Lebih 1000 Pengungsi Rohingya Terdampar di Aceh
11 Mei 2015Di provinsi Aceh ada sekitar 600 pengungsi yang ditemukan hari Minggu (10/05) pada empat kapal. Sedangkan di Malaysia, lebih 1000 pengungsi dengan tiga kapal ditangkap dan dibawa ke pulau Langkawi.
Kepala Kepolisian Aceh Utara, Ajun Komisaris Besar Achmadi mengatakan para pengungsi terdampar di pantai Aceh Utara. Mereka mendapat pertolongan dari warga setempat lalu dikumpulkan di Gedung Olah Raga Kecamatan Lhoksukon, dan di gedung Polres Aceh Utara.
“Mereka kami kumpulkan ke Polres Aceh Utara untuk memudahkan pendataan. Setelah itu, kami serahkan ke pihak imigrasi. Dari pengakuannya, mereka berasal dari beberapa negara, di antaranya Burma dan Bangladesh,” kata Achmadi.
Kepolisian Malaysia melaporkan, pada hari Minggu itu juga ada lebih 1000 pengungsi dengan tiga kapal yang ditahan di Pulau Langkawi.
Wakil kepala polisi Pulau Langkawi, Jamil Ahmed mengatakan kepada kantor berita AP, kelompoknya terdiri 865 laki-laki, 52 anak-anak dan 101 wanita. Polisi menemukan salah satu perahu mereka terjebak pasir di perairan dangkal di Langkawi.
Korban sindikat perdagangan manusia
Jamil Ahmed menerangkan, seorang pria Bangladesh menceritakan kepada polisi bahwa para awak kapal mereka memberi tahu arah ke mana harus pergi setelah mereka mencapai pantai Malaysia. Para awak kapal kemudian melarikan diri dengan kapal lain.
Menurut para pengungsi, mereka kehabisan makanan sejak tiga hari. Sebagian besar dari mereka berada dalam kondisi lemah.
Steve Hamilton dari Organisasi Internasional untuk Migrasi, IOM, di Jakarta mengatakan, ke empat kapal bermaksud mendekati pantai Indonesia hari Minggu pagi. Beberapa penumpang sudah melompat ke dalam air dan berenang, sebelum kapal mencapai pantai. Beberapa hari sebelumnya, ratusan pengungsi juga diselamatkan di daerah pesisir Aceh.
Seorang warga Rohingya Rashid Ahmed yang berusia 43 tahun menuturkan, mereka sudah lebih dari dua bulan berada di laut. Ia mengaku meninggalkan Myanmar dengan anak sulungnya tiga bulan lalu.
Ribuan pengungsi ditahan di Malaysia
Chris Lewa, Direktur Arakan Project, yang telah memantau kondisi pengungsi Rohingya lebih sepuluh tahun memperkirakan, ada 7.000 hingga 8.000 orang yang kini terperangkap dalam kapal-kapal mereka di Selat Malaka perairan internasional di dekatnya.
Itu terjadi setelah pemerintah Thailand dan Malaysia membongkar dan menangkapi anggota sindikat perdagangan manusia dalam beberapa bulan terakhir. Para pengungsi kini ditinggalkan para pengurusnya di kamp-kamp penampungan, tanpa makanan.
"Para pedagang manusia menggunakan kapal-kapal sebagai kamp penampungan", kata Chris Lewa. "Mereka sekarang berusaha mencapai darat, karena hampir mati kelaparan", tambahnya.
Mark Getchell dari IOM mengatakan kepada kantor berita Reuters, para pengungsi bercerita bahwa mereka ditinggalkan di kapal setelah mendekat ke pantai Aceh. Awak kapal lalu mengatakan mereka sudah mencapai Malaysia seperti yang dijanjikan, dan meminta para pengungsi berenang ke pantai.
Minoritas Rohingya di Myanmar dan Bangladesh kebanyakan beragama Islam, dan mengaku mengalami diskriminasi di negaranya. Kebanyakan pengungsi membayar mahal kepada sindikat perdagangan manusia dan berharap bisa mencapai Australia lewat perairan Indonesia.
hp/vlz (afp, reuters, ap)