1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kunjungan Zakir Naik Picu Kekhawatiran di Pakistan

Haroon Janjua | Keith Walker
3 Oktober 2024

Selain dikhawatirkan memicu sentimen ekstremis di Pakistan, kunjungan pendakwah kontroversial Zakir Naik ke negara tersebut juga dinilai berpotensi menyulut kemarahan India, di mana ia diburu karena ujaran kebencian.

https://p.dw.com/p/4lMOZ
Zakir Naik (2017)
Kunjungan Zakir Naik atas undangan pemerintah Pakistan, membuat banyak aktivis dan kritikus khawatirFoto: Dede Arip Rachman/ZUMA/imago

Pendakwah Islam asal India, Zakir Naik, tiba di Pakistan pekan ini dalam kunjungannya sebulan penuh untuk berdakwah di beberapa kota besar, termasuk Karachi, Islamabad dan Lahore.

Dokter berusia 58 tahun yang kini menjadi pendakwah itu adalah tokoh yang banyak diperdebatkan sejak awal 1990-an. Ia bahkan menjadi buronan di India, di mana ia menghadapi tuduhan pencucian uang dan ujaran kebencian.

Pihak berwenang India menuduhnya "menyebarkan permusuhan dan kebencian antarkelompok agama yang berbeda” melalui dakwahnya.

Saat berbicara di Malaysia, tempat di mana dia mencari perlindungan, Naik mengeklaim dirinya tidak melanggar hukum apa pun di India dan mengaku bahwa dia telah menjadi sasaran "musuh-musuh Islam”.

Kunjungan Naik ke Pakistan merupakan yang pertama dalam tiga dekade terakhir, tepatnya sejak 1992.

Naik sejatinya diundang oleh pemerintah Pakistan. Namun, banyak aktivis dan kritikus justru khawatir, mengingat Naik sudah dilarang di beberapa negara, termasuk India, Bangladesh, Sri Lanka dan Inggris, karena dianggap memiliki pandangan garis keras.

"Saya sedih tapi tidak terkejut bahwa Zakir Naik diundang sebagai tamu negara,” kata fisikawan nuklir dan aktivis sosial Pervez Hoodbhoy kepada DW.

"Negara ini hanya menambah lebih banyak bahan bakar ke dalam kobaran api,” kata Hoodbhoy memberikan analogi.

Zakir Naik (2019)
Zakir Naik jadi buronan di India atas tuduhan pencucian uang dan ujaran kebencianFoto: HBLnetwork/imago images

Perdebatan mengenai pengaruh Zakir Naik menguat

Di Bangladesh, saluran televisi Zakir Naik, Peace TV, platform yang menyebarkan dakwah-dakwahnya, dibekukan setelah laporan media mengindikasikan bahwa para jihadis yang menyerang Toko Roti Holey Artisan di Dhaka pada 2016 dan menewaskan 29 orang, merupakan pengagum dan pengikut Naik. ISIS pada akhirnya mengeklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Amit Ranjan, seorang peneliti di Institut Studi Asia Selatan, Universitas Nasional Singapura, telah menyebut Zakir Naik sebagai "seorang pendakwah Islam radikal, di mana dakwah-dakwah dan para pengikutnya telah menimbulkan masalah serta ketegangan di Bangladesh dan Maladewa.”

"Menjadi tamu kenegaraan Pakistan, tidak akan menguntungkan tatanan sosial dan agama negara ini,” kata Ranjan kepada DW.

Berbeda dengan Ranjan, Qurat ul Ain Shirazi, seorang komentator politik dan sosial, berpendapat bahwa kunjungan Zakir Naik justru dapat membantu mengisi ruang kosong yang ditimbulkan akibat meningkatnya ekstremisme di Pakistan.

"Seiring dengan gelombang insiden terkait penistaan agama yang sedang berlangsung, Naik telah memberikan perspektif baru dengan mengatakan 'daripada membunuh seseorang dalam kasus penistaan agama, [hukum] seharusnya mengambil tindakan di wilayah ini.' Dia juga menentang aksi terorisme yang mengatasnamakan agama,” kata Shirazi.

Kekhawatiran akan memanasnya tensi India-Pakistan

Beberapa analis memperingatkan bahwa kunjungan Naik juga berpotensi meningkatkan ketegangan antara India dengan Pakistan, dua negara tetangga yang saling memiliki senjata nuklir.

Ranjan secara khusus menyoroti bahwa di masa lalu, dakwah-dakwah Naik telah mendorong banyak orang untuk melakukan kekerasan terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau bahkan memprovokasi pengikutnya untuk melawan mereka yang memiliki keyakinan berbeda.

"Pakistan saat ini sudah banyak menghadapi aksi kekerasan terkait masalah sosial dan politik, dan memberikan ruang kepada Naik hanya akan menambah ketegangan yang sudah ada,” kata Ranjan kepada DW.

Sementara Hoodboy mengatakan: "Sebagai penyebar ujaran kebencian, Zakir Naik telah dilarang masuk ke beberapa negara termasuk India. Dengan memberikan sambutan yang meriah kepadanya, Pakistan justru mengumumkan bahwa pihaknya berkomitmen untuk merangkul fundamentalisme dan bersedia mengesampingkan opini global."

Shirazi, seorang komentator politik dan sosial, mengemukan pendapat berbeda.

"Saya rasa hal ini tidak akan membuat hubungan kedua negara menjadi lebih tegang, karena hubungan keduanya sudah memanas,” katanya, seraya menambahkan bahwa Naik cukup berhati-hati untuk tidak menyebut wilayah Kashmir yang disengketakan dalam tanggapannya, yang mungkin menunjukkan bahwa, ”ia tidak ingin menciptakan kontroversi yang dapat memperburuk hubungan Pakistan dan India.”

Naik selama ini telah menjadi kontroversi karena pemahaman Islam puritannya dan dakwah-dakwahnya, yang menurut laporan media, merekomendasikan hukuman mati bagi mereka yang meninggalkan Islam.

Kekhawatiran akan hubungan sektarian di Pakistan

Beberapa ahli juga berpendapat dakwah Naik di Pakistan berpotensi mengobarkan sentimen ekstremis.

"Masyarakat Pakistan terdiri dari berbagai sekte dan cukup religius, di mana beberapa di antaranya mengikuti berbagai aliran Islam,” kata Ranjan. "Pandangan Naik mungkin akan mengganggu hubungan sektarian di Pakistan dan beberapa sekte tertentu, karena adanya perbedaan pandangan.”

Naik, yang saat ini tinggal di Malaysia, sebelumnya telah meminta maaf setelah membuat pernyataan yang cukup sensitif secara rasial. Pada Agustus 2019, polisi Malaysia melarangnya berdakwah di depan umum dan bahkan menginterogasinya selama berjam-jam atas komentarnya tersebut.

"Dengan Saudi yang telah berpaling dari Islam ortodoks, Pakistan kini secara aktif berusaha untuk menjadi pelindungnya. Mengundang Naik sebagai tamu negara adalah sebuah langkah menuju itu. Dalam prosesnya, hal ini kemungkinan akan semakin merusak keseimbangan kekuatan sektarian di dalam negeri,” kata Hoodbhoy.

Shirazi di sisi lain menyimpulkan bahwa ia tidak yakin Naik akan membahas isu-isu sektarian.

"Menurut saya, kunjungannya ke Pakistan juga menunjukkan bahwa ia berusaha memperbaiki citranya karena ia telah menghadapi kritik keras dari kelompok-kelompok tertentu di masa lalu,” kata Shirazi kepada DW. 

Artikel ini diadaptasi dari bahasa Inggris

Haroon Janjua
Haroon Janjua Jurnalis yang tinggal di Islamabad, berfokus pada politik dan masyarakat PakistanJanjuaHaroon