negara industri dalam sistem pendidikan, namun mengesampingkan kolaborasi dengan dunia bisnis. Universitas-universitas ingin membangun reputasi, namun pada unjungnya tak mengikuti pergerakan di dunia bisnis.” Misalnya dalam sistem perekrutan profesor untuk mengajar. Profesor yang akan direkrut harus memenuhi syarat-syarat menerbitkan jurnal dan riset-riset, lalu mengajar dan bergumul di dunia akademisi. Sementara jalur lainnya, bila sudah mencapai gelar Phd, bekerja di perusahaan-perusahaan. Padahal menurut Bode, kedua jalur itu bisa dikombinasikan.
Komunikasi antar-budaya
Sementara itu, Peter Köch dari lembaga konsultan bisnis untuk Afrika, Visiting Associate, XCOM lebih menekankan pada pentingnya penerapan komunikasi antar budaya. ”Di dunia bisnis yang semakin mengglobal, hal ini sudah menjadi syarat mutlak. Apalagi banyak investasi barat yang masuk ke Afrika. Jika tak memahami budaya, akan sangat sulit dalam dunia kerja.” Ditambahkananya turbulensi pasar tak dapat diramalkan, namun harus diantisipasi.
Thi Thanh Tam Nguyen, Direktur Hanoi IEC Co. Ltd, sebuah lembaga riset dan konsultan bisnis di Hanoi mengatakan ia pun menerapkan hal serupa di lembaga konsultannya. Sebelum diterjunkan ke dunia kerja, ada pelatihan khusus bagi calon pekerja, termasuk mempelajari budaya dimana lulusan universitas itu akan bekerja.
Bermanfaat bagi masyarakat
Dengan mengkolaborasikan dunia bisnis dengan pendidikan maka keuntungan bukan hanya diraih oleh mahasiswa dan pebisnis, namun akan bermanfaat juga bagi masyarakat. Sebab pasar yang bergerak positif akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat, tandas Victoria Galan Muros, manajer proyek internasional Science-to-Business Marketing Research Centre, Münster. Menurutnya di era global ini, kolaborasi bisnis dan pendidikan merupakan solusi menguntungkan berbagai pihak yang tak dapat diabaikan begitu saja.